Vaksinasi Lanjutan Tahap Pertama di Sidoarjo Dimulai, Cakupan Digenjot
Vaksinasi Covid-19 terhadap pejabat daerah di Sidoarjo, Jumat (29/1/2021), menandai dimulainya vaksinasi Sinovac dosis kedua bagi tenaga kesehatan. Demi menyukseskan program ini, cakupan imunisasi terus digenjot.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·3 menit baca
SIDOARJO, KOMPAS — Sebanyak 17 pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan tenaga medis menjalani vaksinasi Covid-19 lanjutan tahap pertama, Jumat (29/1/2021). Hal tersebut sekaligus menandai dimulainya vaksinasi Sinovac dosis kedua bagi tenaga kesehatan. Demi menyukseskan program ini, cakupan terus digenjot.
Kepala Dinas Kesehatan Sidoarjo Syaf Satriawarman mengatakan, seperti pada saat vaksinasi perdana, Jumat (15/1/2021), kegiatan kali ini juga berlangsung di aula hemodialisis lantai 4 RSUD Sidoarjo. Alur vaksinasi pun masih sama, yakni harus melalui penapisan kesehatan dan proses verifikasi terlebih dulu.
”Setelah menerima vaksin, tetap harus menjaga protokol kesehatan minimal 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan, secara ketat. Protokol kesehatan sejatinya merupakan vaksin Covid-19,” ujar Syaf.
Penyuntikan vaksin dosis kedua bagi pejabat daerah ini menandai vaksinasi lanjutan bagi seluruh tenaga kesehatan di Sidoarjo. Data dinas kesehatan menyebutkan total ada 11.200 tenaga kesehatan yang bertugas di seluruh fasilitas layanan kesehatan milik pemerintah daerah dan swasta. Mereka bertugas di puskesmas, rumah sakit daerah, RS swasta, serta klinik kesehatan.
Dari total 11.200 tenaga kesehatan tersebut, yang terdata sebagai penerima vaksin sebanyak 8.720 orang. Namun, sampai saat ini, jumlah tenaga kesehatan yang sudah tervaksin sebanyak 3.500 orang atau sekitar 40 persen. Jumlah tenaga kesehatan yang belum mengikuti program vaksinasi masih lebih banyak, yakni 60 persen.
Selain itu, masih ada 2.480 tenaga kesehatan yang belum masuk dalam data Kementerian Kesehatan sehingga belum terdaftar sebagai penerima vaksin. Hasil penelusuran dinas kesehatan, tenaga kesehatan yang belum terdata ini mayoritas pegawai baru yang bekerja di fasilitas layanan kesehatan primer ataupun lanjutan.
”Dinas Kesehatan Sidoarjo sudah mendata mereka dan mendaftarkannya ke Kemenkes. Harapannya, mereka segera masuk dalam daftar penerima vaksin agar program vaksinasi Covid-19 untuk tenaga kesehatan di Sidoarjo segera tuntas,” ungkap Syaf.
Gencarkan 3T
Selain berupaya keras menyukseskan vaksinasi, strategi memerangi pandemi Covid-19 juga ditempuh dengan memperkuat pengetesan, pelacakan kontak erat, dan peningkatan kualitas perawatan. Untuk memperkuat pengetesan dan pelacakan kontak erat, dalam dua hari belakangan ini, dinas kesehatan kembali mendistribusikan sebanyak 1.300 alat uji cepat antigen ke 26 puskesmas.
Dua pekan lalu, dinas kesehatan juga mendistribusikan 1.800 alat uji cepat antigen ke seluruh puskesmas. Dengan tersedianya alat ini, warga yang beridentitas Sidoarjo bisa melakukan pengetesan Covid-19 secara gratis di puskesmas terdekat.
Puskesmas akan melakukan penapisan bagi warga yang ingin menjalani uji cepat antigen, misalnya menanyakan kondisi kesehatan dan gejala penyakit yang diderita. Bisa juga menggali informasi apakah orang tersebut merupakan kontak erat dengan pasien terkonfirmasi positif Covid-19. Harapannya, bisa memperkuat pelacakan kasus positif.
Mereka yang terlacak akan diintervensi sejak dini sesuai kondisi kesehatannya. Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo menyediakan 11 RS rujukan Covid-19 bagi kasus konfirmasi dengan gejala sedang hingga berat. Selain itu, disediakan ruang isolasi di hotel bagi kasus konfirmasi positif bergejala ringan.
Direktur RSUD Sidoarjo, salah satu RS rujukan Covid-19, Atok Irawan mengatakan, hal yang memprihatinkan adalah kondisi pasien terkonfirmasi positif yang masuk ke rumah sakit mayoritas mengalami gejala berat. Pasien tersebut memerlukan penanganan medis dengan segera.
”Banyak juga yang memerlukan peralatan penunjang, seperti ventilator atau alat bantu pernapasan. Sering kali yang terjadi, kondisi ruang penuh dan alat terpakai semua,” kata Atok.
Menurut Atok, pengetesan dan pelacakan kontak erat pasien Covid-19 harus terus digencarkan. Tujuannya menemukan kasus konfirmasi positif lebih awal agar bisa diintervensi lebih cepat. Alasannya, semakin cepat mereka mendapat penanganan medis, potensi kesembuhan semakin tinggi dan angka kematian bisa ditekan.
Sementara itu, berdasarkan data Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Sidoarjo, jumlah kasus konfirmasi positif secara kumulatif sampai Jumat sebanyak 8.931 orang dengan jumlah kasus sembuh 8.160 orang dan kasus meninggal 557 orang.