Tambahan Lokasi Pengungsian Mulai Disiapkan di Magelang
Sejumlah desa di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai menyiapkan tambahan barak pengungsian. Upaya ini dilakukan karena peningkatan aktivitas vulkanik diperkirakan memicu lonjakan pengungsi.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
MAGELANG, KOMPAS — Desa-desa penyedia lokasi pengungsian bagi warga lereng Gunung Merapi di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mulai menyiapkan tempat mengungsi tambahan. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pengungsi seiring peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi beberapa hari terakhir.
Risyanto, Kepala Desa Deyangan, Kecamatan Mertoyudan, mengatakan, selain satu barak pengungsian yang kini telah ditempati pengungsi asal tiga dusun di Desa Krinjing, Kecamatan Dukun, pihaknya juga sudah menyiapkan tambahan 13 lokasi pengungsian.
”Sebanyak 13 lokasi pengungsian tersebut kami siapkan demi mengantisipasi kemungkinan terburuk. Terutama jika nanti 2.240 warga Desa Krinjing mendesak harus segera mengungsi,” ujarnya, Rabu (6/1/2021).
Sebanyak 2.240 orang tersebut merupakan hitungan total keseluruhan penduduk dari 10 dusun di Desa Krinjing. Adapun untuk sementara ini, berdasarkan rekomendasi Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG), khusus di Desa Krinjing, hanya ada tiga dusun yang direkomendasikan segera mengungsi karena berada dalam radius bahaya 5 kilometer dari puncak Gunung Merapi.
Sebanyak 13 barak pengungsian tersebut memanfaatkan ruangan sekolah, gereja, dan gedung pertemuan. Dua barak pengungsian di gedung sekolah saat ini juga telah dipasang bilik-bilik pengungsi sehingga warga tetap dapat tinggal sesuai standar protokol kesehatan pencegahan Covid-19.
Penyiapan tambahan lokasi pengungsian juga dilakukan Pemerintah Desa Banyurojo, Kecamatan Mertoyudan. Selain satu barak pengungsian yang telah difungsikan di kompleks balai desa setempat, saat ini juga telah disiapkan tambahan empat lokasi baru yang tersebar di tiga gedung sekolah dan satu balai dusun. Desa Banyurojo adalah desa yang menjadi tujuan mengungsi bagi warga Dusun Babadan I, Desa Paten, Kecamatan Dukun.
Agus Firmansah, koordinator barak pengungsian Desa Banyurojo, mengatakan, empat lokasi pengungsian telah siap ditempati. Pada setiap ruangan juga telah dipasang papan yang ditata menjadi bilik-bilik pengungsi.
Semula, seiring adanya informasi tambahan pengungsi dari Dusun Babadan I, empat lokasi tersebut direncanakan segera dipakai pada Selasa (5/1/2021). Namun, jumlah pengungsi yang datang masih bisa ditampung di satu barak pengungsian di Desa Banyurojo. Untuk itu, penggunaan empat lokasi baru tersebut ditunda.
Wahyudi, salah satu koordinator pengungsi asal Dusun Babadan I, mengatakan, saat ini, jumlah warga Dusun Babadan I yang mengungsi di barak pengungsian Balai Desa Banyurojo mencapai 300 orang. Jumlah ini lebih banyak dibandingkan pada tahap awal pengungsian pada November 2020 sebanyak 286 orang.
Semula, sesuai arahan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang, warga yang mengungsi adalah warga yang tergolong kelompok rentan. Adapun mereka yang termasuk kelompok rentan adalah ibu hamil, menyusui, anak-anak, warga lanjut usia, warga yang menderita sakit, dan warga difabel.
Namun, seiring peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi belakangan, arahan itu pun mulai diabaikan. ”Karena ketakutan dan khawatir akan bahaya erupsi, saat ini warga yang tidak termasuk dalam kelompok rentan pun akhirnya mendesak ikut mengungsi,” ujarnya.
Dari 300 orang yang saat ini mengungsi tersebut, sekitar 100 orang termasuk kelompok nonrentan. Sebagian besar di antaranya laki-laki, yakni para kepala keluarga yang juga mulai resah tinggal sendiri di rumah.
Berdasarkan data yang dihimpun BPBD Kabupaten Magelang, jumlah pengungsi dari lereng Gunung Merapi pada Selasa (5/1/2021) malam tercatat sebanyak 508 orang, yang tersebar di lima lokasi pengungsian. Para pengungsi tersebut berasal dari empat desa, yaitu Desa Paten, Krinjing, Ngargomulyo dan Keningar, yang semuanya berada di Kecamatan Dukun.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kabupaten Magelang Edy Susanto mengatakan, saat ini, pihaknya telah menyiapkan papan kayu untuk membuat 2.900 bilik pengungsian. Hitungan 2.900 bilik tersebut ditetapkan dengan mempertimbangkan situasi saat seluruh warga dari empat desa tersebut harus diungsikan.
Meski demikian, seiring peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Merapi belakangan ini, Edy mengatakan, pihaknya masih akan berkoordinasi dengan BPPTKG dan meminta informasi perihal potensi dampak erupsi berdasarkan perkembangan terakhir. ”Kami masih harus berkoordinasi dan meminta informasi serta arahan agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam penyiapan lokasi pengungsian dan juga dalam pemetaan warga yang harus diungsikan,” ujarnya.