Warga Mengungsi, Korban Jiwa Gempa di Sulbar Masih Didata
Berdasarkan laporan sementara, kerusakan bangunan atau fasilitas umum terjadi di sejumlah titik di Sulawesi Barat akibat gempa M 6,2 dini hari tadi, termasuk di Mamuju, ibu kota provinsi itu.
Oleh
Videlis Jemali
·2 menit baca
PALU, KOMPAS — Gempa bermagnitudo 6,2 mengguncang Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Jumat (15/1/2021) pukul 02.28 Wita. Berdasarkan laporan sementara, kerusakan bangunan atau fasilitas umum terjadi di sejumlah titik, termasuk di Mamuju, ibu kota Sulawesi Barat. Korban jiwa masih didata.
”Kerusakan masih didata. Informasi sementara, beberapa rumah serta bangunan runtuh dan retak. Korban jiwa masih didata,” kata Kepala Bidang Humas Polda Sulawesi Barat Ajun Komisaris Besar Syamsu Ridwan, saat dihubungi di Mamuju.
Bangunan yang dimaksud Ridwan, antara lain, Kantor Gubernur Sulawesi Barat dan sejumlah hotel di Mamuju. Namun, Ridwan tidak merinci bentuk kerusakannya.
Berdasarkan informasi yang disampaikan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Mutiara, Palu, Sulawesi Tengah, Nur Alim di grup percakapan, kerusakan melanda Kantor Gubernur Sulbar, kantor DPRD, sejumlah hotel, dan rumah warga. Disebutkan juga ada korban yang terjebak di gedung-gedung tersebut. Sebagian jaringan listrik juga terputus.
Mamuju ditempuh sekitar 1,5 jam perjalanan darat dari Majene. Dua daerah itu sama-sama berada di pesisir barat Sulawesi.
Ady (36), warga Mamuju, menyatakan, guncangan gempa dini hari tadi sangat kuat. Dia bahkan seperti terlempar saat gempa terjadi. ”Kami semua lari ke tempat yang agak tinggi. Saya bergabung dengan keluarga. Saya tinggalkan rumah,” katanya.
Berdasarkan pengamatan sekilas di pinggir jalan, ia melihat banyak rumah dan bangunan runtuh. Semua warga berada di luar rumah dan menuju tempat yang tinggi. Ia menyatakan, gempa-gempa susulan masih terus terjadi. Warga pun masih terus siaga.
Di Majene, warga juga merasakan getaran gempa kuat. ”Gempa besar sekali, kami semua keluar dari rumah,” kata Saiful Alam (50), warga Kelurahan Totoli, Kecamatan Banggae, Majene.
Ia menuturkan, sesaat setelah gempa, warga bergerak menuju tempat-tempat terbuka, antara lain di stadion dan halaman fasilitas umum lainnya, seperti kampus dan rumah sakit. Warga mengungsi sejak terjadinya gempa besar itu. Saiful belum bisa memastikan kondisi keseluruhan Majene akibat gempa tersebut.