Menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 belum dirasa menjadi prioritas bagi para pengungsi penyintas gempa di Mamuju, Sulawesi Barat, karena berbagai kendala.
Oleh
M Ikhsan Mahar
·3 menit baca
MAMUJU, KOMPAS — Penerapan protokol kesehatan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 seakan terabaikan di sejumlah tempat pengungsian penyintas gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat. Tidak tersedianya fasilitas dan perlengkapan penunjang hingga prioritas masyarakat untuk mendapatkan kebutuhan bahan makanan membuat protokol kesehatan tidak efektif dilaksanakan.
Yani (37) dan Lili (32), warga Desa Tadui, Mamuju, tidak pernah lagi mengenakan masker dan menerapkan jaga jarak ketika mengungsi dari tempat tinggalnya sejak Jumat (15/1/2021) lalu. Ketika gempa terjadi, keduanya meninggalkan rumah, yang berdekatan dengan kawasan bakau. Untuk sementara, Yani dan Lili, yang telah puluhan tahun hidup bertetangga, memilih tinggal di tenda pengungsian di wilayah perbukitan.
Berada di posko pengungsian, kata Yani, membuat ia dan keluarga mustahil menerapkan protokol kesehatan. Pasalnya, di tempat pengungsian tidak disediakan masker, kemudian sejumlah keluarga bermukim berdekatan dengan tenda karena terbatasnya luas lapangan.
”Tidak terpikirkan bagi kami untuk jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan setiap saat. Kami hidup seadanya di pos pengungsian, jadi yang utama kami bisa makan, mandi, dan beristirahat dengan tenang,” kata Lili.
Lebih lanjut Lili menyebutkan, di Desa Tadui diketahui terdapat kasus Covid-19 ketika kepala desa Tadui dan sang putra terinfeksi virus tersebut. Oleh karena itu, dalam kondisi normal, beberapa warga sempat menggunakan masker agar tidak ada penyebaran Covid-19 di kalangan masyarakat.
Tak hanya di Desa Tadui, puluhan masyarakat terdampak gempa di Mamuju juga sudah tidak memedulikan protokol kesehatan. Dalam sejumlah aktivitas penyaluran bantuan bahan pokok, seperti yang dilakukan di Stadion Manakarra, beberapa ruas jalan poros, serta rumah jabatan Wakil Bupati Mamuju, para pengungsi tidak segan berdesak-desakan meski tidak memakai masker.
”Paling penting bagi kami bisa mendapatkan bantuan. Jangan sampai sudah mengantre tetap tidak mendapat jatah,” kata Solihin (43), yang memasang masker hanya untuk menutupi dagunya ketika menerima bantuan di kawasan Jalan Mamuju-Kalukku.
Berbeda dengan ketiganya, Baso Dalle (64), warga Kelurahan Rimuku, Mamuju, tetap disiplin menggunakan masker ketika mendampingi sang istri. Istrinya itu tengah menjalani pemulihan patah kaki kiri di tenda perawatan yang berada di tempat pengungsian kawasan Stadion Manakarra.
Di tempat pengungsian itu, Dalle memboyong anak, menantu, dan cucunya untuk meninggalkan sementara tempat tinggal mereka yang rusak akibat gempa bumi. Sekitar 20 anggota keluarga Dalle bermukim sementara di tiga tenda yang berada di kawasan Stadion Manakarra.
Meski berada di pengungsian, Dalle cukup ketat meminta anggota keluarganya tidak menanggalkan masker ketika berada di wilayah pengungsian. Ia pun masih memiliki stok masker sendiri. ”Saya tidak ingin anggota keluarga mengalami musibah dua kali. Jangan sampai kami sudah kesusahan karena gempa, juga menderita karena Covid-19,” ucap Dalle.
Dalle pun mengakui, pascagempa lalu, masker tidak bisa didapatkan. Hal itu disebabkan tidak ada apotek dan toko yang buka. Kelangkaan masker memang menjadi masalah di tempat pengungsian. Letnan Dua (CKM) Mhd Wira, petugas Kesehatan Komando Daerah Militer (Kesdam) XIV/Hasanuddin, mengatakan belum ada pasokan masker yang dialokasikan untuk para pengungsi yang bermukim di Stadion Manakarra.
Hingga Senin (18/1/2021), Kesdam XIV/Hasanuddin, yang membuat posko kesehatan di kawasan Stadion Manakarra sejak Jumat lalu, belum menerima pasokan masker. Wira mengungkapkan, pihaknya hanya memiliki pasokan obat antibiotik, paracetamol, dan vitamin. Oleh karena itu, Wira berharap bantuan masker dapat segera tiba.
”Semua pengungsi tetap kami edukasi untuk tidak lupa memakai masker. Tetapi, edukasi tidak efektif karena kami tidak memiliki masker yang bisa diberikan langsung kepada para pengungsi,” ujar Wira.