Empat Dokter Spesialis Rawat Pelajar Korban Penyiraman Air Keras di Brebes
Rifna Miladianur (16), pelajar asal Brebes, Jateng yang menjadi korban penyiraman cairan diduga air keras masih dirawat di RSUD Brebes. Empat dokter spesialis dan satu psikolog RSUD Brebes dikerahkan untuk merawatnya.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Perawatan terhadap Rifna Miladianur (16), pelajar asal Desa Sisalam, Wanasari, Brebes, Jawa Tengah, yang menjadi korban penyiraman cairan diduga air keras oleh orang tak dikenal terus dilakukan. Rumah Sakit Umum Daerah Brebes mengerahkan empat dokter spesialis dan satu psikolog untuk merawat Rifna.
Rifna mederita luka bakar wajah, tangan, punggung, dan paha setelah disiram cairan diduga air keras pada 17 Januari 2021 malam. Kala itu, Rifna yang merupakan penjual produk kosmetik berencana mengantar pesanan berupa masker wajah kepada pembelinya. Dalam perjalanan pulang, Rifna disiram oleh seorang pengendara sepeda motor yang menyalipnya.
Rifna yang menderita luka bakar dirawat inap di salah satu klinik kesehatan. Pengobatan terhadap Rifna itu kemudian dialihkan ke rawat jalan dengan alasan keterbatasan biaya. Dua bulan terakhir, Rifna hanya bisa berbaring di tempat tidur karena luka yang dideritanya tak kunjung sembuh.
Setelah mengetahui kejadian tersebut, Bupati Brebes Idza Priyanti langsung menjenguk Rifna dan membujuknya agar mau dirawat di RSUD Brebes. Idza berjanji pemerintah akan menanggung seluruh biaya perawatan Rifna sampai sembuh.
Hingga Jumat (19/3/2021), perawatan terhadap Rifna masih dilakukan. Jumat pagi misalnya, Rifna menjalani operasi debridement atau pengangkatan jaringan kulit mati yang rusak atau terinfeksi. Operasi tersebut berlangsung selama 30 menit.
"Berdasarkan hasil pemeriksaan, kami mendapati banyak jaringan kulit yang mati dan terinfeksi. Jaringan yang rusak ini harus diangkat supaya bisa dilakukan tindakan selanjutnya yakni, skin graft (cangkok kulit). Proses ini untuk menambal jaringan rusak yang sudah diangkat," kata Direktur RSUD Brebes Rasipin saat ditemui Jumat.
Rasipin mengatakan, luka bakar yang diderita Rifna cukup berat yakni, 30 persen dari seluruh permukaan tubuh. Sementara itu, derajat lukanya bakarnya mencapai derajat 2-3 atau sampai pada jaringan otot.
Tidak hanya luka bakar, Rifna juga menderita pergeseran sendi dan kontraktur atau kekakuan pada otot. Terapi fisik atau fisioterapi seusai perawatan medis diperlukan untuk mengembalikan fungsi tubuh seperti semula.
”Gangguan kesehatan pada pasien ini cukup kompleks sehingga perlu penanganan menyeluruh. Kami akan mengerahkan paling tidak empat dokter spesialis, mulai dari spesialis bedah umum, spesialis bedah ortopedi, spesialis bedah plastik, dan dokter spesialis rehabilitasi medis. Sementara itu, kami juga mengerahkan satu psikolog untuk memulihkan kondisi psikologis pasien yang terguncang," ucap Rasipin.
Sebelumnya, Idza Priyanti memerintahkan agar Rifna dirawat dengan hati-hati. Perintah itu dijalankan oleh sejumlah petugas di RSUD Brebes.
Selama menjalani perawatan, Rifna ditempatkan di ruang khusus VIP, yakni di ruang Cempaka RSUD Brebes. Berdasarkan pantauan, Jumat pagi-petang, situasi di sekitar ruang Cempaka lengang.
Pintu kamar nomor 10 tempat Rifna dirawat juga ditutup rapat. Petugas keamanan beberapa kali terlihat berjaga di sekitar ruangan tersebut. Petugas tersebut selalu menanyai pengunjung yang hendak mendekat ke area ruang Cempaka.
”Sementara ini, pasien tidak boleh terlalu banyak dikunjungi dulu, sesuai pesan Ibu Bupati. Namanya sedang mengalami (kejadian) seperti itu ya, mungkin biar tenang. Tadi, ada guru dan kepala sekolah (Rifna) mau jenguk juga tidak diizinkan masuk," kata seorang petugas keamanan RSUD Brebes yang tak ingin disebut namanya.
Menurut penuturan salah satu tetangga, Arif Budiman (33), keluarga Rifna belum bersedia ditemui. Kepada Arif, orang tua Rifna bercerita bahwa mereka bersyukur karena Rifna sudah dibantu pemerintah.
"Selama dua bulan terakhir, orang tuanya kurang istirahat karena selalu gelisah, anaknya merintih kesakitan terus. Syukurnya, sekarang (Rifna) sudah diobati, jadi (orangtuanya) bisa istirahat dengan tenang," ucap Arif.
Arif menambahkan, sehari-hari, ayah Rifna bekerja sebagai tukang servis televisi. Adapun, ibu Rifna merupakan ibu rumah tangga. Pemasukan keluarga tersebut disebut Arif pas-pasan. Akhirnya, Rifna mencoba berwirausaha dengan menjual produk kosmetik untuk menambah uang jajannya.
Arif berharap Rifna bisa segera sembuh dan beraktivitas seperti semula. Ia juga ingin agar pelaku penyiraman tersebut bisa ditangkap dan diadili. ”Apa pun alasannya, perbuatan seperti ini keterlaluan. Semoga pelaku bisa mendapatkan ganjaran yang setimpal,” tuturnya.