Tanah Bergerak, BPBD Batu Siapkan Tempat Evakuasi Warga
BPBD Kota Batu mempersiapkan shelter untuk mengevakuasi warga RT 004 RW 010 Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, yang terancam tanah longsor. Alarm tanda bahaya di lokasi kerap berbunyi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BATU, KOMPAS — Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Batu, Jawa Timur, Selasa (2/2/2021), mempersiapkan shelter untuk mengevakuasi warga RT 004 RW 010 Dusun Brau, Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, Jawa Timur, yang terancam tanah longsor.
Saat ini ada 15 keluarga tinggal di daerah rawan longsor. Satu keluarga telah mengungsi ke rumah orangtuanya, sedangkan 14 keluarga belum bersedia dievakuasi dan masih bertahan di rumah masing-masing.
Lokasi shelter berada tidak jauh dari rumah mereka. Selain menyiapkan shelter, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Batu juga menutup sejumlah titik rawan longsor dengan terpal.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Batu Achmad C Rochim mengatakan, lokasi evakuasi akan digunakan oleh warga saat cuaca hujan, alarm tanda bahaya (early warning system/EWS) berbunyi, atau ada perintah dari pihak berwenang.
EWS telah dipasang di atas permukiman warga sejak 2015 dan saat ini makin sering berbunyi. Sebagai gambaran, sepanjang Senin (1/2/2021) siang, alarm berbunyi dua kali, tetapi pukul 18.00-20.00 berbunyi 15 kali. Berdasarkan kajian cepat, kemungkinan alarm berbunyi akibat dipicu oleh gerakan tanah di sekitar lokasi.
”Alarm deteksi longsor sudah berulang-ulang bunyi. Langkah kami saat ini menyiapkan tempat evakuasi, tetapi belum beroperasi 24 jam. Saat hujan deras dan alarm berbunyi, warga kami imbau mengungsi sementara,” ujar Rochim.
Setelah hujan reda dan kondisi sudah dinyatakan aman oleh petugas, menurut Rochim, warga baru diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing. Untuk mengawasi situasi, BPBD menempatkan posko di lokasi selama 24 jam.
Sebelumnya, tiga pekan lalu, beberapa titik longsor skala kecil terjadi di Brau. Selain mengikis bahu jalan, longsor juga menimpa halaman rumah. Posisi tanah yang longsor berada cukup dekat dengan rumah warga sehingga berpotensi menggerus fondasi.
Menurut Rochim, setidaknya ada tiga hal yang memicu terjadinya longsor di Brau. Pertama, kondisi topografi di lereng perbukitan dengan kemiringan cukup curam. Kedua, kondisi tanah tidak begitu solid. Ketiga, curah hujan yang cukup tinggi akhir-akhir ini.
Sejumlah warga Brau mengaku curah hujan di wilayahnya saat ini cukup tinggi. Hujan tidak hanya turun pada siang hari, tetapi juga malam hari. ”Yang kepikiran kalau hujan malam. Kondisi gelap, tanah juga licin. Kalau siang, warga agak santai,” ujar Sulianto (60), warga Brau.
Alarm deteksi longsor sudah berulang-ulang bunyi. Langkah kami saat ini menyiapkan tempat evakuasi. (Achmad C Rochim)
Dari pengamatan Kompas, topografi di daerah setempat memang cukup curam. Di atas kawasan permukiman warga terdapat hutan pinus, sedangkan di sekitarnya terdapat lahan pertanian warga. Jarak antarrumah cukup dekat, sementara kondisi jalan sempit dan berliku naik turun. Warga Brau banyak yang bekerja menjadi peternak sapi perah.
Sebelumnya, Kepala Seksi Observasi dan Informasi, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Stasiun Klimatologi Malang, Anung Suprayitno mengatakan, yang harus dicermati saat ini adalah intensitas hujan dengan durasi singkat, tetapi lebat. Meski waktunya relatif singkat, hujan yang demikian bisa berpotensi mengakibatkan bencana.
Curah hujan di Malang Raya saat ini cenderung tidak merata. Intensitas hujan di satu wilayah berbeda dengan wilayah lain. BMKG memperkirakan puncak musim hujan di Malang Raya berlangsung bulan Januari-Februari.