Warga Komorbid di Kota Kediri Memilih Bekerja dari Rumah
Meski tidak menerapkan PPKM, Pemkot Kediri tetap meminta warganya yang komorbid kerja dari rumah, mendorong donor plasma darah konvalesen, dan meminta satpol PP cek perkantoran.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
KEDIRI, KOMPAS — Meski tidak ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai daerah yang harus menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM, Pemerintah Kota Kediri meminta warganya yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid untuk bekerja dari rumah selama dua pekan ke depan.
Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar mengatakan, selain meminta warga yang memiliki komorbid bekerja dari rumah, pihaknya juga mendorong terhadap penyintas melakukan donor plasma darah konvalesen.
”Warga yang komorbid agar work from home (bekerja dari rumah) karena kami lihat rata-rata penularannya dari kantor, yang komorbid banyak yang meninggal. Mereka harus membatasi diri untuk tidak keluar rumah,” ujarnya saat dihubungi dari Malang, Jumat (22/1/2021) sore.
Selain dua langkah di atas, Pemkot Kediri juga menerjunkan satuan polisi pamong praja untuk masuk ke perkantoran. Tujuannya untuk menjamin agar perkantoran tetap menerapkan aturan/protokol kesehatan dan memastikan upaya itu tidak kendur.
Warga yang komorbid agar bekerja dari rumah karena kami lihat rata-rata penularannya dari kantor, yang komorbid banyak yang meninggal. Mereka harus membatasi diri untuk tidak keluar rumah.
Sejauh ini ada beberapa hal yang melatarbelakangi Pemkot Kediri menerapkan langkah di atas, salah satunya—dari hasil evaluasi sampai 20 Januari—tingkat kematian di Kota Kediri masih tinggi mencapai 9,8 persen. Meski, di sisi lain angkanya membaik, seperti kasus aktif turun dari 7,57 persen menjadi 4,79 persen dan tingkat kesembuhan naik menjadi 84,79 persen.
Terkait upaya menggenjot donor plasma darah konvalesen, menurut Abu Bakar pihaknya telah menggaungkan program tersebut sejak pekan lalu. Dan beberapa hari terakhir Palang Merah Indonesia Kota Kediri berhasil mendapatkan donor plasma darah yang dimaksud meski jumlahnya masih terbatas.
“Kemarin kita dapat 50-an orang penyintas tetapi yang berhasil donor hanya beberapa. Yang lain tidak masuk kriteria,” ujar Abu Bakar.
Berdasarkan data Jatim Tanggap Covid-19, per 22 Januari, jumlah pasien terkonfirmasi positif di Kota Kediri sebanyak 924 (aktif 48, sembuh 786, dan meninggal 90). Sementara suspek 167, probable 30, diisolasi 167, dan discarded 1.251.
Perpanjang PPKM
Menyikapi perpanjangan masa PPKM selama 14 hari dari 26 Januari sampai 8 Februari 2021, Pemerintah Kabupaten Blitar masih membahas langkah-langkah apa saja yang akan diterapkan selama masa PPKM jilid dua itu.
Seperti diketahui, Kabupaten Blitar menjadi salah satu dari 15 daerah yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk melaksanakan PPKM. Daerah lainnya seperti Surabaya Raya, Malang Raya, Madiun Raya, Mojokerto Raya, Kabupaten Kediri, Lamomgan, dan Ngawi.
”Hari ini masih akan rapat terkait apa yang akan dilakukan. Langkah-langkah apa saja yang nantinya diterapkan,” ujar Juru Bicara Satuan Tugas Covid-19 Kabupaten Blitar Krisna Yekti ketika dihubungi dari Malang, Jumat (22/1/2021) siang.
Menurut Krisna, efektivitas PPKM jilid pertama di daerahnya baru mencapai 60-70 persen. Dari pengamatan satgas, ada sebagian masyarakat yang sudah mematuhi aturan yang diterapkan, tetapi masih ada juga yang tak acuh.
”Ada beberapa kecamatan pukul 20.00 sudah sepi, tetapi ada juga yang masih seperti itu (ramai),” katanya. Menurut Krisna, kesadaran dan kedisiplinan masyarakat masih perlu ditingkatkan. Padahal, kedisiplinan menjadi kunci utama penanganan Covid-19.
Angka kasus Covid-19 di Kabupaten Blitar sendiri terus meningkat. Beberapa kasus muncul, antara lain dari kluster hajatan, perkantoran, dan pesantren. Oleh karena itu, sejak akhir Desember, Pemerintah Kabupaten Blitar menutup semua obyek wisata dan melarang penyelenggaraan hajatan.
Berdasarkan data Jatim Tanggap Covid-19, per 22 Januari, di Kabupaten Blitar terdapat 3.065 orang yang terkonfirmasi positif (aktif 543, sembuh 2.273, meninggal 249). Sementara suspek 13, probable 66, diisolasi 13, dan discarded 1.996.