Lega, tapi Jangan Terlena
Vaksinasi di Tanah Air memberikan kelegaan dan harapan akan upaya menghadapi pandemi Covid-19. Perjuangan ini masih membutuhkan kedisiplinan protokol kesehatan serta tes, lacak, isolasi, dan perawatan yang baik.
Vaksinasi Covid-19 membawa kelegaan sekaligus harapan untuk meredam pandemi. Namun, jangan terlena karena ancaman virus korona baru belum berakhir. Disiplin menerapkan protokol kesehatan tetap tak bisa ditawar.
Mata Yuana (26) fokus menatap layar kaca di rumahnya di Kota Bandung, Jawa Barat, Senin (11/1/2021) sore. Ia menyaksikan pengumuman penggunaan darurat vaksin Covid-19 CoronaVac buatan Sinovac Biotech, China, oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (POM) melalui televisi.
Bersama 1.600-an warga Bandung lainnya, Yuana menjadi sukarelawan uji klinis fase ketiga vaksin Sinovac yang dilakukan PT Bio Farma dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Sudah lima bulan vaksin itu berada di tubuhnya.
Perasaannya lega ketika Kepala BPOM Penny K Lukito mengumumkan penggunaan darurat (emergency use of authorization/EUA) vaksin tersebut disetujui. Salah satu dasarnya adalah analisis uji klinis fase ketiga di Bandung dengan efikasi 65,3 persen.
Jangan mudah percaya dengan informasi yang belum tentu benar. Saya sebagai sukarelawan (uji klinis) alhamdulillah masih sehat.
”Alhamdulillah, lega. Akhirnya vaksin Covid-19 produksi Sinovac sudah bisa digunakan. Semoga lancar dan Indonesia bisa normal kembali,” ujarnya Jumat (15/1).
Yuna disuntik vaksin dosis pertama pada 11 Agustus 2020 di Rumah Sakit Pendidikan Unpad, Bandung. Dosis kedua disuntikkan 14 hari berselang di tempat yang sama.
Selama mengikuti uji klinis, ia beraktivitas seperti biasa. Tidak ada gejala serius yang dirasakan pascapenyuntikan vaksin.
”Hanya nyeri lokal di bekas penyuntikan dan terasa pegal. Itu pun cuma di awal-awal,” ucapnya.
Yuna berharap persetujuan penggunaan darurat itu menjawab keraguan publik mengenai vaksinasi. Dengan begitu, vaksinasi dapat dilakukan secara massal untuk mengendalikan pandemi Covid-19. ”Jangan mudah percaya dengan informasi yang belum tentu benar. Saya sebagai sukarelawan (uji klinis) alhamdulillah masih sehat,” ujarnya.
Vaksin yang disuntikkan ke tubuh Yuna telah terbukti kemanjurannya dengan efikasi 65,3 persen. Standar efikasi vaksin yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) minimal 50 persen.
Hal ini menunjukkan harapan vaksin mampu menurunkan angka kejadian Covid-19 hingga 65,3 persen. Selain itu, data imunogenitas atau kemampuan antibodi membunuh dan menetralkan virus 99,23 persen tiga bulan setelah penyuntikan (Kompas, 12/1/2021).
Baca juga: Dua Sisi Koin Paspor Vaksinasi
Akan tetapi, hal itu tak membuat Yuna terlena. Apalagi, tim dokter uji klinis menyarankan untuk tidak kendur menjalankan protokol kesehatan sebelum pandemi dinyatakan usai. ”Jadi, harus tetap menaati 3 M, memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan,” ucapnya.
Semula uji klinis vaksin produksi Sinovac di Bandung melibatkan 1.620 sukarelawan. Namun, hanya 1.603 sukarelawan yang mengikuti hingga penyuntikan vaksin dosis kedua. Sementara 17 sukarelawan tidak mengikuti penyuntikan kedua dengan berbagai alasan, di antaranya sudah pindah lokasi kerja dan tidak berada di Bandung saat jadwal penyuntikan.
Ketua Tim Uji Klinis Vaksin Covid-19 Fakultas Kedokteran Unpad Kusnandi Rusmil menuturkan, sebelum diuji klinis di Indonesia, vaksin produksi Sinovac telah melalui uji klinis fase satu dan dua di China. Vaksin ini dinilai aman karena tidak menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Kondisi kesehatan sukarelawan dipantau intensif. Menurut Kusnandi, sukarelawan hanya mengalami gejala normal pascaimunisasi, seperti demam dan bengkak di lokasi penyuntikan. Gejala itu reda dalam satu sampai dua hari.
Kusnandi mengatakan, belum ada kejadian ikutan pascaimunisasi (KIPI) serius yang dialami sukarelawan. ”Manfaat vaksinasi lebih besar dibandingkan efek sampingnya,” ujarnya.
Manfaat vaksinasi lebih besar dibandingkan efek sampingnya.
Dengan terbitnya EUA, Bio Farma pun dapat mendistribusikan vaksin ke semua provinsi untuk disuntikkan ke tenaga kesehatan. BUMN bidang farmasi itu telah menerima 3 juta dosis produk jadi vaksin pada akhir Desember 2020.
Selain itu, Bio Farma juga menerima 15 juta dosis bahan baku atau bulk vaksin dari Sinovac, Selasa (12/1). ”Selanjutnya akan diolah di fasilitas fill and finish milik Bio Farma untuk menjadi produk jadi (vaksin siap pakai),” ujar Sekretaris Perusahaan Bio Farma Bambang Heriyanto.
Pijat pundak
Selain kepada tenaga kesehatan, vaksin juga diberikan untuk pejabat, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan figur publik. Hal ini untuk menjawab keraguan warga sehingga meningkatkan keyakinan masyarakat mengikuti vaksinasi.
Akan tetapi, ketegangan tak bisa dihindari. Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum, misalnya, harus menunda vaksinasi beberapa menit karena tekanan darahnya di atas 140. Ia disarankan dokter menunggu beberapa saat.
Saat pemeriksaan tensi kedua, Gubernur Jabar Ridwan Kamil memijat pundak Uu agar lebih rileks. Kamil seperti menitipkan harapan besar di pundak Uu agar perannya bisa memberi pesan kepada masyarakat Jabar untuk mau ikut vaksinasi. Usaha itu bisa jadi ikut berperan menurunkan tensi darah Uu menjadi 129 sehingga vaksinasi dapat dilakukan.
Saya ikut vaksin sebagai tindakan nyata. Hasilnya silakan dilihat, saya tidak apa-apa. Makanya, tanyakan segala sesuatu pada yang ahli, jangan sembarangan.
”Memang sedikit tegang. Sebelumnya, kalau saya ke dokter atau ke rumah sakit tak pernah seramai ini,” ujarnya di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin, Bandung, Kamis (14/1).
Setelah divaksin, Uu menunggu selama 30 menit untuk diobservasi. Ia mengaku tidak merasakan gejala berarti. ”Jadi, masyarakat Jabar tidak perlu ragu divaksin. Kami dari unsur pemerintah, Forkopimda, ulama, dan tokoh agama lain sudah divaksin. Insya Allah membawa manfaat,” ujarnya.
Ridwan Kamil tidak terdaftar sebagai calon penerima vaksin kala itu. Sebab, mantan Wali Kota Bandung itu telah menjadi peserta uji klinis fase ketiga vaksin Sinovac.
Berkaca dari pengalaman menjadi sukarelawan uji klinis, Kamil mengatakan, peningkatan antibodi terpantau tiga bulan pascapenyuntikan vaksin dosis kedua. ”Oleh sebab itu, jangan euforia dulu. Harus tetap pakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan,” ucapnya.
Baca juga: Karena Pandemi Tak Datang Sekali…
Upaya menjawab keraguan itu juga dilakukan vokalis band Noah, Nazril Irham, atau yang akrab dipanggil Ariel Noah. Ia menjadi kelompok penerima vaksin perdana di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak, Kota Bandung.
Ariel mengenakan kaus putih bergambar emoticon wajah dengan aksen keringat di pelipis, menggambarkan sebuah kegugupan. Ia sedikit meringis saat vaksinator menyuntikkan vaksin produksi Sinovac tersebut.
Kegugupan itu terjawab sekitar 30 menit kemudian. Ariel tidak merasakan sakit ataupun efek lain setelah divaksin. ”Saya bingung melihat banyak pro dan kontra tentang vaksinasi. Karena itu, saya ikut vaksin sebagai tindakan nyata. Hasilnya silakan dilihat, saya tidak apa-apa. Makanya, tanyakan segala sesuatu pada yang ahli, jangan sembarangan,” ujarnya.
Selain Ariel, penulis populer Risa Saraswati juga dipilih sebagai penerima vaksin Covid-19 perdana di Kota Bandung. Keterlibatannya diharapkan bisa meyakinkan publik, terutama penggemarnya.
”Banyak yang bertanya dan meminta saya untuk update perkembangan setelah divaksin. Saya ingin membuktikan kalau vaksin ini tidak perlu ditakuti. Sejauh ini, menurut saya, vaksinasi ini menjadi solusi untuk menyelesaikan pandemi,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bandung Ahyani Raksanagara memaparkan, penyuntikan vaksin perdana diberikan kepada 10 pionir yang terdiri dari pejabat berbagai instansi hingga figur publik. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap vaksinasi Covid-19.
”Mereka diharapkan mampu memberikan motivasi dan informasi pentingnya vaksinasi untuk melindungi diri dan negara,” ujarnya.
Di tengah penularan Covid-19 yang belum terkendali, vaksinasi melahirkan asa untuk meredakan gelombang pandemi. Namun, meresponsnya dengan euforia justru membahayakan. Vaksinasi dan disiplin menerapkan protokol kesehatan mesti berjalan beriringan.