Tambah Ruang Isolasi, Pemkab Cirebon Masih Kekurangan Tenaga Kesehatan
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pascaliburan Natal dan Tahun Baru 2021, Pemkab Cirebon menambah ruang isolasi. Meski demikian, pemkab masih kekurangan tenaga kesehatan.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, menambah kapasitas ruangan isolasi untuk mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19 pascaliburan Natal dan Tahun Baru 2021. Meski demikian, ruangan tersebut belum bisa digunakan sepenuhnya karena kurangnya tenaga kesehatan.
Di RSUD Waled, misalnya, ruangan isolasi ditambah dari 94 menjadi 106 tempat tidur. Begitu pun dengan RSUD Arjawinangun yang meningkatkan kapasitas tempat tidurnya dari 40 menjadi 104 unit. Pada awal pandemi Covid-19, April 2020, ruangan isolasi di kedua rumah sakit pemerintah itu kurang dari 10 tempat tidur.
”Kami tidak berharap ada penambahan kasus Covid-19. Namun, kami tetap menyiapkan antisipasi jika kasus meningkat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Eni Suhaeni saat meninjau Area Istirahat Km 208 Jalan Tol Palimanan-Kanci, tepatnya Kecamatan Mundu, Cirebon, Minggu (27/12/2020).
Hingga kini, pihaknya belum menerima laporan pemudik Natal dan Tahun Baru yang menjalani perawatan di ruang isolasi di Cirebon. Eni menilai, aturan yang mewajibkan pemudik kereta api dan pesawat menjalani tes cepat antigen sebelum berangkat bisa menekan jumlah pelaku perjalanan.
Meski demikian, lonjakan kasus Covid-19 tetap berpotensi terjadi pascaliburan Natal dan Tahun Baru. ”Tahun Baru 2021 baru bisa (naik kasusnya). Makanya, kami tambah ruangan. Tetapi, kami kekurangan SDM (sumber daya manusia),” ungkapnya.
Di RSUD Arjawinangun, misalnya, dari kebutuhan 70 tenaga kesehatan hanya terdapat 30 perawat. RSUD Waled juga kekurangan sekitar 30 perawat. ”Pihak rumah sakit akan merekrut tenaga kesehatan dan sukarelawan awal tahun ini,” ujarnya.
Tahun Baru 2021 baru bisa (naik kasusnya). Makanya, kami tambah ruangan. Tetapi, kami kekurangan SDM (sumber daya manusia). (Eni Suhaeni)
Menurut dia, penambahan ruangan isolasi bukan solusi satu-satunya mengendalikan Covid-19. Apalagi, lebih dari 100 tenaga kesehatan, yang turut menangani pasien Covid-19, di Cirebon terpapar Covi-19. Setidaknya, dua di antaranya wafat karena Covid-19. Untuk itu, pihaknya meminta masyarakat agar disiplin menjalankan protokol kesehatan.
Hingga kemarin, kasus positif Covid-19 di daerah berpenduduk 2,2 juta jiwa itu mencapai 3.530 orang. Sebanyak 211 orang di antaranya meninggal dan 925 orang lainnya masih menjalani isolasi. Cirebon menjadi daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi di Jabar bagian timur.
Sebelumnya, Pemkab Cirebon telah melarang perayaan Tahun Baru 2021 yang dapat memicu kerumunan. Kapasitas tempat wisata juga dibatasi hanya 50 persen dengan penempatan pengawas protokol kesehatan. Pelaku usaha pariwisata pun diwajibkan mengikuti tes cepat yang disediakan puskesmas.
Pihaknya juga berupaya mendeteksi potensi kasus Covid-19 pada masa libur Natal dan Tahun Baru 2021. Sebanyak 1.000 tes uji cepat disiapkan untuk pemudik dan pengunjung di area istirahat jalan tol, destinasi wisata, dan puskesmas. ”Belum ada laporan yang reaktif,” ujarnya.
Pihaknya belum bisa menyediakan tes cepat antigen yang tingkat akurasinya lebih tinggi. ”Tes cepat antigen ada, tetapi terbatas. Kami sudah meminta 5.000 alat tes ke Pemprov Jabar. Tetapi, belum diberikan,” lanjutnya.
Di Area Istirahat Km 208 Jalan Tol Palikanci, tes uji cepat oleh Pemkab Cirebon baru digelar Minggu siang. Polisi dan satpol PP memberhentikan sejumlah kendaraan dan meminta pemudik menjalani tes uji cepat. Tes secara acak terhadap pemudik itu bakal dilakukan hingga 3 Januari 2021.
Elva (42), pemudik asal Pasuruan, Jawa Timur, tidak keberatan dengan tes uji cepat tersebut. Sebelum berangkat, ia juga menjalani tes cepat antigen.
”Tadinya kami mau tes lagi setelah sampai di Jakarta, tetapi ada tes di sini. Lebih baik keluar duit daripada nanti kena (Covid-19) dan menularkan ke orang rumah,” kata Elva yang mengaku mudik untuk mengunjungi orangtuanya.