Indikator Keberhasilan Rendah, Tingkatkan Mitigasi Pandemi di Balikpapan
Setelah 11 bulan menghadapi pandemi Covid-19, mitigasi dalam menghadapi bencana non-alam di Balikpapan masih perlu ditingkatkan. Semua indikator keberhasilan penanganan pandemi di bawah standar nasional.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Tingkat kematian, keterisian rumah sakit, dan angka kesembuhan pasien Covid-19 di Balikpapan, Kalimantan Timur, berada di bawah standar yang ditentukan pemerintah pusat. Setelah 11 bulan menghadapi pandemi Covid-19, mitigasi dalam menghadapi bencana non-alam ini masih perlu ditingkatkan.
Satuan Tugas Covid-19 Balikpapan mencatat, tingkat kematian pasien Covid-19 ialah 4,2 persen. Angka itu di atas rata-rata nasional sebanyak 3 persen. Adapun tingkat kesembuhan Balikpapan ada di angka 79,3 persen, di bawah rata-rata nasional, yakni di atas 80 persen.
Selain itu, tingkat keterisian ruang kegawatan (ICU) rumah sakit dan ruang isolasi pasien Covid-19 melebihi angka 100 persen. Padahal, batas yang ditetapkan pemerintah pusat 70 persen.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan, kondisi itu menjadi pertimbangan untuk pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di wilayah tersebut. Apalagi, dalam dua pekan terakhir, kasus harian Covid-19 terus meningkat.
”Dalam dua hari ini, kami akan bahas dan matangkan untuk kebijakan PPKM. Sebab, angka kematian, kesembuhan, dan keterisian rumah sakit sudah melampaui rata-rata nasional,” ujar Rizal, Rabu (13/1/2021), di Balikpapan.
Sebelumnya, hingga akhir 2020, jumlah tempat tidur di Balikpapan untuk pasien Covid-19 sebanyak 304 unit. Dalam dua pekan terakhir, kasus harian Covid-19 melonjak, termasuk pasien bergejala yang butuh perawatan. Kondisi tersebut mengakibatkan jumlah pasien melebihi kapasitas tempat tidur di rumah sakit rujukan Covid-19.
Adapun orang tanpa gejala dan gejala ringan juga meningkat. Hal itu membuat embarkasi haji Balikpapan sebagai tempat isolasi mandiri terisi hingga 73 persen. Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan, delapan rumah sakit rujukan sudah mulai menambah ruangan untuk perawatan pasien Covid-19 yang bergejala.
”Rumah sakit berkomitmen menambah ruangan sesuai instruksi Kementerian Kesehatan, yakni minimal 30 persen. Saat ini, tersedia sekitar total 400 tempat tidur untuk pasien Covid-19,” ujar Andi.
Mengingat pandemi Covid-19 belum terkendali, pemerintah diminta mengoptimalkan 3T, yakni pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan. Diharapkan, penularan Covid-19 bisa dicegah secara optimal. Selain itu, pasien yang bergejala bisa langsung ditangani sehingga menekan angka kematian.
Sebelumnya, pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Ike Anggraeni, telah mengingatkan pentingnya ketersediaan fasilitas kesehatan. Jumlah tempat tidur dan ruangan khusus pasien Covid-19 yang memadai menjadi salah satu kunci menghadapi Covid-19.
Ike menilai, jika ruang rawat memadai, perawatan pasien dengan gejala sedang hingga berat bisa optimal. Hal itu juga bisa menekan angka kematian dipicu Covid-19. Jika ruangan tersedia, pasien dapat segera dirawat dengan baik. Ini adalah poin penting dalam perawatan pasien. Ia menilai, mitigasi perlu ditingkatkan agar dampak dari pandemi ini tidak semakin parah.
”Selain itu, pelacakan kontak erat juga sangat perlu ditingkatkan untuk memutus rantai penyebaran. Kontak erat adalah mereka yang berinteraksi tatap muka setidaknya 15 menit atau yang pernah bersentuhan fisik dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19,” ujar Ike.