Jalur Kereta yang Sempat Tertutup Longsor di Blitar Bisa Kembali Dilalui
Setelah tertutup longsor sejak Minggu petang dan membutuhkan waktu pembersihan selama empat jam, jalur kereta api antara Pohgajih dan Kesamben, Blitar, kembali bisa dilalui sejak Minggu malam.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Jalur kereta api antara Stasiun Pohgajih dan Stasiun Kesamben, Blitar, Jawa Timur, yang sempat tertutup material longsor sudah bisa dilewati sejak Minggu (8/3/2021) pukul 22.36. Potensi bencana alam di sekitar rel kereta api masih berpeluang terjadi di Jatim pada bulan ini.
Manajer Humas PT Kereta Api Indonesia Daerah Operasional (Daop) VIII Surabaya Luqman Arif mengatakan, KA Malabar relasi Malang-Bandung adalah yang pertama melintas. Kereta yang berangkat dari Malang pukul 17.10 itu melaju di lokasi bekas longsor dengan kecepatan 5 kilometer per jam. Sebelumnya, KA ini sempat tertahan di Stasiun Kepanjen.
Selain KA Malabar, KA Pentaran (376) relasi Blitar-Surabaya juga sempat tertahan di Stasiun Kesamben sejak pukul 17.35 akibat kejadian ini. KA Penataran (363) relasi Surabaya-Blitar juga tertahan di Stasiun Malang Kota Lama.
Sebelumnya, longsor terjadi di Kilometer 87+500, sekitar pukul 16.54. Akibatnya, material tanah menutupi rel. Menurut Luqman, ada sejumlah kendala dalam upaya normalisasi jalur yang memakan waktu empat jam itu. Selain dilakukan saat malam hari, hujan dan longsor susulan terjadi di lokasi kejadian
Berdasarkan catatan Kompas, ada 17 titik rawan banjir, longsor, hingga tanah ambles di wilayah Daop VIII, setidaknya dalam lima tahun terakhir. Beberapa titik rawan itu ada di Kecamatan Porong di Sidoarjo, Bangil (Pasuruan), Kepanjen (Malang).
Sebelumnya, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Stasiun Klimatologi Malang Anung Suprayitno mengatakan, puncak musim hujan di Jawa Timur umumnya diperkirakan berlangsung Januari-Februari. Namun, hujan juga bakal terjadi di sebagian daerah pada Maret. Prediksi ini bakal terjadi jika tidak ada faktor lain, seperti penjalaran gelombang atmosfer ekuator dari barat ke timur (madden julian oscillation/MJO) dan siklon tropis.
Oleh karena itu, Anung mengingatkan semua pihak terus waspada potensi bencana. Daerah rawan longsor, contohnya, biasanya memiliki ketinggian dan kemiringan di atas 45 derajat. Potensi bencana bisa terjadi akibat hujan singkat dengan intenstitas tinggi. Namun, hujan dengan intensitas rendah dan berdurasi lama juga rentan memicu longsor akibat kondisi tanah yang jenuh.