Pelabuhan Cirebon Siapkan Peti Kemas, Biaya Logistik Lebih Efisien
Pelabuhan Cirebon, Jawa Barat, segera melayani peti kemas antarpulau, yang dimulai dari Cirebon ke Pontianak, Kalimantan Barat. Layanan itu diharapkan menekan biaya logistik.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — PT Pelindo II Cirebon bekerja sama dengan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Jawa Barat dan Cirebon menyiapkan layanan peti kemas antarpulau. Layanan tersebut diyakini dapat menurunkan biaya logistik. Meski demikian, infrastruktur di Pelabuhan Cirebon harus memadai.
Kepastian layanan peti kemas itu dimulai dengan penandatanganan nota kesepahaman antara Pelindo II Cirebon dan Badan Pengurus Daerah Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPD Hipmi) Jabar dan BPC Hipmi Kabupaten Cirebon di Pelabuhan Cirebon, Rabu (9/6/2021). Turut hadir Bupati Cirebon Imron Rosyadi dan Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati.
Ketua Himpi Kabupaten Cirebon Abdul Hadi mengatakan, pengusaha selama ini memilih mengirim barang melalui darat ke Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Alasannya, informasi dan fasilitas tersedia di pelabuhan tersebut dibandingkan dengan di Pelabuhan Cirebon.
Padahal, lanjutnya, biaya logistik ke pelabuhan luar Cirebon lebih mahal. Ia mencontohkan, ongkos dari Cirebon ke Tanjung Priok menggunakan truk kontainer tanpa pendingin mencapai Rp 7 juta. ”Kalau ada layanan peti kemas di Cirebon, biayanya cuma Rp 1 juta-Rp 2 juta. Jadi, lebih efisien,” ucapnya.
Menurut Hadi, penurunan biaya logistik tersebut bisa menurunkan harga jual komoditas. Dengan begitu, komoditas pengusaha asal Cirebon dan sekitarnya bisa lebih kompetitif yang akhirnya meningkatkan profit. Barang yang diperdagangkan dari Cirebon antara lain beras, pakan ternak, garam, rotan, dan buah-buahan.
Sebagai permulaan, Pelabuhan Cirebon akan melayani pengiriman peti kemas dari Cirebon ke Pontianak, Kalimantan Barat. ”Awal ini, kami akan list (daftar) apa kebutuhan di sini dan di sana. Kami juga sudah koordinasi dengan pengusaha di Pontianak. Kebutuhan yang besar, seperti beras dan garam,” ujarnya.
Ketua Hipmi Jabar Surya Batara Kartika berkomitmen mendorong anggotanya di Jabar memanfaatkan layanan peti kemas Pelabuhan Cirebon. Menurut dia, dengan jaringan di 34 provinsi dan lebih dari 400 kota/kabupaten, Hipmi siap mendorong perdagangan antarpulau melalui pelabuhan.
Apalagi, potensi perdagangan antarpulau sangat besar. Ia mencontohkan, di Belitung, Bangka Belitung, harga komoditas cukup tinggi karena belum memadainya infrastruktur.
”Di Belitung, enam bulan sekali komoditas telur, ayam, dan sayuran dikirim menggunakan pesawat. Harga telur saja bisa Rp 28.000 per kilogram (di Cirebon Rp 25.000 per kg),” katanya.
Meski demikian, Surya mengingatkan Pelindo II Cirebon untuk menyiapkan infrastruktur, seperti dermaga peti kemas dan peralatan lainnya. ”Kami harap persiapannya dipercepat. Pelabuhan Cirebon bisa fokus untuk komoditas umum karena Pelabuhan Patimban (Subang) nanti ke otomotif,” ujarnya.
Kesiapan fasilitas enggak ada masalah.
General Manager PT Pelindo II Cirebon Abdul Wahab mengatakan, fasilitas layanan peti kemas sudah siap di Pelabuhan Cirebon. Dermaga khusus peti kemas, misalnya, diklaim bisa menampung lima sampai enam kapal dengan kapasitas peti kemas 200 unit peti kemas 20 kaki (TEUs).
”Lapangan penampungan juga bisa untuk peti kemas ukuran 300 sampai 400 TEUs. Pengusaha akan sediakan kontainer. Jadi, kesiapan fasilitas enggak ada masalah. Secepatnya kami akan mulai layanan peti kemas,” katanya.
Terkait sedimentasi di Pelabuhan Cirebon, pihaknya rutin melakukan pengerukan setiap dua tahun sekali. Tingginya sedimentasi menyebabkan aktivitas ekspor dan impor di Pelabuhan Cirebon secara langsung belum bisa dilaksanakan.
Saat ini, kedalaman air di pelabuhan tercatat minus 6 meter low water spring (LWS) atau muka air laut surut terendah. Setiap hari, 7-8 kapal bersandar di Pelabuhan Cirebon. Bongkar muat barang pun masih didominasi batubara. Selebihnya, aspal, liquefied petroleum gas (LPG), dan barang lainnya.
Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati menyambut baik layanan peti kemas di Pelabuhan Cirebon. Ia juga mendorong agar Pelindo II Cirebon dan pengusaha mengembangkan wisata di pelabuhan zaman kolonial tersebut. ”Wisata ini yang mau digali lagi,” ucapnya.
Bupati Cirebon Imron Rosyadi berharap Pelabuhan Cirebon bisa menjadi pintu gerbang ekspor-impor barang sehingga meningkatkan perekonomian di wilayah Jabar timur. ”Bandara, jalan tol, dan pelabuhan ada, tapi pengembangan ekonomi sangat lambat. Kemiskinan dan pengangguran paling banyak di Cirebon dan sekitarnya dibandingkan dengan daerah Priangan,” katanya.