Vaksinasi, Asa Baru bagi Tenaga Kesehatan di Ruang Isolasi Covid-19 di Medan
Perawat yang bekerja di ruang isolasi menjadi orang yang paling berisiko tertular Covid-19. Setiap hari, mereka berhadapan dengan pasien positif Covid-19. Mereka menyambut vaksinasi sebagai benteng pertahanan diri.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
Perawat yang bekerja di ruang isolasi menjadi orang yang paling berisiko tertular Covid-19. Setiap hari, mereka berhadapan langsung dengan pasien positif Covid-19. Dengan memakai pelindung diri level III, mereka juga harus melawan rasa haus, lapar, sesak, dan keringat yang bercucuran selama berjam-jam. Kini, mereka menyambut vaksinasi sebagai benteng baru pertahanan diri.
Wajah Pona Mealenta Rajagukguk (40) berseri-seri ketika mendaftar ulang untuk vaksinasi di Rumah Sakit Umum Pusat H Adam Malik, Medan, Selasa (19/1/2021) pagi. Perawat yang bertugas di ruang isolasi khusus untuk bayi yang terinfeksi Covid-19 itu lalu duduk di kursi yang telah disediakan. Ia pun tersenyum dan mengacungkan jempolnya saat jarum suntik masuk ke lengannya.
”Saya sangat senang akhirnya bisa mendapat vaksinasi Covid-19. Bagi kami yang sehari-hari berhadapan langsung dengan pasien Covid-19, vaksinasi sangat melegakan hati,” kata Pona.
Vaksinasi untuk tenaga kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan dimulai di Sumatera Utara sejak Selasa pagi. Sebanyak 1.719 tenaga kesehatan di RSUP H Adam Malik akan mendapat vaksinasi. Vaksinasi pun dimulai kepada tenaga kesehatan yang paling berisiko tertular Covid-19.
Pona merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling berisiko tertular Covid-19. Selama pandemi Covid-19, ia bekerja merawat bayi yang positif atau suspek Covid-19 di ruang perinatologi. ”Bayi-bayi itu sebagian besar dilahirkan oleh ibunya yang terkonfirmasi positif Covid-19,” kata Pona.
Merawat bayi yang positif Covid-19 tentu berbeda dengan merawat pasien Covid-19 lainnya. Para perawat harus bersentuhan langsung dengan bayi untuk memberi susu atau obat. Ibu bayi-bayi itu pun tidak bisa merawat anaknya sebelum dinyatakan sembuh dari Covid-19.
Ada saat-saat perawat harus menggendong bayi-bayi tersebut. Semua harus mereka lakukan dengan menggunakan alat pelindung diri level III, seperti mamakai hazmat, kacamata google, masker N95, sarung tangan karet, dan sepatu bot.
Setelah memakai alat pelindung diri lengkap, para perawat beraktivitas di ruang isolasi selama 4-5 jam. Selama itu, mereka tidak bisa makan, minum, atau ke toilet. Mereka juga tidak bisa keluar dari ruang isolasi tersebut. ”Saat-saat memakai hazmat adalah saat yang sangat sulit. Saya tidak pernah membayangkan bekerja dengan cara seperti itu,” kata Pona.
Pona mengatakan, rasa takut terinfeksi Covid-19 selalu menyelimuti hatinya setiap hari. Alat pelindung diri level III sekali pun tentu tidak menjamin 100 persen mereka bisa terlindungi dari infeksi. ”Namun, sebagai seorang perawat, saya harus menjalankan tugas saya, terutama saat pandemi seperti sekarang. Ini sudah menjadi panggilan bagi saya,” katanya.
Pona pun sangat takut jika suami dan tiga anaknya harus terinfeksi karena dirinya. Karena itu, dia selalu mengikuti prosedur untuk melindungi diri. Setelah keluar dari ruang isolasi, ia membuka alat pelindung diri dan semua pakaiannya. Pona lalu mandi dan memakai pakaian baru di rumah sakit.
Para perawat yang telah bekerja di ruang isolasi juga harus melanjutkan bekerja untuk melengkapi administrasi perawatan yang telah mereka lakukan.
Setelah pulang dari rumah sakit, Pona pun membuka tas, sepatu, dan semua peralatan di tempat khusus di teras rumahnya. Dia lalu menyemprotnya dengan cairan disinfektan. Setelah itu, dia langsung ke kamar mandi dari jalan khusus. Di sana, dia merendam semua pakaiannya dengan detergen, lalu mandi. ”Saya harus melakukannya setiap hari untuk melindungi diri dan keluarga,” katanya.
Pona pun berharap, vaksinasi bisa menambah pertahanan baru bagi dirinya. Vaksinasi itu pun semakin menguatkan dirinya untuk tetap bekerja di baris terdepan menghadapi pandemi Covid-19.
Jumlah perawat di Sumut yang positif Covid-19 per 7 Januari pun mencapai 856 orang atau sekitar 49 persen dari 1.749 tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19.
Direktur Utama RSUP H Adam Malik, Zainal Safri, mengatakan, vaksinasi Covid-19 diharapkan bisa menjadi perlindungan baru bagi tenaga kesehatan. Rumah sakit tersebut saat ini memiliki sekitar 170 tempat tidur untuk merawat pasien Covid-19. ”Peran tenaga kesehatan sangat penting dalam menangani pandemi Covid-19 ini,” kata Zainal.
Sekretaris Persatuan Perawat Nasional Indonesia Sumut Suheri mengatakan, perawat menjadi tenaga kesehatan yang paling berisiko tertular Covid-19. Selain perawat di ruang isolasi, perawat di fasilitas kesehatan lainnya juga menghadapi risiko tinggi karena sebagian besar pasien yang datang berobat belum diketahui status kesehatannya.
Jumlah perawat di Sumut yang positif Covid-19 per 7 Januari pun mencapai 856 orang atau sekitar 49 persen dari 1.749 tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19. ”Karena itu, kami sangat menyambut baik vaksinasi yang pada tahap pertama diprioritaskan bagi tenaga kesehatan,” kata Suheri.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan, vaksinasi tahap pertama di Sumut akan diprioritaskan bagi tenaga kesehatan di tiga daerah episentrum penularan, yakni Medan, Binjai, dan Deli Serdang, dengan jumlah semua tenaga kesehatan yang divaksinasi sekitar 26.093 orang. Vaksinasi itu pun diharapkan selesai dilaksanakan pada Januari ini.
Vaksinasi tahap kedua pun masih diprioritaskan bagi tenaga kesehatan di 30 kabupaten/kota lainnya di Sumut dengan jumlah 43.521 orang. Vaksinasi untuk semua tenaga kesehatan di Sumut pun diharapkan bisa selesai pada Februari. Alwi pun berharap perlindungan bagi tenaga kesehatan menjadi benteng baru dalam menghadapi pandemi Covid-19.