Keluarga Penumpang SJ-182 Berharap Pencarian Dilakukan Maksimal
Keluarga korban jatuhnya pesawat Sriwijaya Air nomor penerbangan SJ-182 di Tegal dan Pekalongan, Jateng, berharap pencarian dan penyelamatan bisa dilakukan maksimal. Keluarga pasrah, tetapi berharap korban ditemukan.
Oleh
KRISTI UTAMI
·4 menit baca
SLAWI, KOMPAS — Hingga hari kedua jatuhnya pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ-182 di perairan Kepulauan Seribu, upaya penyelamatan dan pencarian korban masih dilakukan berbagai pihak. Keluarga berharap, penyelamatan dan pencarian korban dilakukan maksimal.
Nur Eka Cahyaningsih (54), kakak dari salah satu penumpang Sriwijaya Air SJ-182, Panca Widia Nursanti (47) asal Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Minggu (10/1/2021), mengatakan, keluarga berharap upaya penyelamatan dan pencarian korban bisa dilakukan secara maksimal sehingga Widia bisa segera ditemukan.
Pesawat Sriwijaya Air rute Jakarta-Pontianak hilang kontak dan diduga jatuh di perairan Kepulauan Seribu, Sabtu (9/1/2021). Pesawat tersebut mengangkut sebanyak 62 orang yang terdiri dari 50 penumpang dan 12 awak pesawat.
Widia yang sehari-hari bekerja dan tinggal di Pontianak, Kalimantan Barat, adalah salah satu penumpangnya. Ia baru saja pulang ke Tegal untuk menjenguk ibunya yang tengah sakit di Kecamatan Pagerbarang, Kabupaten Tegal.
”Tanggal 22 Desember 2020, Widia pulang untuk menengok ibu yang sedang sakit. Karena ibu sudah sehat, dia memutuskan untuk kembali ke Pontianak, Sabtu kemarin,” kata Nur Eka.
Keluarga berharap upaya penyelamatan dan pencarian korban bisa dilakukan secara maksimal sehingga Widia bisa segera ditemukan. (Nur Eka Cahyaningsih)
Menurut Nur, Widia berangkat ke Bandara Soekarno-Hatta dengan menumpang kendaraan multiguna yang biasa dikenal sebagai travel pada Jumat (8/1/2021) malam. Setelah sampai di bandara, Widia langsung memberi kabar kepada Nur terkait jam keberangkatan pesawat dan maskapai penerbangan yang ia tumpangi.
Kabar buruk perihal jatuhnya pesawat datang pada Sabtu malam dari suami Widia yang berada di Pontianak, Rafiq Yusuf. Keluarga Widia di Tegal sangat terpukul atas kejadian tersebut.
”Widia itu sosok anak yang sangat berbakti dan sayang terhadap orangtua. Sebelumnya, ibu sudah bilang kalau Widia tidak usah pulang ke Tegal, tapi Widia bersikukuh untuk pulang karena ingin merawat ibu yang sedang sakit,” ujar Nur.
Sejak tiba di Tegal pada Selasa (22/12/2020), Widia tidak pernah meninggalkan ibunya. Widia selalu merawat dan melayani ibunya yang sedang sakit. Ia juga mengumpulkan saudara-saudaranya di rumah ibunya agar ibunya merasa senang.
”Keluarga terus memantau perkembangan pencarian melalui media. Anak sulung almarhum juga sudah dimintai sampel DNA untuk keperluan identifikasi,” imbuhnya.
Sementara itu, keluarga dan kerabat penumpang lain asal Kecamatan Kesesi, Pekalongan, Didik Gunardi, juga berharap Didik segera ditemukan. Saat kejadiaan naas tersebut, Didik yang sehari-hari bekerja sebagai pilot di Sriwijaya Air berencana mengambil pesawat di Bandara Supadio, Pontianak.
”Keluarga di Pekalongan berharap supaya Didik juga bisa segera ditemukan. Didik orangnya baik dan humoris, selalu menghibur orang-orang,” kata Nani Yulita (48), kerabat Didik.
Keluarga di Pekalongan berharap supaya Didik juga bisa segera ditemukan. (Yulita)
Temuan
Hingga Minggu petang, tim gabungan menemukan serpihan pesawat serta sejumlah bagian tubuh dalam operasi pencarian dan penyelamatan di sekitar Kapal Perang Republik Indonesia Rigel. Temuan tersebut diserahkan kepada tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri dan Komite Nasional Keselamatan Transportasi.
”Saat ini, operasi pencarian dan penyelamatan masih terus dilakukan. Hingga pukul 15.00, Posko Terpadu Jakarta International Container Terminal (JICT) 2 telah menerima empat obyek pencarian,” kata Direktur Operasi Basarnas Brigadir Jendral TNI (Mar) Rasman dalam keterangan tertulisnya.
Dalam operasi pencarian dan penyelamatan di sekitar titik yang diduga sebagai lokasi jatuhnya pesawat, pemerintah menerjukan sejumlah tim serta mengerahkan sejumlah kapal, antara lain Kapal Negara (KN) SAR Basudewa, KN P Marore, KN Alugara, KN Trisula Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai, KN P Nipah, KN Celurit, dan KN SAR Wisnu. Selain itu, juga Kapal Pengawas Perikanan 301, KN 204, Kapal Patroli 348, KN SAR Karna, KN Belati, KN Catamaran 504, serta beberapa rigid inflatable boat (RIB).
Adapun penyisiran bawah laut juga dilakukan dengan menerahkan sejumlah kapal, seperti Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Rigel, Kapal Riset Baruna Jaya dan Kapal Mahakarya Geo Survei. Kapal-kapal tersebut dilengkapi dengan peralatan bawah air yang canggih, seperti multibeam echosounder dan remotely operated vehicle (ROV) untuk mendeteksi serta mencari badan pesawat.
Tim penyelam yang diterjunkan, antara lain, dari Basarnas Special Group (BSG), penyelam dari TNI-Polri, Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI), dan Indonesia Diver Rescue Team (IDRT).