Mereka Terus Bekerja dan Pandemi Belum Terkendali
Petugas surveilans menjadi salah satu petugas yang banyak terbebani akibat pandemi Covid-19. Mereka harus ikut mengatasi kepanikan pasien, bahkan dikira penipu.
Pandemi Covid-19 yang tak terkendali akan memperpanjang beban tenaga kesehatan dan yang mendukungnya. Alih-alih mengklaim pandemi terkendali, pemerintah diminta untuk mengoptimalkan 3T, yakni pemeriksaan dini, pelacakan, dan perawatan, agar Covid-19 tertangani dengan baik.
”Ibu, karena ini berhubungan dengan virus, kita harus perhatikan betul perkembangan kesehatan ibu. Nanti ibu akan dihubungi oleh puskesmas untuk memantau perkembangan kesehatannya,” ujar I Dewa Gede Dony Lesmana, Senin (11/1/2021).
Di ruang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Balikpapan itu, Dewa menghubungi pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 setiap harinya. Data dari laboratorium yang memeriksa sampel pasien akan ditinjau satu per satu oleh tenaga surveilans di sana. Dewa adalah satu dari empat orang yang membantu menghubungi pasien yang terkonfirmasi positif di Balikpapan.
Dalam dua minggu terakhir, kerja Dewa dan tenaga surveilans meningkat. Kasus Covid-19 di Balikpapan melonjak sampai rumah sakit rujukan penuh. Itu membuat beban kerja mereka bertambah berat. Pada Minggu (10/1/2021), misalnya, terdapat penambahan kasus harian Covid-19 sebanyak 103 kasus. Itu membuat tempat tidur di rumah sakit rujukan penuh dengan jumlah 334 pasien yang dirawat.
”Dalam sehari, kami bisa menelepon 25 orang. Sekali menelepon, ada yang pernah punya pengalaman hingga 17 menit untuk menjelaskan ke pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19,” katanya.
Dalam sehari, kami bisa menelepon 25 orang. Sekali menelepon, ada yang pernah punya pengalaman hingga 17 menit untuk menjelaskan ke pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. (I Dewa Gede Dony Lesmana)
Menelepon orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 memang bukan perkara mudah. Tak semua orang percaya informasi tersebut. Tenaga surveilans terkadang harus mendengarkan kepanikan dan tangisan pasien yang terkonfirmasi positif hingga bermenit-menit. Menghadapi hal seperti itu setiap hari harus dilalui agar seluruh pasien yang terkonfirmasi positif paham kondisi dirinya. Dengan demikian, orang tersebut bisa tahu apa yang harus dia lakukan, yakni mengisolasi diri sampai dijemput ke rumah sakit atau tempat isolasi.
Baca juga: Perbanyak Tes Covid-19 dan Perbaiki Pelaporannya
Dewa adalah Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kota Balikpapan. Selama pandemi Covid-19, ia juga merangkap sebagai tenaga surveilans. Ia harus membagi waktu untuk melaksanakan tugas dan program lain dengan tugasnya sebagai tenaga surveilans. Pada pukul 09.00 Wita hingga 14.00 Wita, ia mencurahkan tenaga untuk membantu tim surveilans. Setelah atau di sela-sela itu, ia menjalankan program pencegahan dan pengendalian penyakit menular lainnya.
Pandemi yang belum terkendali ini membuat waktu tenaga surveilans harus bekerja tujuh hari dalam seminggu. Sebab, setiap hari selalu keluar hasil pemeriksaan laboratorium yang perlu disampaikan kepada pasien.
Hefi Kurniasih, yang merupakan pengelola imunisasi di Dinkes Balikpapan, juga membantu kegiatan surveilans pasien Covid-19. Setiap hari, ia memiliki daftar nomor orang terkonfirmasi positif yang harus dihubungi. Pekerjaan sebagai surveilans tak mengenal hari libur ataupun tanggal merah. Ia nyaris tak punya waktu untuk keluarga sejak pandemi Covid-19 tercatat di Balikpapan.
”Waktu hari libur dan tanggal merah, kami tetap harus menelepon orang-orang yang hasil laboratoriumnya terkonfirmasi positif Covid-19. Kami memastikan alamat dan data-data dasar mereka benar agar bisa ditindaklanjuti oleh petugas puskesmas,” kata Hefi.
Hefi mengatakan, waktu untuk keluarga harus disiasati sedemikian rupa. Misalnya, ia meluangkan waktu untuk berlibur setelah pukul 14.00 Wita setelah semua pekerjaan surveilans selesai dilakukan. Itu harus ia lewati setiap hari libur atau tanggal merah.
Saat menelepon, ia pernah disangka sebagai penipu. Orang yang memiliki kecurigaan demikian butuh waktu untuk diyakinkan bahwa telepon tersebut benar-benar dari Dinas Kesehatan Kota Balikpapan. Para tenaga surveilans menghubungi pasien dengan nomor pribadi dengan biaya telepon yang ditanggung pemerintah. Kondisi demikian kerap kali butuh waktu untuk meyakinkan pasien.
”Kami tak bisa marah, harus kami yakinkan dengan sabar dan jelas,” katanya.
Mitigasi yang tak berjalan
Setelah melewati 11 bulan pandemi Covid-19, Pemkot Balikpapan belum melaksanakan mitigasi penanganan Covid-19 dengan baik. Kerja para tenaga surveilans dan tenaga kesehatan lain akan terus bertambah jika tak ada perubahan kebijakan signifikan.
Hal itu terlihat dari manajemen penyediaan tempat tidur di rumah sakit yang tak dijalankan dengan baik. Penambahan ruangan tidak disiapkan ketika kasus sudah menunjukkan peningkatan sejak awal. Mengacu WHO, tingkat keterpakaian tempat tidur di rumah sakit adalah 60 persen. Jika sudah berada di angka itu, kapasitas tempat tidur untuk perawatan pasien perlu disiapkan guna mengantisipasi lonjakan kasus.
Kondisi rumah sakit yang penuh di Balikpapan menunjukkan manajemen itu tak dijalankan oleh Satgas Covid-19. Pemerintah menunggu rumah sakit penuh terlebih dahulu baru menyiapkan ruangan dan tempat tidur untuk menampung pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19. Itu berpotensi membuat pasien yang bergejala tak bisa tertangani langsung karena rumah sakit penuh.
Baca juga: Laju Covid-19 Meningkat, Rumah Sakit Berisiko Tak Mampu Tampung Pasien
Sebelumnya, pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Mulawarman, Ike Anggraeni, mengatakan, ketersediaan fasilitas kesehatan untuk merawat pasien adalah salah satu bekal utama untuk menghadapi Covid-19. Hal itu perlu dipastikan sebelum kasus baru bermunculan dan terjadi lonjakan kasus.
Ike menilai, jika ruang perawatan sudah memadai, perawatan pasien dengan gejala sedang hingga berat bisa maksimal. Hal itu juga bisa menekan angka kematian yang dipicu Covid-19. Sebab, jika ruangan tersedia, pasien dapat segera dirawat dengan baik. Ini adalah poin penting dalam perawatan pasien.
”Selain itu, pelacakan kontak erat juga sangat perlu ditingkatkan untuk memutus rantai penyebaran. Kontak erat adalah mereka yang berinteraksi tatap muka setidaknya 15 menit atau yang pernah bersentuhan fisik dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19,” ujar Ike.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarty mengatakan, Satgas Covid-19 sudah berkoordinasi dengan pengelola rumah sakit rujukan di Balikpapan. Delapan rumah sakit rujukan utama butuh waktu untuk menyiapkan ruangan dan tempat tidur khusus pasien Covid-19. Sebab, beberapa rumah sakit sudah mengembalikan sejumlah ruangan untuk melayani pasien umum.
”Kami merujuk arahan dari Kementrian Kesehatan. Setiap rumah sakit harus menaikkan kapasitas ruangan dan tempat tidur bagi pasien Covid-19 sebanyak 30 persen,” ucap Andy.
Sebelas bulan berlalu, pandemi Covid-19 tak juga mereda. Menjaga diri sendiri dan keluarga sekiranya jadi tameng terbaik dari infeksi virus. Ini juga akan membantu mengurangi bebam petugas kesehatan dan pendukungnya.