Warga Tanam Pisang di Hutan, Gajah Kembali Mengamuk di Lampung Barat
Sejak dua tahun terakhir, selain kopi, warga juga menanam pisang. Banyaknya tanaman pisang itulah yang diduga memicu kawanan gajah mendekat ke lokasi tersebut.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Konflik manusia dengan gajah liar di Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, Lampung, masih berlanjut. Kali ini, kawanan gajah liar kembali merusak tanaman pisang dan gubuk warga di Kecamatan Bandar Negeri Suoh, Lampung Barat. Relokasi warga untuk keluar kawasan hutan diperlukan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa.
Camat Bandar Negeri Suoh, Kabupaten Lampung Barat, Suryanto menuturkan, konflik antara gajah dan manusia sudah berlangsung sejak satu pekan terakhir. Selain merusak tanaman pisang dan kopi, kawanan gajah liar juga merobohkan gubuk yang dibangun warga.
Hingga saat ini, sedikitnya ada 50 gubuk yang rusak sedang hingga berat. Beruntung tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
”Warga bersama petugas masih berjaga di perbatasan kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS),” ujar Suryanto saat dihubungi dari Bandar Lampung, Senin (22/2/2021).
Untuk menghalau gajah agar tidak kembali merusak tanaman pisang dan kopi, warga memanfaatkan berbagai alat, seperti alat dentuman dan petasan. Hingga saat ini, upaya penjagaan dan blokade di kawasan perbatasan masih menjadi solusi mencegah konflik antara manusia dan gajah.
Menurut dia, warga telah membuka kawasan hutan itu menjadi kebun kopi sejak puluhan tahun lalu. Namun, sejak dua tahun terakhir, selain kopi, warga juga menanam pisang. Tanaman itu dipilih karena harga jualnya cukup baik dan waktu panen lebih cepat. Banyaknya tanaman pisang itulah yang diduga memicu kawanan gajah mendekat ke lokasi tersebut.
Sejak dua tahun terakhir, selain kopi, warga juga menanam pisang. Tanaman itu dipilih karena harga jualnya cukup baik dan waktu panen lebih cepat.
Kepala Kepolisian Kehutanan TNBBS Agus Hartono mengatakan, petugas juga terus memantau pergerakan kawanan gajah kelompok ”bunga” yang berjumlah 12 ekor itu dengan GPS collar. Ketika gajah mendekati perbatasan, petugas bersama mitra terkait dan warga sekitar bersiap melakukan blokade agar gajah tidak keluar dari dalam kawasan hutan.
Sebelumnya, kawanan gajah liar juga merusak gubuk dan tanaman pisang yang milik warga Kecamatan Suoh, Lampung Barat. Kawanan gajah diduga mendakati kawasan tersebut karena tertarik dengan buah pisang dan kelapa. Selain itu, gajah juga mengincar beras dan garam yang disimpan warga di dalam gubuk.
Selain blokade, petugas TNBBS juga telah berupaya mengerahkan gajah jinak dari Taman Nasional Way Kambas untuk mengatasi konflik antara gajah dan manusia di sekitar kawasan TNBBS. Tiga ekor gajah jinak dikerahkan untuk berpatroli dan menghalau gajah liar sejak satu tahun terakhir.
Namun, saat ini, patroli dengan bantuan gajah jinak itu hanya dilakukan di kawasan TNNBS yang berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Barat. Gajah jinak dikerahkan untuk menghalau kawanan gajah liar kelompok ”citra” yang berjumlah 5 ekor.
Sementara itu, Kepala Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Ismanto, beberapa waktu lalu menjelaskan, pemerintah daerah diminta membantu relokasi warga untuk keluar dari dalam kawasan hutan dengan cara membangunkan gubuk di luar kawasan hutan. Hal itu penting untuk mencegah terulangnya konflik dan jatuhnya korban jiwa akibat perebutan ruang hidup.
Pihak TNBBS juga akan mengupayakan agar warga sekitar bermitra dengan pemerintah melalui skema kemitraan konservasi. Dengan begitu, warga tetap dalam pengelola kawasan hutan sekaligus membantu pemerintah dalam merehabilitasi hutan.