Reaktivasi Jalur KA Komuter di Medan Butuh Kesiapan Infrastruktur Pendukung
Reaktivasi jalur komuter kereta api di Kota Medan dan sekitarnya diyakini bakal mendukung transportasi massal di Sumatera Utara. Namun, butuh infrastruktur pendukung ideal untuk menjamin kenyamanan warga.
Oleh
AUFRIDA WISMI WARASTRI
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Reaktivasi jalur komuter kereta api di Kota Medan dan sekitarnya diyakini bakal mendukung transportasi massal di Sumatera Utara. Namun, perlu penyiapan ekosistem transportasi yang matang guna mendukung terbentuknya angkutan publik yang ideal.
”Kereta komuter Medan-Belawan yang telah tutup akan dihidupkan kembali,” kata Vice President PT KAI Divisi Regional I Sumatera Utara Daniel Johannes Hutabarat, Rabu (13/1/2021). Hal itu dikatakannya dalam diskusi bertema ”Perkeretaapian Komuter di Sumatera Utara” yang diselenggarakan Masyarakat Transportasi (MTI) Sumut secara daring.
Selain itu, jalur KA Medan-Pancur Batu dan KA Medan-Deli Tua yang dibangun Belanda juga akan diaktifkan lagi. Jalur KA ke Bandara Kualanamu juga bakal dijadikan jalur komuter memanfaatkan Stasiun Aras Kabu dan Stasiun Batang Kuis.
”Aset-aset (jalur) ke Deli Tua dan Pancur Batu tengah kami data dan sertifikasi. Para camat dan lurah memberikan dukungan, kami harap mapping (pemetaan) bisa dilakukan tahun ini,” kata Daniel. Selain itu, pihaknya juga telah melakukan kesepahaman dengan pemerintah daerah untuk menjadikan kawasan Stasiun Deli Tua lama sebagai daerah terbuka hijau.
Saat ini, kereta komuter yang tersedia di Medan hanya KA Sri Lelawangsa jurusan Medan-Binjai. Kereta itu melayani 22 perjalanan setiap hari menempuh jarak sepanjang 21 kilometer selama 32 menit. Setiap rangkaian bisa mengangkut 371 penumpang yang beroperasi pukul 04.50-23.00
Pada tahun 2016 hingga 2019, setiap tahun, KA di Sumut mengangkut 2,1 juta penumpang atau rata-rata 6.000 penumpang per hari. Namun, tahun 2020 saat pandemi Covid-19, kereta hanya mengangkut 2.200 penumpang per hari atau 810.000 penumpang dalam setahun.
Adapun KA komuter Medan-Belawan yang sebelumnya beroperasi akhirnya terhenti. KA ini tidak bisa mengakomodasi jadwal kedatangan kapal penumpang di Belawan. Namun, pihaknya telah mempersiapkan pengoperasian kereta itu kembali. Menurut rencana, KA rute Medan-Belawan sepanjang 21,6 km itu dijadwalkan beroperasi dua kali perjalanan pergi pulang, pada pagi dan sore hari. ”Semoga pertengahan tahun ini bisa direalisasikan,” kata Daniel.
Sekretaris Jenderal MTI Harya S Dillon menyatakan, problem penyediaan transportasi KA komuter adalah tidak tersedia angkutan pengumpan di stasiun. Setelah keluar dari stasiun, penumpang kebingungan karena tidak tersedia transportasi publik lanjutan. Kebanyakan pengguna layanan komuter akhirnya menggunakan angkutan pribadi, taksi, atau ojek.
”Begitu keluar dari Stasiun Kota Medan, penumpang bingung mau melanjutkan perjalanan dengan angkutan apa. Akhirnya menggunakan taksi lagi,” ujar Harya.
Harya mengatakan, perencanaan transportasi perkotaan tidak bisa dilakukan moda per moda, tetapi harus ada integrasi trayek dan tarif. Kereta api adalah penghubung dari stasiun ke stasiun, sedangkan kendaraan pribadi menghubungkan pintu ke pintu.
Di luar stasiun, ekosistem pendukungnya juga belum terbentuk. Di Jabodetabek saja, lanjut Harya, 45 persen penumpang kereta komuter menggunakan ojek daring untuk mencapai tujuan atau sebaliknya menuju stasiun. ”Ini menjadi tantangan perencanaan kota,” kata Harya.
Perencanan transportasi perkotaan tidak bisa dilakukan moda per moda, tetapi harus ada integrasi trayek dan tarif.
Berdasarkan Statistik Komuter Jabodetabek (BPS, 2019), dua alasan teratas konsumen enggan menggunakan transportasi publik karena waktu tempuh lama dan tidak praktis. Di sana tidak tersedia transportasi publik yang memadai menuju tempat tujuan. Jika berjalan kaki, juga tidak tersedia sarana pejalan kaki yang memadahi.
Pandemi Covid-19 juga memberikan catatan pada pembangunan sarana mobilitas masyarakat urban. Beban puncak pelaku perjalanan diperkirakan akan berkurang karena akan banyak pertemuan virtual yang tetap akan dilakukan meskipun pandemi berakhir.
Selain itu, penggunaan masker masih akan dilakukan pengguna transportasi. Sarana pelayanan akan lebih mengedepankan teknologi tinggi dengan sedikit sentuhan (high tech-low touch).
Perwakilan dari Dinas Perhubungan Sumatera Utara, Agus, mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan transportasi massal yang terintegrasi di Kota Medan, termasuk pengoperasian dan pengintegrasian bus Trans-Metro Deli, transporasi publik di Kota Medan yang baru diluncurkan akhir tahun lalu.
Pihaknya juga tengah menyelesaikan berbagai kajian tentang pembangunan kereta ringan di Kota Medan. ”Dokumen kajiannya masih perlu perbaikan,” kata Agus. Perbaikan dokumen juga tengah dilakukan pada rencana pembangunan jalur KA ke Danau Toba dari Pematang Siantar ke Parapat. Rute itu meneruskan rute yang sudah ada dari Medan ke Pematang Siantar.