Diduga Dipicu Kepanikan, Jumlah Pengungsi Merapi Diperkirakan Bertambah
Ratusan warga di lereng Gunung Merapi kembali bergerak ke barak pengungsian. Karena dipicu kecemasan akan bahaya erupsi, jumlah warga yang mengungsi kali ini lebih banyak ketimbang sebelumnya.
Oleh
regina rukmorini
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Gelombang kembalinya ratusan warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, ke barak pengungsian masih berlangsung hingga Selasa (5/1/2020). Diduga dipicu kepanikan bahaya erupsi, jumlahnya bakal lebih banyak ketimbang sebelumnya.
Penambahan jumlah pengungsi ini terpantau di barak pengungsian Balai Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan. Penambahan itu terjadi pada pengungsi asal Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun.
Agus Firmansah, Sekretaris Desa Banyurojo sekaligus koordinator barak pengungsian di Balai Desa Banyurojo, mengatakan, sebelumnya jumlah pengungsi terdata 286 orang. Namun, pada Senin (4/1/2021) malam, jumlahnya menjadi 303 orang.
”Berdasarkan informasi yang kami terima dari Dusun Bababadan I, semakin banyak warga mulai khawatir terhadap bahaya erupsi Merapi dan minta mengungsi,” ujarnya, Selasa.
Menyikapi itu, Agus mengatakan, Pemerintah Desa Banyurojo juga sudah menyiapkan empat tambahan barak pengungsian, yang terdiri dari tiga gedung sekolah dan satu balai dusun. Tambahan barak pengungsian perlu disiapkan karena Balai Desa Banyurojo hanya berkapasitas lebih kurang 200 orang.
Wahyudi, koordinator pengungsi asal Dusun Babadan I, mengatakan, jumlah warga yang akan kembali mengungsi masih fluktuatif. Sebagian warga masih berat untuk meninggalkan rumah. Namun, dipicu kepanikan dan kekhawatiran erupsi Merapi, jumlah pengungsi diperkirakan bertambah.
Wahyudi mengatakan, kecemasan warga saat ini meningkat karena mereka mulai merasakan perubahan aktivitas dari Gunung Merapi. Perubahan ini ditandai suara gemuruh yang kini lebih sering terdengar.
Suara gemuruh itu juga yang membuat 54 warga Desa Keningar kembali ke dua barak pengungsian di Desa Ngrajek, Kecamatan Mungkid. Desa Keningar sebenarnya adalah desa yang berlokasi di luar radius 5 kilometer dari Gunung Merapi. Namun, pada November lalu, mereka mengajukan permintaan mengungsi karena khawatir terhadap bahaya erupsi.
Yuliah (36), warga Dusun Banaran, Desa Keningar, mengatakan, ia sempat pulang 10 hari lalu. Namun, belakangan, dia tidak nyaman di rumah karena Merapi kembali menggeliat.
Tiga hari terakhir, terdengar gemuruh yang keras. Oleh karena itulah, dia bersama 53 warga lainnya kemudian memutuskan kembali ke pengungsian pada hari Senin. ”Saya khawatir, Merapi erupsi sewaktu-waktu,” ujarnya.
Akan tetapi, tidak semua warga mau mengungsi. Hardi, salah seorang perangkat Desa Keningar, mengatakan, masih ada warga lansia yang tetap tidak mau mengungsi. Sosialisasi kepada mereka tetap dilakukan untuk mencegah kemungkinan terburuk. ”Warga harus menyadari mereka tidak mungkin mengungsi secara mendadak,” ujarnya.
Pelaksana tugas Kepala pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, pada Sabtu (2/1/2021) jumlah pengungsi terdata 119 orang di satu lokasi pengungsian. Namun, pada hari Selasa jumlah pengungsi telah mencapai lebih dari 508 orang dan tersebar di lima lokasi pengungsian.
Sesuai rekomendasi dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, menurut dia, semua warga yang bertempat tinggal dalam radius 5 kilometer dari Gunung Merapi saat ini memang diminta tetap tinggal di pengungsian dan belum direkomendasikan pulang kembali ke rumah.
Saat ini, Pemerintah Kabupaten Magelang juga sudah menyiapkan lebih dari 30 lokasi pengungsian baru untuk mengantisipasi adanya tambahan pengungsi.