Aktivitas Kegempaan Berkurang, Semeru Tetap Harus Diwaspadai
Aktivitas kegempaan Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (19/01/2021), mulai berkurang. Meski begitu, status Gunung Semeru tetap Waspada (Level II).
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Aktivitas kegempaan Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Selasa (19/01/2021), mulai berkurang. Meski begitu, aktivitas gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut tidak bisa diprediksi. Status Gunung Semeru tetap Waspada (Level II).
Berdasarkan pemantauan dari Pos Pantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Lumajang, Selasa (19/01/2021) pukul 00.00-06.00 WIB, gunung dengan ketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut (mdpl) tersebut terlihat jelas dan tidak tampak mengeluarkan asap kawah. Angin bertiup lemah ke arah utara, timur, dan timur laut. Masih teramati sinar api sepanjang 30 meter.
Aktivitas kegempaannya masih terekam 1 kali gempa letusan atau erupsi dengan amplitudo 10 milimeter (mm) dengan lama gempa 85 detik, 2 kali gempa guguran dengan lama gempa 40-100 detik, serta serta 9 kali gempa embusan selama 50-130 detik.
Kali ini tidak terekam tremor harmonik, gempa tektonik jauh, dan vulkanik dangkal. Meski begitu, aktivitas vulkanik Gunung Semeru masih harus selalu diwaspadai. ”Hingga kini, Semeru statusnya masih terus waspada. Artinya harus terus diwaspadai segala hal terkait, baik aktivitas vulkanik maupun dampaknya,” kata pemantau Gunung Semeru di Gunung Sawur, Mukdas Sofian, Selasa (19/01/2021).
Menurut Sofian, hingga kini, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) masih mengeluarkan rekomendasi kewaspadaan bagi masyarakat atau pengunjung. Warga diminta tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer (km) dari puncak Gunung Semeru serta menjaga jarak 4 km arah bukaan kawah di sektor Selatan-Tenggara. Masyarakat juga diminta mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru.
Warga diminta tidak beraktivitas dalam radius 1 kilometer dari puncak Gunung Semeru serta menjaga jarak 4 km arah bukaan kawah di sektor Selatan-Tenggara.
”Masyarakat tetap diminta menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas karena saat ini suhunya masih tinggi,” kata Sofian.
Selain ancaman primer erupsi Semeru, masyarakat juga terus diminta mewaspadai ancaman sekunder lahar hujan Semeru. Lahar hujan dengan membawa material tinggi dari puncak Semeru dinilai sangat berbahaya.
”Sekarang mulai sering turun hujan. Artinya, ancaman lahar hujan Semeru semakin tinggi. Tim BPBD bersama relawan dan perwakilan muspika selalu memantau lokasi-lokasi yang hingga saat ini masih ada aktivitas masyarakat berupa penambangan pasir,” tutur Kepala Bidang Kesiapsiagaan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang Wawan Hadi Siswoyo.
Menurut Wawan, warga tetap beraktivitas menambang pasir di sungai-sungai sepanjang daerah aliran lahar Gunung Semeru. Ada empat jalur aliran tetap lahar panas dan dingin Gunung Semeru, yaitu Besuk Bang, Besuk Kembar, Besuk Kobokan, dan Besuk Sat. Di tempat itu, biasanya masyarakat beraktivitas mencari pasir. Dari empat jalur utama itu akan terus bercabang ke sungai-sungai di Lumajang.