Pengungsi Banjir Kalsel Butuh Selimut dan Pakaian Hangat
Banjir di Kalimantan Selatan hingga kini terus meluas dari tujuh kabupaten menjadi 10 kabupaten. Ketinggian air maksimal mencapai 2 meter.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·4 menit baca
BANJARBARU, KOMPAS — Banjir di Kalimantan Selatan yang terjadi saat ini merupakan yang paling parah dalam 50 tahun terakhir. Setidaknya 15 orang meninggal dan 39.549 warga mengungsi. Pengungsi juga masih terpencar di pinggir jalan membuat tenda darurat atau mengungsi ke masjid di dekat rumah mereka.
Banjir di Kalimantan Selatan hingga kini terus meluas dari tujuh kabupaten menjadi 10 kabupaten. Ketinggian air maksimal mencapai 2 meter. Warga pun terus mengungsi dan belum terdata, begitu juga bantuan.
Dari pantauan Kompas di Kabupaten Barito Kuala, banyak warga mengungsi ke pinggir Jalan Ahmad Yani yang merupakan jalan Trans-Kalimantan. Mereka membuat tenda darurat, sebagian besar meminta sedekah dan sumbangan langsung kepada pengendara yang lewat.
Sepanjang jalan dari Kilometer 5 sampai Kilometer 9, banjir menggenangi rumah warga, bahkan hingga ke badan jalan, dengan ketinggian maksimal setengah meter. Beberapa sepeda motor terlihat mogok, begitu juga mobil. Beberapa orang bahkan menyewa kelotok atau perahu bermesin di kompleks rumah untuk mengangkut harta benda mereka.
Jayadi (45), warga Desa Sungai Lumbah, Kabupaten Barito Kuala, mengatakan, selama 20 tahun tinggal di desa itu belum pernah tergenang banjir yang menyebabkan ia dan keluarga mengungsi. Biasanya, banjir tidak pernah masuk ke rumah mereka.
”Ini kelotok aja masuk sampai ke rumah-rumah, padahal kelotok tidak pernah bisa lewat sebelumnya di sini,” kata Jayadi di Barito Kuala, Senin (18/1/2021).
Di Kilometer 9, ratusan warga bahkan mengungsi ke Masjid Jamhuri Asiyah di Desa Handil Bakti, Kabupaten Barito Kuala. Mereka tidur dengan alas sarung seadanya. Pagar-pagar masjid penuh sesak dengan pakaian basah yang dijemur sampai ke lantai masjid.
Area parkir motor penuh sesak meski masih digenangi air dengan ketinggian 30 sentimeter. Tak ada protokol kesehatan di tempat itu meski terdapat posko kesehatan. Nur Hasidah (46) yang sedang menggendong anaknya di masjid, misalnya, terlihat tidak mengenakan masker.
”Kalau makanan, di sini banyak sekali. Kami membutuhkan air minum bersih dan pakaian, khususnya selimut. Saya sendiri sudah dua hari tidak ganti pakaian, yang penting anak saya,” kata Nur.
Tak hanya kebutuhan sandang, para pengungsi juga membutuhkan toilet darurat. Masjid hanya memiliki dua toilet dan kamar mandi yang tidak mampu digunakan ratusan pengungsi. Setidaknya mereka sudah tinggal selama empat hari di masjid itu.
Kalau makanan, di sini banyak sekali. Kami membutuhkan air minum bersih dan pakaian, khususnya selimut. Saya sendiri sudah dua hari tidak ganti pakaian, yang penting anak saya. (Nur Hasidah)
Hal serupa disampaikan Abdul Rahman (36) di posko pengungsian Terminal AKAP Kilometer 6 Banjarmasin, sekitar 8 kilometer dari Barito Kuala. Menurut Abdul, warga sangat membutuhkan sarung dan selimut.
”Anak-anak mulai terlihat pilek, bahkan ada yang muntah-muntah. Untung ada perawat di sini, jadi bisa minta obat,” ungkap Abdul.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 10 kabupaten/kota terdampak banjir, meliputi Kabupaten Tapin, Kabupaten Banjar, Kota Banjarbaru, Kota Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, Kabupaten Balangan, Kabupaten Tabalong, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dan Kabupaten Barito Kuala.
Masih dari data yang sama, tercatat 24.379 rumah terendam banjir dan 39.549 warga mengungsi, dengan rincian antara lain Kabupaten Tapin sebanyak 582 rumah terdampak dan 382 jiwa mengungsi, Kabupaten Banjar 6.670 rumah terdampak dan 11.269 jiwa mengungsi, Kota Banjarbaru 2.156 rumah terdampak dan 3.690 jiwa mengungsi, serta Kota Tanah Laut 8.506 rumah terdampak dan 13.062 jiwa mengungsi.
Selanjutnya, Kabupaten Balangan sebanyak 1.154 rumah terdampak dan 17.501 jiwa mengungsi, Kabupaten Tabalong 407 rumah terdampak dengan 770 jiwa terdampak dan mengungsi, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 11.200 jiwa mengungsi dan 64.400 jiwa terdampak, Kabupaten Hulu Sungai Selatan 387 rumah terdampak dan 6.690 jiwa mengungsi, Kota Banjarmasin 716 jiwa terdampak, serta Kabupaten Barito Kuala 517 rumah dan 28.400 jiwa terdampak.
Selain itu, terdapat korban meninggal sebanyak 15 orang, dengan rincian Kabupaten Tanah Laut 7 orang, Kabupaten Hulu Sungai Tengah 3 orang, Kota Banjarbaru 1 orang, Kabupaten Tapin 1 orang, dan Kabupaten Banjar 3 orang.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan Muslim menjelaskan, pihaknya mendirikan posko kesehatan di tiap posko pengungsian. Segala macam obat-obatan untuk penyakit umum tersedia di posko tersebut.
”Kami berupaya agar semua pengungsi tertangani dengan baik,” ujar Muslim singkat.