Jelang Lebaran, Stasiun dan Terminal Bus di Malang Lengang
Larangan mudik menyebabkan jumlah penumpang kereta dan bus di Malang merosot tajam meski menjelang Lebaran. Warga yang boleh bermobilitas hanya yang punya kepentingan mendesak atau nonmudik.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
MALANG, KOMPAS — Kebijakan larangan mudik berdampak pada sepinya penumpang kereta api dan bus di Malang, Jawa Timur. Sejak 6 Mei, jumlah penumpang kereta hanya 245 orang dan penumpang bus yang tiba dan berangkat di terminal setempat tinggal puluhan orang.
Manajer Humas PT Kereta Api Daerah Operasional VIII Surabaya Luqman Arif, Minggu (9/5/2021), mengatakan, para penumpang kereta menggunakan dua kereta api (KA) jarak jauh yang dioperasikan dari Malang, yakni KA Gajayana relasi Malang-Gambir dan KA Tawang Alun rute Malang-Ketapang.
”Jumlah total 245 orang atau rata-rata kurang dari 61 penumpang per hari berasal dari Malang. Adapun kapasitas tempat duduk yang disediakan 676 unit per hari,” ujarnya.
Jumlah penumpang dari Stasiun Malang ini tak sebanyak stasiun lain di wilayah Daop VIII. Di Stasiun Surabaya Gubeng, misalnya, ada 1.504 penumpang (rata-rata kurang dari 370 penumpang per hari). Total ada enam kereta yang berangkat dari Gubeng dengan jumlah kursi 2.558 unit.
Adapun dari Stasiun Surabaya Pasarturi tercatat 671 penumpang (rata-rata kurang dari 167 orang). Dari Pasarturi ada dua kereta yang disiapkan dengan kapasitas 1.083 tempat duduk per hari.
”Lengang, tidak ada lonjakan selama masa tersebut. Kami menyiapkan 4.317 tempat duduk dari 10 kereta jarak jauh nonmudik dari Daop VIII selama 6-17 Mei dengan pembatasan okupansi maksimal 70 persen dari ketersediaan tempat duduk,” katanya.
Menurut Luqman, masyarakat yang diperbolehkan naik kereta adalah pelaku perjalanan mendesak dan bukan untuk keperluan mudik. Misalnya, warga dengan alasan kerja atau perjalanan dinas serta kunjungan keluarga sakit dan dukacita yang dilengkapi surat keterangan dari kepala desa.
Luqman menambahkan, mulai 10 Mei, PT KAI Daop VIII mengoperasikan gedung baru Stasiun Malang yang ada di sisi timur menghadap Jalan Panglima Sudirman. Stasiun ini akan dipakai untuk keberangkatan kereta api jarak jauh.
”Pengoperasian ini ditujukan untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan dan pengembangan perkeretaapian di Jawa Timur, khususnya wilayah Malang,” katanya.
Penumpang bus
Pantauan di Terminal Bus Arjosari, Minggu siang, kondisinya juga sepi. Hanya ada satu hingga dua bus yang terlihat di area parkir terminal terbesar di wilayah Malang Raya itu. Adapun di pintu keluar terminal hanya terlihat satu-dua penumpang jarak dekat menunggu bus keluar.
Tak terlihat bus-bus antarkota dalam provinsi (AKDP) maupun bus antarkota antarprovinsi (AKAP) yang biasanya berhenti menunggu penumpang di tempat itu. Sama seperti kebijakan pada kereta api, penumpang bus yang bisa naik hanya mereka yang memiliki kepentingan khusus, bukan untuk mudik.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Terminal Arjosari Hadi Supeno mengatakan, hingga Minggu siang, baru ada satu bus AKAP berangkat ke Jakarta, itu pun tidak ada penumpang. Adapun untuk AKDP ada beberapa bus, tetapi jumlah penumpangnya juga sedikit.
Berdasarkan data pihak Terminal Arjosari, dalam tiga hari terakhir, jumlah penumpang terbanyak pada 6 Mei adalah 144 orang (51 datang, 93 berangkat). Adapun untuk 7 dan 8 Mei masing-masing 11 orang (0 datang, 11 berangkat) dan 30 orang (4 datang, 26 berangkat).
Sementara itu, jumlah bus pada 6 Mei hanya 23 unit (16 datang, 7 berangkat), sedangkan 7 dan 8 Mei masing-masing 52 unit (26 datang, 26 berangkat) dan 43 unit (23 datang, 20 berangkat).
Baik jumlah penumpang maupun bus yang beroperasi dalam tiga hari terakhir jauh di bawah masa mudik sebelum pandemi. Pada Lebaran tahun 2017, misalnya, berdasarkan catatan Kompas, jumlah bus AKAP yang dipersiapkan di Arjosari 177 unit dan AKDP 390 unit dengan jumlah penumpang sejak H-7 sampai H+7 sebanyak 383.374 orang.