Sebagian Besar Daerah di Jabar Tetap Pilih Pembelajaran Jarak Jauh
Sebanyak 17 daerah dari 27 Kabupaten/Kota di Jabar memilih pembelajaran jarak jauh dengan alasan menekan persebaran Covid-19. Kesehatan dan keselamatan anak menjadi perhatian utama.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Lebih dari separuh daerah di Jawa Barat memilih pembelajaran jarak jauh. Bentuk aktivitas ini diputuskan oleh setiap daerah berdasarkan kondisi persebaran pandemi Covid-19 dan kesiapan infrastruktur.
Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi di Kota Bandung, Rabu (6/1/2021), menyatakan, daerah yang memilih pembelajaran jarak jauh (PJJ) merupakan kota besar dengan persebaran Covid-19 tinggi. Selain itu, infrastruktur komunikasi daerah tersebut mampu menyokong pembelajaran daring.
”Dari 27 kabupaten dan kota di Jabar, 17 daerah memilih PJJ dan 10 daerah lainnya akan melaksanakan aktivitas belajar parsial. Ini keputusan untuk hari ini, kami akan lihat sampai Jumat nanti untuk keputusan final,” ujarnya.
Dedi menuturkan, salah satu pertimbangan PJJ adalah kondisi persebaran Covid-19 di daerah. Berdasarkan informasi peta risiko dari Satuan Tugas Penanganan Covid-19, dalam pekan awal 2021, sebanyak lima daerah di Jabar masuk ke dalam zona merah atau risiko penularan tinggi. Daerah itu adalah Kota Depok, Kota Bekasi, Kota Tasikmalaya, Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Karawang.
Apalagi, Jabar menempati posisi kedua dalam jumlah konfirmasi positif di Indonesia, yakni 89.661 kasus atau 11,5 persen dari kasus nasioal. Jumlah ini berada di bawah DKI Jakarta yang menembus 192.899 kasus (24,7 persen).
Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar mencatat, dalam sepekan terakhir, penambahan pasien konfirmasi Covid-19 mencapai 9.668 pasien. Kota Depok menjadi daerah konfirmasi terbanyak, yakni 1.971 pasien dalam 7 hari terakhir. Setelah itu, menyusul Kota Bekasi (1.728), Kabupaten Karawang (1.192), dan Kabupaten Bekasi (672).
Menurut Dedi, keputusan pembelajaran tatap muka atau PJJ berada di tingkat Satgas penanganan Covid-19 di setiap daerah. Karena itu, pihaknya memberikan arahan dalam setiap pilihan yang diambil. Dalam pembelajaran tatap muka, sekolah diharapkan bisa menerapkan protokol kesehatan, mulai dari pembatasan jarak hingga penyediaan infrastruktur, seperti tempat cuci tangan.
Bagi daerah yang memilih PJJ, Dedi telah memberikan rekomendasi perubahan silabus yang menekankan muatan lokal dan penyederhanaan kurikulum. Selain itu, untuk daerah dengan konektivitas rendah, para guru akan dibekali kemampuan saat berkunjung ke para murid.
Bagi daerah yang memilih PJJ, Dedi telah memberikan rekomendasi perubahan silabus yang menekankan muatan lokal dan penyederhanaan kurikulum.
”Pembelajaran tatap muka dilakukan dengan sukarela dan tidak wajib. Namun, apa pun keputusannya, kami menekankan semua pembelajaran dimulai tanggal 11 Januari 2021,” tuturnya.
Salah satu daerah yang tetap melaksanakan PJJ adalah Kota Bandung. Sekretaris Daerah Ema Sumarna menuturkan, saat ini, pendidikan tatap muka di Bandung belum tepat dilakukan. ”Kami harus memperhatikan banyak hal. Secara bertahap, kami akan lakukan melengkapi yang dibutuhkan,” ujarnya.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Bandung Cucu Saputra menambahkan, PJJ dilakukan dengan alasan keamanan dan kesehatan para siswa. ”Jadi, kami merekomendasikan untuk memperpanjang PJJ bagi sekolah, dengan catatan yang lebih berkualitas. Namun, semua keselamatan anak yang utama. Sebab, berdasarkan data, penyebaran Covid-19 masih tinggi,” kata Cucu.