Gunung Raung Keluarkan Asap Setiap 30 Menit Sekali
Peningkatan aktivitas Gunung Raung berupa erupsi skala kecil masih terus terjadi. Hampir setiap 30 menit sekali gunung yang memiliki kaldera berdiameter 2 km itu mengeluarkan asap yang disertai abu vulkanik.
Oleh
ANGGER PUTRANTO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Peningkatan aktivitas Gunung Raung di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember, Jawa Timur, berupa erupsi skala kecil masih terus terjadi pascapeningkatan status menjadi waspada Kamis kemarin. Hampir setiap 30 menit sekali, gunung setinggi 3.332 meter yang memiliki kaldera berdiameter 2 kilometer itu mengeluarkan asap yang disertai abu vulkanik.
Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Raung Mukijo mengatakan, fenomena yang terjadi saat ini tidak jauh berbeda dengan yang terjadi sepanjang Juli hingga November 2020. ”Erupsi kecil ini serupa dengan yang terjadi tahun lalu. Fenomenanya serupa, embusan gas disertai abu vulkanik terjadi setiap 5 menit hingga 30 menit sekali,” ujarnya di Banyuwangi, Jumat (22/1/2021).
Mukijo menuturkan, hasil pengamatan berkala pada periode pukul 00.00 hingga 06.00 Jumat (22/1/2021) terjadi 53 gempa tremor dan 13 kali gempa embusan. Selepas pukul 06.00, embusan terus terjadi, tetapi pada pukul 08.00 pengamatan aktivitas Gunung Raung terhalang kabut.
Kepulan asap di puncak Gunung Raung, lanjut Mukijo, berwarna kelabu dengan ketinggian sekitar 200 hingga 400 meter dari puncak kawah. Kepulan asap yang membawa abu itu mengarah ke timur dan timur laut.
”Sebaran abu saat ini menjadi ancaman paling nyata. Kami sudah merekomendasikan untuk tidak ada pendakian dan aktivitas di radius 2 km dari puncak. Masyarakat tidak perlu panik karena permukiman terdekat masih dalam radius aman karena berjarak 10 km dari puncak,” tuturnya.
Guguran lava pijar diprediksi tidak akan terjadi apabila kondisi erupsi yang terjadi masih dalam skala kecil. Hal itu baru akan terjadi apabila kaldera Raung terisi penuh oleh material vulkanik. Padahal kaldera Raung memiliki diameter 2 km dengan kedalaman 400 meter hingga 500 meter dari bibir kawah.
Kami sudah merekomendasikan untuk tidak ada pendakian dan aktivitas di radius 2 km dari puncak. (Mukijo)
Erupsi kecil ini menambah rentetan erupsi kecil seperti yang terjadi tahun 2020. Pascaerupsi besar pada 2015, nyaris tidak ada aktivitas vulkanik di Gunung Raung. Baru pada Juli 2020, muncul erupsi kecil. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) lantas meningkatkan status Raung menjadi waspada sejak 17 Juli hingga 28 November 2020.
Sejak 27 November 2020 hingga Rabu (20/1/2021) pagi, Gunung Raung berstatus Normal (Level I). Baru pada sore harinya, terjadi peningkatan aktivitas vulkanik berupa gempa embusan.
Keesokan harinya, Kamis (21/1/2021) aktivitas Gunung Raung semakin meningkat. Pada pukul 05.20 teramati embusan gas dari kawah puncak berwarna putih kelabu setinggi 100 meter hingga 400 meter dari atas kawah. Eembusan gas terjadi beberapa kali secara tidak menerus hingga pukul 09.00.
Atas dasar itu, PVMBG kembali menaikkan status Gunung Raung menjadi Waspada (Level II). Peningkatan status tersebut disampaikan langsung oleh Kepala PVMBG Kasbani.
”Berdasarkan pemantauan visual dan instrumental memang ada gejala kenaikan aktivitas, karena itu status Gunung Raung ditingkatkan dari normal (level I) menjadi Waspada (Level II) terhitung sejak 21 Januari 2021 pukul 13.00,” ujarnya.
Aktivitas vulkanik yang terjadi, hingga saat ini belum berpengaruh bagi penerbangan di Banyuwangi. ”Jalur penerbangan masih aman. Tidak ada pengalihan lalu lintas udara,” ucapnya Kepala AirNav Indonesia cabang Banyuwangi Suri Fikriansyah.
Hal senada disampaikan Asisten Manager Maintenance Facility Angkasa Pura II Bandara Banyuwangi Andry Lesmana. Ia mengungkapkan, hingga saat ini aktivitas vulkanik Gunung Raung belum berdampak pada layanan penerbangan dari dan menuju Banyuwangi.
”Hingga saat ini, semua penerbangan masih sesuai jadwal. Bandara masih aman untuk penerbangan. Kami juga belum menerima laporan adanya kendala dari para pilot,” ujar Andry.
Apabila pengukuran dampak letusan yang dilakukan oleh PVMBG dan BMKG menunjukkan peningkatan, Angkasa Pura II selaku operator Bandara Banyuwangi akan melakukan paper test. Paper test ialah salah satu cara untuk melihat apakah di sekitar bandara ada sebaran abu yang berpotensi menganggu penerbangan.