Pembelajaran tatap muka bagi siswa sekolah di Kabupaten Purwakarta, Jabar, belum bisa dilakukan karena sejumlah faktor. Langkah ini untuk mencegah terbentuknya kluster baru penyebaran Covid-19 dari dunia sekolah.
Oleh
MELATI MEWANGI
·3 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Pembelajaran tatap muka bagi siswa sekolah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, belum bisa dilakukan karena sejumlah faktor. Keputusan tersebut untuk mencegah terbentuknya kluster baru penyebaran Covid-19 dari kegiatan belajar di sekolah.
Sebelumnya, pelaksanaan kegiatan belajar tatap muka di Purwakarta bakal dilakukan di tiga kecamatan yang dinilai aman karena kasus Covid-19-nya cukup rendah. Kecamatan itu adalah Kiarapedes, Sukasari, dan Maniis. Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta juga sudah menerima sejumlah surat permohonan dari sejumlah sekolah dan meninjau persiapannya.
Selasa (5/1/2021) siang, Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta bersama Bupati Purwakarta, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Purwakarta, Ikatan Dokter Indonesia, dan Ikatan Dokter Anak Indonesia menggelar rapat terkait kepastian pembelajaran tatap muka yang direncanakan digelar pada 11 Januari 2021.
Kepala Disdik Kabupaten Purwakarta Purwanto mengatakan, dari hasil rapat itu diputuskan tiga kecamatan zona hijau Covid-19 di Purwakarta dan kecamatan lainnya belum diperbolehkan menerapkan belajar tatap muka pada 11 Januari 2021.
Ada sejumlah faktor yang menjadi pertimbangan rencana itu ditunda, antara lain ketiga kecamatan itu berbatasan langsung dengan daerah rawan Covid-19 (Kabupaten Karawang dan Kabupaten Bandung Barat) dan pola interaksi anak-anak yang belum terbiasa ditakutkan menjadi pemicu kluster baru penularan Covid-19 di dunia pendidikan.
Berdasarkan data Dinas Pendidikan Purwakarta, ada 14 SMP dan 43 SD di tiga kecamatan tersebut yang sudah mengajukan surat permohonan membuka sekolah lagi. ”Mayoritas sekolah sudah siap dan memenuhi persyaratan yang ada. Keputusan dibuka atau tidaknya ditentukan oleh rapat akhir. Semuanya demi kebaikan bersama,” ucap Purwanto.
Besok Rabu (6/1), pihaknya akan mengadakan rapat bersama dengan seluruh kepala sekolah di Purwakarta untuk membahas pembelajaran daring yang masih akan berlanjut. Purwanto berharap layanan pendidikan tetap bisa berjalan.
Keinginan untuk kembali belajar tatap muka dirasakan Vani (11), siswa kelas VI SDN Cijati, Kecamatan Maniis. Sejak pandemi, pembelajaran kelas dialihkan ke daring dan kelompok belajar kecil. Kendala sinyal menjadi permasalahan yang dihadapi Vani dan sejumlah temannya.
Kabar akan dilakukannya belajar tatap muka pada 11 Januari nanti membuatnya gembira. Dia berharap bisa belajar bersama dengan teman-temannya. Namun, dia juga khawatir dengan penularan Covid-19 yang mungkin terjadi.
Kendala pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak hanya ditemui di daerah perdesaan, tetapi juga perkotaan. Di tiga kecamatan yang direncanakan dibuka secara tatap muka itu terkendala sinyal karena lokasi yang jauh dari pemancar. Kendala lain di perkotaan adalah sebagian orangtua terbebani dengan harga kuota internet yang mahal.
Orangtua siswa di Kecamatan Purwakarta, Seli (35), menyampaikan, kegiatan belajar siswa sebaiknya dilakukan dalam kelompok kecil di rumah hingga pandemi berlalu. Sebab, belum berkurangnya jumlah kasus Covid-19 di tengah masyarakat memunculkan kekhawatiran penularan kian meluas pada anak-anak. Pembelajaran daring masih dilakukan, orangtua diminta mengambil modul belajar ke sekolah setiap seminggu sekali.
Pada Agustus 2020, Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta mencatat 36 persen siswa SD masih mengikuti pembelajaran luar jaringan. Mayoritas yang terkendala adalah siswa SD negeri. Sementara siswa SD swasta yang belum terhubung pembelajaran daring hanya 451 siswa atau 5 persen. Di Purwakarta, ada 33 SD swasta dan 378 SD negeri dengan total 99.782 siswa.
Adapun total SMP di Purwakarta 107 unit. Sebanyak 78 unit di antaranya SMP negeri dan 29 unit adalah SMP swasta. Jumlah siswa yang terhubung secara daring sekitar 76 persen atau 29.767 siswa dari total seluruhnya 39.332 siswa. Sama seperti jenjang SD, persentase siswa SMP swasta yang terhubung daring juga lebih tinggi dibandingkan dengan sekolah negeri.