Presiden Joko Widodo memerintahkan seluruh jajarannya dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menyalurkan bantuan kepada para penyintas gempa bumi secara merata.
Oleh
M Ikhsan Mahar
·4 menit baca
MAMUJU, SELASA — Presiden Joko Widodo memerintahkan seluruh jajarannya dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat menyalurkan bantuan kepada para penyintas gempa bumi secara merata. Selain memprioritaskan penyaluran bahan makanan dan tenda, Presiden memastikan, pemerintah pusat akan mengambil alih proses renovasi kantor pelayanan publik dan rumah warga yang rusak.
”Saya datang untuk memastikan proses evakuasi dan penyaluran bantuan berupa logistik, makanan, dan tenda tersalurkan dengan baik kepada seluruh pengungsi,” ujar Presiden setelah melihat tenda pengungsian dan berinteraksi dengan para penyintas gempa di Kompleks Stadion Manakarra, Mamuju, Sulbar, Selasa (19/1/2021).
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), terdapat 19.435 penyintas yang mengungsi dengan rincian 15.014 warga Kabupaten Mamuju dan 4.421 warga Kabupaten Majene. Kemudian, 20.448 penyintas lainnya terdampak gempa di dua kabupaten tersebut yang menewaskan 90 korban jiwa.
Stadion Manakarra menjadi lokasi kedua yang dikunjungi Presiden dalam kunjungan kerja di Sulbar. Sebelum melihat tenda pengungsian, Presiden terlebih dahulu melihat kondisi bangunan Kantor Gubernur Sulbar dan rumah warga yang runtuh akibat gempa bermagnitudo 6,2, Jumat (15/1/2021).
Sekitar pukul 12.30 Wita Presiden tiba dengan sambutan meriah dari para penyintas gempa. Presiden didampingi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, Gubernur Sulbar Ali Baal Masdar, Kepala BNPB Doni Monardo, serta Direktur Perlindungan Korban Bencana Alam Kementerian Sosial M Safii Nasution.
Presiden melihat dan berinteraksi dengan penyintas gempa yang terdapat di sembilan tenda yang dibangun Kemensos di stadion itu. Dalam satu tenda terdapat 10 ruang bersekat. Setiap ruang bisa ditempati satu keluarga yang maksimal terdiri lima orang.
Renovasi bangunan di Mamuju dan Majene akan diambil alih oleh pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR.
Di sela-sela menyambangi tenda penyintas, Presiden juga membagikan makanan cepat saji kepada anak-anak penyintas gempa. Setelah 30 menit berada di Stadion Manakarra, Presiden mengunjungi pengungsian di kawasan Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene.
Selain kebutuhan para penyintas, Presiden memerintahkan Pemprov Sulbar untuk secepatnya melakukan audit terkait kerusakan bangunan pelayanan publik dan mendata rumah warga yang terdampak gempa. Ia memastikan, renovasi bangunan di Mamuju dan Majene akan diambil alih pemerintah pusat melalui Kementerian PUPR.
”Saya sampaikan kepada Gubernur Sulbar, bangunan pemerintahan dan pusat pelayanan publik yang rusak akan dibangun kembali oleh pemerintah pusat. Pemerintah juga akan membantu perbaikan rumah warga dengan alokasi Rp 50 juta untuk rumah rusak berat, Rp 25 juta untuk rumah rusak sedang, dan Rp 10 juta untuk rumah rusak ringan yang alami retak di dinding,” kata Presiden.
Di Mamuju, sejumlah bangunan pemerintahan dan pelayanan publik yang rusak parah adalah Kantor Gubernur Sulbar, Rumah Sakit Mitra Manakarra, Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Mamuju, dan Pelabuhan Mamuju.
Adapun fasilitas publik yang rusak berat di Majene meliputi Puskesmas Ulumanda, Markas Komandan Rayon Militer Malunda, 8 masjid, dan 15 sekolah. Sementara itu, ribuan rumah warga di kedua kabupaten itu juga mengalami kerusakan.
Sebelumnya diberitakan, terdapat pula sejumlah desa di Kabupaten Majene yang masih terisolasi akibat akses jalan putus karena longsor yang dipicu gempa. Desa-desa itu sebagian besar berada di Kecamatan Ulumanda dan Kecamatan Malunda, wilayah dataran tinggi di Majene.
”Lokasinya di dataran tinggi dan cukup jauh dari jalan poros. Jadi, mobil pembawa logistik hanya bisa sampai di satu titik dan selebihnya logistik dibawa pakai kendaraan roda dua, sebagian lagi harus jalan kaki. Di satu titik jalan putus, kami diseberangkan pakai ekskavator,” kata Yayat, mahasiswa sekaligus sukarelawan Fakultas Teknik Industri (FTI) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Selasa (19/1/2021).
Sejauh ini, baru personel sukarelawan yang berhasil menembus sejumlah lokasi terisolasi. Bantuan dari pemerintah beberapa kali didrop menggunakan helikopter, tetapi jumlahnya terbatas dan tidak setiap hari. Terisolasinya desa-desa ini juga membuat pemerintah masih kesulitan melakukan pendataan.
”Kami masuk ke Kecamatan Ulumanda. Di sana ada enam desa yang terisolasi. Dua desa cukup parah, bahkan hingga kini belum diketahui persis bagaimana kondisinya. Kerusakan di wilayah ini juga cukup parah karena sangat dekat dengan pusat gempa. Kami berharap pemerintah dan siapa pun bisa membantu dengan mengirim alat berat dan men-drop bantuan via heli,” tutur Zakir Sabara, Dekan FTI UMI, yang memimpin sukarelawan ke wilayah itu.