Waspadai Aliran Lahar Hujan Gunung Semeru yang Terpecah
Hujan mulai mengguyur Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Masyarakat diminta tetap mewaspadai ancaman lahar hujan Gunung Semeru yang bisa terbagi dan mengarah ke sejumlah besuk yang ada.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·4 menit baca
MALANG, KOMPAS — Hujan mulai mengguyur Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Masyarakat diminta tetap mewaspadai ancaman lahar hujan Gunung Semeru di besuk-besuk (aliran lahar) yang ada. Sebab, aliran lahar hujan bisa mengarah ke berbagai besuk tersebut tanpa terprediksi.
Pada Minggu (17/1/2021) sore, hujan merata di sejumlah wilayah di Kabupaten Lumajang. Di sekitar Gunung Semeru pun, hujan intensitas sedang mengguguyur tidak lama.
”Mulai muncul lahar hujan lagi. Namun, kali ini aliran besarnya ke Besuk Sat di Kecamatan Pasrujambe, atau mengarah ke tenggara. Jadi, terbagi ke Besuk Kobokan dan Sat,” kata Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo, Senin (18/02/2021).
Menurut Wawan, potensi perpindahan aliran lahar melalui besuk-besuk cukup besar. Ada empat jalur aliran tetap lahar panas dan hujan Gunung Semeru, yaitu Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat. Di empat sungai itu biasanya masyarakat beraktivitas mencari pasir.
”Oleh karena hujannya belum besar, bisa jadi kali ini aliran lahar hujannya melalui Besuk Kobokan, kemudian melalui Besuk Sat, dan lainnya. Bisa jadi dibagi sama-sama sehingga intensitasnya tidak besar,” kata Wawan. Jika intensitas hujan besar, semua besuk akan terisi oleh material vulkanik Semeru.
Oleh karena itu, Wawan mengatakan, petugas BPBD, sukarelawan, dan tim muspika akan tetap berjaga di jalur-jalur aliran lahar hujan Semeru tersebut. Mereka bertugas mengingatkan warga dan melaporkan perkembangan situasi yanga ada.
Jika intensitas hujan besar, semua besuk akan terisi oleh material vulkanik Semeru.
”Oleh karena aktivitas pencarian pasir masih ada, dan kami tidak bisa menghentikannya karena urusan perut, maka tim akan selalu waspada dan mengingatkan agar mereka berhati-hati. Jika mulai mendung, tim sudah akan mencegah dan menghentikan aktivitas pencarian pasir. Dengan kerja sama semua pihak, kami harap situasi akan terkendali,” kata Wawan.
Selain lekat dengan ancaman bencana, warga di sekitar Gunung Semeru juga mendapatkan manfaat berupa melimpahnya sumber daya alam berupa pasir. Kabupaten Lumajang dikenal sebagai salah satu produsen pasir terbaik dan memiliki area pasir besi terluas se-Indonesia.
Dalam buku Data Ekonomi Daerah Kabupaten Lumajang 2016, keberadaan Semeru membuat Lumajang berlimpah bahan galian C, seperti pasir, koral, dan sirtu, yang seperti tak ada habisnya. Setiap tahun setidaknya ada 1 juta meter kubik material dikeluarkan oleh Semeru.
Potensi pasir besi Kabupaten Lumajang mencapai 60.000 hektar yang membentang luas di pesisir pantai selatan, mulai dari Kecamatan Yosowilangun, Kunir, Tempeh, dan Pasirian. Kandungan besi pada pasir besi asal Lumajang adalah 30-40 persen, terbaik se-Indonesia.
Pada 2016, di Kabupaten Lumajang terdapat 20 izin usaha pertambangan (IUP) untuk bahan galian golongan C dengan volume produksi sebesar 1.323.917,114 ton dengan nilai pajak sebesar Rp 6.661.368.400.
Meski begitu, warga tetap diminta berhati-hati dengan kondisi Gunung Semeru yang masih fluktuatif. Hingga saat ini, Semeru berstatus Waspada level II.
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, gunung setinggi 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut masih mengalami erupsi tidak menerus, mengalami erupsi ekplosif dan efusif, menghasilkan aliran lava ke arah lereng selatan dan tenggara, serta lontaran batuan pijar di sekitar kawah puncak.
Senin (18/01/2021), pada pemantauan pukul 00.00-06.00, secara visual Semeru terlihat jelas hingga tertutup kabut. Teramati asap kawah utama berwarna putih dengan intensitas tipis tinggi sekitar 50-100 meter dari puncak. Cuaca cerah hingga mendung, angin lemah ke arah utara dan timur laut.
Terjadi 11 kali gempa letusan/erupsi, 5 kali gempa guguran dengan amplitudo 2-5 mm dan lama gempa 30-80 detik, 6 kali gempa embusan dengan amplitudo 3-8 mm dan lama gempa 50-80 detik, serta terjadi 4 kali harmonik dengan amplitudo 3-9 mm dengan lama gempa 70-1010 detik.
Masyarakat/pengunjung/wisatawan tetap diminta tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari kawah atau puncak Semeru, serta 4 km arah bukaan kawah di sektor selatan-tenggara. Perlu mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru.
”Radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya,” kata Liswanyo, pengamat Gunung Semeru di Pos Pantau Gunung Sawur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang.
Menurut Liswanto, masyarakat diminta menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi.
”Perlu diwaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan, serta mewaspadai ancaman lahar di alur sungai/lembah yang berhulu di Gunung Semeru, mengingat banyaknya material vulkanik yg sudah terbentu,” kata Liswanto.