Keterisian Ruang Rawat Intensif di Surakarta Lampaui 90 Persen
Keterisian ruang rawat intensif untuk pasien Covid-19, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, kian menipis. Hingga Senin (14/6/2021) siang, keterisian sudah mencapai 91,58 persen. Sebagian besar diisi pasien dari luar kota.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
SURAKARTA, KOMPAS—Keterisian ruang rawat intensif untuk pasien Covid-19, di Kota Surakarta, Jawa Tengah, kian menipis. Hingga Senin (14/6/2021) siang, ruang yang terisi sudah mencapai 91,58 persen dari total 127 unit yang tersedia. Sebagian besar pasien yang mengisi justru berasal dari luar kota.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surakarta, Siti Wahyuningsih mengungkapkan, tingginya keterisian ruang perawatan intensif terjadi di 16 rumah sakit rujukan Covid-19 di kota tersebut. Bahkan, ada sejumlah rumah sakit yang tingkat keterisiannya sudah 100 persen. Kondisi ini harus diwaspadai.
“Kami akan meminta rumah sakit untuk menambah ruang rawat intensif. Penambahan memungkinkan. Namun, untuk ICU (ruang rawat intensif) ini tidak mudah,” kata Wahyuningsih, di Kompleks Balai Kota Surakarta, Jawa Tengah, Senin siang.
Menurut rencana, penambahan tidak hanya dilakukan untuk ruang rawat intensif. Penambahan ruang rawat isolasi bagi pasien bergejala ringan hingga sedang juga diperlukan. Pasalnya, angka keterisian ruang rawat isolasi juga mulai menipis seiring meningkatnya jumlah pasien bergejala yang dirujuk ke rumah sakit.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta, pada Senin siang, tempat tidur isolasi pasien Covid-19 yang terisi sudah mencapai 68 persen. Adapun jumlah tempat tidur yang tersedia di 16 rumah sakit rujukan berjumlah 636 unit.
Wahyuningsih mengungkapkan, dari seluruh ruang rawat rumah sakit yang terisi, hanya sebagian besar justru diisi pasien dari luar Kota Surakarta. Warga kota tersebut yang dirawat di rumah sakit hanya berjumlah 88 orang. Sementara itu, total pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit berjumlah hingga 556 orang.
“Dari 556 orang itu, hanya 88 orang di antaranya yang berasal dari Kota Surakarta. Sisanya luar Kota Semua,” kata Wahyuningsih.
Wahyuningsih tak merinci asal kota pasien-pasien lain. Namun, sebelumnya, rumah sakit rujukan Covid-19 di kota tersebut juga menerima pasien dari daerah sekitar seperti Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Ngawi, Pacitan, hingga Madiun. Bahkan, beberapa waktu belakangan turut menerima pasien asal Kudus dengan diisolasinya sejumlah pasien asal daerah tersebut di Asrama Haji Donohudan Boyolali.
Wali Kota Surakarta Gibran Rakabuming Raka menyampaikan, pihaknya juga akan menyiapkan rumah sakit lapangan, di Benteng Vastenburg, sebagai alternatif untuk merawat pasien bergejala jika seluruh rumah sakit rujukan penuh. Namun, pihaknya mengharapkan agar semua pasien dapat tertangani di rumah sakit rujukan yang ada.
“Rumkitlap (rumah sakit lapangan) akan digunakan khusus warga Kota Surakarta. Tapi, itu cadangan saja. Semoga jangan sampai terpakai,” kata Gibran.
Rumah sakit lapangan di Benteng Vastenburg, mempunyai kapasitas untuk merawat hingga 80 orang. Selain itu disiapkan pula ruang rawat intensif sebanyak empat unit. Adapun jumlah tenaga kesehatan yang disiapkan untuk tempat tersebut berjumlah 60 orang.
Gibran menambahkan, pihaknya juga menyiapkan tempat isolasi terpusat tambahan khusus warga Kota Surakarta. Tempat isolasi tambahan diperlukan mengingat Asrama Haji Donohudan tingkat keterisiannya juga cukup tinggi. Peningkatan keterisian disebabkan adanya sejumlah warga asal Kudus yang diisolasi terpusat di tempat tersebut.
“Khusus warga Kota Surakarta tenang saja. Tempat karantinanya saya siapkan sendiri terpisah di Solo Technopark,” kata Gibran.
Hingga Senin siang, Asrama Haji Donohudan sudah diisi 625 orang. Sebanyak 214 orang dari wilayah Kota Surakarta dan sekitarnya, sedangkan 411 orang dari Kudus, Jawa Tengah. Adapun total kapasitas tempat isolasi terpusat itu sekitar 800 orang.