Penyelidikan Titik Api yang Muncul di Lahan Korporasi Terus Dilakukan
Kebakaran lahan gambut di beberapa wilayah Kalimantan Barat sempat terjadi pada Februari hingga awal Maret 2021. Titik panas diduga ada yang muncul di lahan korporasi. Pemerintah dan aparat keamanan terus menyelidiki.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kebakaran lahan gambut di beberapa wilayah Kalimantan Barat sempat terjadi pada Februari hingga awal Maret 2021. Salah satu titik panas diduga muncul di lahan korporasi. Pemerintah dan aparat keamanan terus menyelidiki.
Pada awal Februari hingga awal Maret, Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, dilanda kabut asap akibat kebakaran gambut. Kualitas udara sempat memburuk (Kompas.id, 15/2-1/3/2021).
Namun, berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Bandara Supadio Pontianak, 24 jam terakhir di Kalbar sudah tidak ada titik panas. Hujan ringan hingga lebat mengguyur sebagian besar wilayah Kalbar sehingga kabut asap hilang pada Kamis (4/3/2021).
Gubernur Kalimantan Barat Sutarmidji seusai menghadiri acara ”Penguatan Kapasitas Pemerintah Provinsi Kalbar”, Kamis (4/3/2021) siang, mengungkapkan, titik api ditemukan di lokasi milik 28 korporasi, tersebar hampir di seluruh Kalbar. Namun, yang paling banyak berada di Kabupaten Kubu Raya, Mempawah, dan Ketapang.
”Sebanyak 28 korporasi itu rata-rata bergerak dalam bidang perkebunan dan kehutanan,” ujar Sutarmidji.
Sementara di Kota Pontianak ada yang bergerak dalam bidang properti. Untuk korporasi di Kota Pontianak, Sutarmidji telah meminta Wali Kota Pontianak menyegel lahan gambut yang terbakar. Bahkan, lokasi yang sudah ada izin, sudah diperintahkan untuk dicabut izinnya. ”Sekarang izinnya ada yang sudah dicabut,” ujarnya.
Titik panas di lahan korporasi itu terpantau dari satelit. Koordinatnya tercatat berada di lahan milik korporasi. ”Saya tidak mau tahu siapa yang membakar ataukah terbakar. Yang jelas, titik api ada di koordinat perusahaan,” ungkap Sutarmidji.
Meskipun hujan sudah turun dan tidak ada titik panas, penanganan terhadap korporasi yang lokasinya terdapat titik api, beberapa waktu lalu, terus dilakukan. Bahkan, menurut Sutarmidji, sanksi akan diterapkan.
”Yang akan menanganinya nanti dinas perkebunan serta dinas kehutanan dan lingkungan hidup. Saya juga sudah melaporkan hal itu kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana serta Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup,” ucapnya.
Terkait penegakan hukum, Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Kalbar Komisaris Besar Donny Charles Go, dalam rilisnya pada Selasa (2/3/2021), menuturkan, setidaknya Polda Kalbar saat ini menangani tujuh kasus dan mengamankan delapan orang yang diduga terlibat dalam pembakaran lahan. Terhitung sejak Januari hingga Februari 2021, Polda Kalbar dan jajaran telah menangani tujuh perkara kebakaran hutan dan laha (karhutla) dengan delapan tersangka.
”Kami tangkap delapan orang terkait kebakaran lahan. Kedelapannya sedang diproses dari tujuh laporan polisi,” ujar Donny.
Ia menerangkan, tujuh kasus yang terungkap itu ditangani di beberapa kepolisian resor. ”Terbanyak ada di Polres Mempawah, yaitu tiga kasus, dan polres lainnya satu sampai dua kasus,” katanya.
Kami tangkap delapan orang terkait kebakaran lahan. Kedelapannya sedang diproses dari tujuh laporan polisi.
Luasan lahan yang terbakar akibat ulah delapan tersangka itu mulai dari 3 hektar hingga 14 hektar. Kedelapan pelaku ditangkap berasal dari Kota Pontianak 3 orang, Kabupaten Kubu Raya 1 orang, Kabupaten Mempawah 3 orang, dan Kabupaten Kayong Utara 1 orang.
Sementara untuk korporasi, saat ini tim dari Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Kalbar sedang melakukan penyelidikan di lokasi kebakaran. Ada beberapa titik panas yang berdasarkan pantauan satelit berada di wilayah konsesi perusahaan.
”Perkembangannya akan kami infokan kemudian. Tim terus berupaya melakukan penyelidikan lebih lanjut,” ujar Donny.
Wakil Ketua I Dewan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Wilayah Kalbar Stefanus Masiun menuturkan, adanya titik panas di lahan korporasi membuktikan bahwa peladang bukan penyebab kabut asap. Masyarakat peladang saat ini justru sedang masa panen.
Saat musim kabut asap Februari lalu, ternyata di luar Pontianak dan Kubu Raya udara bersih. Kebakaran lahan justru terjadi di Pontianak dan Kubu Raya yang banyak lahan gambut.