Errol Jonathans, Berpulangnya Pengawal Suara Warga Surabaya
Errol Jonathans, tokoh radio sekaligus wartawan senior, telah berpulang. Errol semasa hidupnya menjadi salah satu perintis jurnalisme interaktif di radio.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AGNES SWETTA PANDIA
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Tokoh radio sekaligus salah satu pelopor jurnalisme interaktif, Errol Jonathans, berpulang pada usia 63 tahun. Kepergian wartawan senior itu meninggalkan duka mendalam bagi banyak pihak. Banyak yang menganggapnya sebagai guru, pelopor, dan panutan para jurnalis radio.
Direktur Utama Suara Surabaya itu sebelumnya dirawat beberapa hari di Rumah Sakit Adi Husada Surabaya. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengatakan, meninggalnya Errol yang bergabung dengan radio Suara Surabaya sejak tahun 1983 merupakan kehilangan besar. Suami Bernadetta Nunung ini semasa hidup dikenal sebagai tokoh pers yang memiliki integritas tinggi dan reputasi baik.
”Selamat Jalan Pak Errol Jonathans, CEO Suara Surabaya. Doa kami, semoga mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa,” unggah Khofifah pada Instagram-nya, Selasa (25/5/2021).
Duka mendalam juga dirasakan Komisi Komunikasi Sosial (Komsos) Keuskupan Surabaya. Semasa hidupnya, alumnus Sekolah Tinggi Komunikasi-Almamater Wartawan Surabaya (STIKOSA-AWS) ini aktif berkegiatan sebagai pengurus Komsos Keuskupan Surabaya sekaligus Penasihat Majalah Jubileum.
”Pusat Pastoral Keuskupan Surabaya turut berduka atas meninggalnya Errol Jonathans, sebagai pengurus Komsos Keuskupan Surabaya dan Penasihat Majalah Jubileum, terima kasih atas kontribusi kepada gereja,” ujar Vikjen Keuskupan Surabaya RD Yosef Eko Budi Susilo.
Jenazah Errol Jonathans disemayamkan di Adi Jasa ruang I, J, K, dan L. Prosesi ibadah tutup peti akan dilaksanakan pada Rabu (26/5/2021) pukul 18.30 WIB. Setelah itu, jenazah diberangkatkan ke Gereja Katolik Hati Kudus Yesus Jalan Polisi Istimewa, Surabaya, pada Kamis (27/5/2021) pukul 09.00 WIB untuk misa rekuiem dan dimakamkan di TPU Keputih.
Errol Jonathans merintis dunia kewartawanan dengan menjadi koresponden Pos Kota di Surabaya. Dia kemudian berpindah ke koran Surya yang saat itu diterbitkan oleh manajemen Pos Kota. Pada 1983, wartawan yang aktif dalam seminar dan diskusi tentang jurnalistik ini mendirikan Radio Suara Surabaya bersama Soetojo Soekomuharjo.
Pandangannya terhadap dunia jurnalistik terutama radio begitu luas. Alumnus SMAK Santa Maria Surabaya ini senantiasa memiliki pemikiran-pemikiran segar dan visioner tentang dunia kepenyiaran. Dia berhasil mengelola Radio Suara Surabaya tumbuh menjadi sebuah media massa yang tidak sekadar menyajikan hiburan bagi masyarakat.
Pelopor jurnalisme interaktif
Errol menggagas konsep jurnalisme interaktif atau citizen jurnalism yang masih tabu kala itu pada radio yang dikelolanya. Kini, konsep jurnalisme interaktif tersebut menjadi kekuatan utama bagi media Suara Surabaya dan banyak diikuti oleh radio-radio lain. Pelibatan pendengar dan penggemar secara aktif dalam interaksi di ruang redaksi menjadikan media ini tak ditinggalkan.
Errol Jonathans dalam wawancara dengan Kompas, Rabu (14/8/2019), di Surabaya mengatakan, salah satu keunggulan radio ialah interaksi antara penyiar dan pendengar. Setiap hari penyiar selalu berinteraksi dengan pendengar sehingga terjadi komunikasi dua arah.
Dalam sehari, interaksi antara pendengar dan penyiar bisa lebih dari 800 panggilan. Mereka bertukar informasi kepada sesama pendengar, dengan mayoritas topik adalah kondisi lalu lintas. Terkadang pendengar juga menginformasikan mengenai kehilangan kendaraan dan orang hilang.
Kekuatan Suara Surabaya adalah menggerakkan masyarakat, bukan sekadar mengabarkan informasi.
Ia menuturkan, interaksi kepada pendengar merupakan hal yang amat penting untuk menjaga kedekatan dengan pendengar. Tidak sekadar untuk merawat pendengar, Suara Surabaya juga menjadi medium bagi pendengar yang ingin berkontribusi membantu sesama. Tukar-menukar informasi menjadi hal yang amat sering dijumpai jika mendengar siaran radio ini.
”Suara yang didengarkan pendengar akan menggerakkan emosi, rasa, dan logika. Kekuatan Suara Surabaya adalah menggerakkan masyarakat, bukan sekadar mengabarkan informasi,” ujarnya.
Selamat jalan, pengawal suara warga. Karya-karya monumentalmu akan dikenal sepanjang masa karena memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan masyarakat, terutama dunia kewartawanan dan kepenyiaran, di Jatim.