Evakuasi Jenazah Guru Korban Penembakan Dihambat Kelompok Bersenjata
Pihak kepolisian belum dapat mengevakuasi jenazah seorang guru yang tewas ditembak KKB di pedalaman Kabupaten Puncak, Papua, pada Kamis kemarin. Hal ini disebabkan situasi keamanan yang tidak kondusif.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Evakuasi jenazah Oktovianus Rayo, guru yang tewas ditembak kelompok kriminal bersenjata di Distrik Beoga, Kabupaten Puncak, Papua, pada Jumat (9/4/2021) ini terhambat. Ancaman teror dari kelompok tersebut menyulitkan pesawat mendarat di Beoga.
Perjalanan ke Beoga diakses dengan pesawat berbadan kecil dari Timika, Kabupaten Mimika, atau Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak. Namun, tidak ada jadwal rutin pesawat komersial.
Pejabat Kepala Polres Puncak Komisaris I Nyoman Punia saat dihubungi dari Jayapura membenarkan bahwa proses evakuasi jenazah Oktovianus masih terhambat hingga kini. Ia memaparkan, pesawat untuk mengevakuasi jenazah belum dapat memasuki Beoga karena kelompok kriminal bersenjata (KKB) masih bercokol di lokasi tersebut.
”Pilot tidak berani memasuki Beoga karena situasi keamanan yang belum kondusif. Kami juga berupaya berkomunikasi dengan anggota Polsek Beoga,” tuturnya.
KKB pimpinan Sabinus Waker menembak Oktovianus yang berprofesi sebagai guru sekolah dasar pada pukul 09.30 WIT di Kampung Julugoma, Distrik Beoga, Kamis (8/4). Pria berusia 42 tahun ini meninggal di tempat karena terkena dua tembakan di tubuhnya.
Kepala Kepolisian Daerah Papua Inspektur Jenderal Mathius Fakhiri menuturkan, KKB juga membakar tiga sekolah dan rumah guru di Beoga. ”Sekolah yang dibakar meliputi SD Jambul, SMP Negeri 1 Beoga, dan SMA Negeri 1 Beoga. Para pelaku membakar ketiga sekolah ini pada pukul 18.15 WIT,” ujar Mathius.
Ia menegaskan, Polda Papua telah menerjunkan tim ke Beoga untuk menindak tegas anggota KKB Sabinus Waker yang berasal dari Intan Jaya tersebut. Diketahui, kelompok ini ke Beoga untuk bertemu dengan KKB pimpinan Lekagak Telenggen.
”Kelompok ini berjumlah sebanyak 75 orang dan menguasai senjata api. Tim kami akan berupaya menghentikan aksi KKB yang menyebabkan Beoga tidak kondusif,” ujar Mathius.
Kepala Dinas Pendidikan, Perpustakaan, dan Arsip Daerah Provinsi Papua Christian Sohilait menyesalkan aksi penembakan guru dan pembakaran sekolah di Distrik Beoga. Ia mengaku telah menginstruksikan untuk mengungsikan para guru ke Kabupaten Mimika.
”Saya telah melaporkan masalah ini ke Wakil Gubernur dan Sekda Papua. Kami juga telah berkoordinasi dengan aparat TNI dan Polri untuk menjamin keamanan para guru,” tutur Christian.
Negara harus hadir untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat Beoga.
Kepala Perwakilan Komnas HAM Wilayah Papua Frits Ramandey menyatakan, aksi KKB yang juga disebut Organisasi Papua Merdeka itu tidak dapat dibenarkan apa pun alasannya. Ia mengatakan, aksi KKB yang membunuh tenaga pengajar dan membakar sekolah sangat merugikan anak-anak Papua yang membutuhkan pendidikan.
”Aksi mereka telah melanggar hak warga untuk hidup aman dan hak untuk mendapatkan pendidikan. Negara harus hadir untuk memberikan rasa aman bagi masyarakat Beoga,” kata Frits.
Juru Bicara Tentara Pembebasan Nasional Organisasi Papua Merdeka Sebby Sambom menegaskan, pihaknya menembak Oktovianus karena berprofesi sebagai anggota intelijen aparat keamanan di Beoga. ”Kami telah memetakan data anggota intelijen yang menyamar sebagai tenaga kesehatan, guru, dan aparatur sipil negara,” kata Sebby.
Data Polda Papua, terjadi 49 kasus gangguan keamanan oleh KKB sepanjang 2020. Teror penembakan KKB terjadi di tujuh wilayah hukum Polda Papua, meliputi Nduga, Intan Jaya, Paniai, Mimika, Puncak Jaya, Keerom, dan Pegunungan Bintang. Sebanyak 17 orang meninggal akibat aksi KKB.
Pada 2021, total telah terjadi delapan serangan KKB yang menyebabkan aparat keamanan dan warga menjadi korban. Tiga anggota TNI dan tiga warga sipil meninggal, sementara satu anggota TNI dan seorang warga mengalami luka berat akibat terkena tembakan.