Melonjaknya harga kedelai membuat sejumlah perajin tahu di Magelang berupaya menekan biaya produksi dengan menaikkan harga jual dan memperkecil ukuran tahu.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Menghadapi kenaikan harga kedelai, sejumlah perajin tahu di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, melakukan beragam upaya untuk menyeimbangkan biaya produksi dan pendapatan. Selain menaikkan harga jual, mereka juga memperkecil ukuran tahu yang dihasilkan.
Kamdani, Ketua Kelompok Perajin Tahu Sumber Rejeki dari Desa Tanjungsari, Kecamatan Borobudur, mengatakan, sejak harga kedelai melambung menjadi Rp 9.000 per kilogram sejak awal Desember 2020, sebagian perajin tahu menyikapinya dengan langsung menaikkan harga sekaligus memperkecil ukuran tahu. Kedelai merupakan bahan baku utama tahu dan tempe.
Jika biasanya satu papan tahu dijual dengan harga Rp 22.000-Rp 25.000, sekarang harga dinaikkan menjadi Rp 27.000-Rp 30.000 per papan. Selain itu, satu papan yang biasanya dibagi menjadi 60 potongan tahu, kini dipotong hingga menjadi 70 potong. ”Ukuran tahu kini berkurang 25 persen dari ukuran biasanya,” ujarnya, Senin (4/1/2021).
Tidak hanya menaikkan harga dan memperkecil ukuran tahu, sebagian perajin di Desa Tanjungsari juga mengurangi volume produksi dan pemakaian bahan baku kedelai. ”Lebih dari 20 perajin tahu saat ini mengurangi volume pemakaian bahan baku kedelai hingga 20 kilogram per hari,” ujarnya.
Rata-rata, perajin tahu di Desa Tanjungsari menggunakan bahan baku kedelai sebanyak 100 kg per hari. Namun, saat ini, lebih dari 20 perajin hanya memakai 80 kg kedelai per hari.
Sebagai bentuk protes atas kenaikan harga kedelai ini, Kamdani mengatakan, 70 perajin tahu di Desa Tanjungsari sempat mogok kerja selama dua hari, yakni pada hari Sabtu (2/1/2021) dan Minggu (3/1/2021). Namun, karena tidak menuai respons apa pun dari pemerintah, mereka pun memutuskan kembali berproduksi pada Senin (4/1/2021).
Mudianto, perajin tahu di Desa Mejing, Kecamatan Candimulyo, mengalami kondisi serupa. Satu ukuran papan tahu yang biasanya dibagi menjadi 50 potong, kini dibagi menjadi 55 potong. Adapun satu takaran papan tahu lainnya, yang biasanya dibagi menjadi 60 potong, kini dibagi menjadi 65 potong.
Satu papan tahu yang biasanya dijual Rp 20.000 per papan, kini dinaikkan menjadi Rp 22.500 per papan. Adapun untuk harga eceran tahu, dinaikkan Rp 100 per potong, kini menjadi Rp 400-Rp 500 per potong.
Kenaikan harga kedelai ini, menurut dia, sudah mulai terjadi sejak Agustus 2020. Harga kedelai di pasaran, yang semula Rp 7.500 per kg, terus naik secara bertahap. Hingga Senin (4/1/2021), harga kedelai sudah mencapai Rp 9.300 per kg.
Sekitar sebulan lalu, saat harga kedelai mencapai Rp 8.000 per kg, dirinya berupaya mencari-cari pasokan yang lebih murah hingga lintas kecamatan. Saat harga kedelai mencapai Rp 9.000 per kg, dia masih bisa mendapatkan pasokan dengan harga Rp 8.800 per kg. Namun, saat ini, dia kembali kesulitan karena rata-rata pedagang sudah menawarkan kedelai dengan harga Rp 9.200-Rp 9.300 per kg.
Aisyah (30), perajin tahu lainnya, saat ini juga resah dan khawatir harga kedelai akan terus naik. Kendatipun demikian, dia menegaskan akan terus berupaya agar tetap bisa memproduksi tahu.
”Jika nantinya harga kedelai naik lagi, mungkin satu-satunya solusi yang bisa dilakukan hanyalah dengan semakin memperkecil ukuran tahu dan kembali menaikkan harga jualnya,” ujarnya.