Tetap Berdaya di Tengah Kondisi Tidak Biasa
Lebih dari setahun pandemi Covid-19 mengundang duka manusia. Namun, wabah tidak cukup kuat membunuh solidaritas warga yang ingin terus berdaya di masa tidak biasa ini.
Lebih dari setahun pandemi Covid-19 mengundang duka manusia. Namun, wabah tidak cukup kuat membunuh solidaritas warga yang ingin terus berdaya di masa tidak biasa ini.
”Alhamdulilah...”
Kata syukur itu terucap dari mulut Ajang (23), penjual cuanki saat mendapat sekotak makanan gratis di sekitar Jalan Veteran, Kota Bandung, Selasa (6/7/2021) siang. Matanya berbinar meski tidak lantas menghapus letih di wajahnya yang tertutup masker.
Seperti hari sebelumnya, perjalanannya tidak ringan membawa gerobal pikul seberat 20 kilogram. Hari itu, misalnya, kaki-kaki gempalnya sudah berjalan sekitar 5 kilometer dari kontrakannya di kawasan Karees.
”Selama Covid-19, dagang enggak bisa ditebak. Ini baru laku lima mangkok. Sebelum pandemi, bisa lebih dari 10 mangkok,” kata Ajang, berpenghasilan antara Rp 50.000-100.000 per hari.
Oleh karena itu, sekotak makanan dari Kozi Coffee 6.2, kedai kopi di Bandung, menjadi rezeki luar biasa. Hari itu, Ajang tidak perlu menyisihkan uang untuk makan siang.
”Uang makan bisa saya bawa pulang. Sekotak nasi ini meringankan beban saya,” ujarnya yang terbiasa menyisihkan belasan ribu untuk makan sehari.
Ramanda Audia Adam (40), pemilik Kozi Coffee, mengatakan, pandemi ini tidak mudah dijalani bagi sebagian orang. Ada yang harus nekat turun ke jalan dengan risiko dagangan tidak laku atau mungkin tertular Covid-19.
Lewat sekotak nasi, ia berharap ikut meringankan beban itu. Uang makan siang setidaknya bisa disimpan untuk menambah penghasilan yang tidak bersahabat saat pandemi.
”Kami sudah melakukannya sejak Senin (5/7/2021) dan akan terus memberi semampunya. Jumlahnya tidak tetap. Hari ini, ada lebih dari 40 paket yang kami bagikan,” kata Rama yang selalu meminta mereka yang mendapat donasi agar tetap menerapkan protokol kesehatan.
Baca juga : Karena Hidup saat Pandemi Lebih dari Sekadar ”Cuan”
Kotak makanan berisi ayam dan sayuran itu adalah lanjutan dari keinginan Rama dan beberapa kawannya untuk berbagi saat pandemi. Sebelumnya, Kozi Coffee yang cabangnya tersebar di Bandung dan Jakarta menawarkan potongan harga 10 persen kepada konsumen yang telah divaksin.
”Rabu (30/6/2021), kami juga membagikan gratis kopi espresso base kepada pengunjung yang telah divaksin. Vaksinasi ikut membantu meredakan pandemi,” katanya.
Tidak bergerak sendiri, ia mengajak pelaku kuliner di Bandung lainnya untuk berbagi. Mereka memberi paket makanan beserta vitamin untuk warga yang tengah menjalani isolasi mandiri.
Beberapa yang terlibat adalah Imah Babaturan, Volks, Mimilu, dan Nasi Pedas Maicih. Sebanyak 28 menu dengan nilai per paket tidak lebih dari Rp 70.000 disajikan kepada pelanggan. ”Dalam kolaborasi ini, kami tetap berjualan tapi menyelipkan nilai berbagi,” katanya.
Mahesa El Gasani (27), seniman di Kota Bandung, juga bergerak mengisi perut-perut kosong di jalanan kota selama pandemi. Meskipun kegiatan ini telah berlangsung sejak tahun 2018, Mahesa mengakui kondisi pandemi ini membuat jalanan semakin memprihatinkan.
Setiap akhir pekan, Mahesa bersama rekan-rekannya dari Komunitas Sahabat Uncle Teebob berkeliling pusat kota, seperti Alun-alun Kota Bandung, Jalan Braga, hingga Jalan Asia Afrika. Dalam sekali pertemuan, mereka bisa membagikan hingga 500 paket makanan.
”Walaupun nasi bungkus dan lauk sederhana, kami mencoba membantu mereka makan. Kami biasa bergerak berlima. Kalau kolaborasi bisa sampai 10 orang,” ujarnya.
Mahesa menyayangkan minimnya perhatian dari pemerintah terhadap orang-orang yang terpinggirkan. Padahal, mereka yang tidur di pinggir jalan juga manusia yang sedang dalam kesulitan. Di tengah sulitnya ekonomi karena pandemi, orang-orang yang hidup di jalan semakin banyak.
”Katanya Bandung someah (ramah), ramah HAM, tetapi masih ada di sini yang sulit mendapatkan makan. Jangankan masker, mereka bisa saja tidur dengan perut kosong. Bukannya tidak mau, tetapi mereka tidak bisa beli masker,” ujarnya.
Selain di jalanan, Mahesa bersama sukarelawan di lingkungan rumahnya di Kelurahan Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, memberi makanan kepada warga yang kesulitan. Mulai dari kehilangan pekerjaan hingga warga yang harus bertahan di rumah karena isolasi mandiri menjadi sasaran mereka.
”Di kampung saya ada istilahnya Rakyat Bantu Rakyat. Ada banyak warga yang sulit berjualan di tengah pandemi. Ada yang sudah di PHK, kena Covid-19 pula. Kami bantu dengan makanan supaya tidak kebanyakan pikiran,” ujarnya.
Baca juga : Solidaritas Mahasiswa Perantauan di Bandung Saat Pandemi Covid-19
Tidak dengan berbagi makanan, Faiz Ghifari (26) dari Surakarta, Jawa Tengah, juga ambil peran lewat kemampuannya di bidang informasi teknologi melalui urundayacovid.com.
Laman yang diluncurkan Senin (5/7/2021) ini berisi sekitar 1.300 informasi untuk masyarakat saat menghadapi Covid-19. Fariz mengklaim laman ini telah diakses lebih dari 9.000 pengguna internet semenjak peluncurannya.
Pengunjung situs ini mendapat sejumlah informasi yang dibutuhkan terkait penanganan Covid-19. Data saluran siaga (hotline) rumah sakit, ambulan, dan puskesmas, kontak isi ulang oksigen, layanan vaksinasi, hingga tempat isolasi mandiri, tersusun rapi di setiap laman situsnya.
Tidak hanya itu, pengunjung bisa turut mengunggah informasi sehingga bisa ditampilkan dan dikelola di situs ini. Faiz berharap, upaya saling berbagi informasi di saat pelik seperti ini bisa meningkatkan solidaritas masyarakat saat pandemi.
”Awalnya, saya membuat situs web yang mengumpulkan poster-poster vaksinasi se-Indonesia. Respons dari publik bagus. Saya buat lagi web informasi oksigen, jadi tambah ramai. Akhirnya semua digabungkan ke urundayacovid ini,” ujarnya.
Faiz tergerak membuat laman ini karena melihat tingginya kebutuhan masyarakat berbagai informasi menangani Covid-19. Mulai dari permintaan oksigen, vaksinasi, hingga plasma darah. Di sisi lain, informasi terkait vaksinasi, penanganan medis, dan kontak ambulans bertebaran tidak beraturan di jagad maya.
Sebagai pengiat media sosial, Faiz melihat masyarakat butuh simpul yang mempertemukan informasi-informasi yang bertebaran secara acak di media sosial ini.
”Banyak yang meminta tolong di media sosial, donor, oksigen, dan lain-lain. Sepertinya belum ada informasi yang terpusat. Karena itu, saya membuat urundayacovid agar semua bisa mencari di sini,” ujarnya.
Selain bisa membantu masyarakat, Faiz berharap, munculnya situs ini bisa menjadi dorongan kepada pemerintah untuk memberi pelayanan berupa informasi. Masyarakat tidak hanya membutuhkan bantuan secara fisik, tetapi juga informasi yang tepat sehingga mampu menghadapi Covid-19 dengan lebih baik.
Masyarakat bukannya tidak mau menolong, mereka tidak jahat. Semua manusia itu peduli dan baik kepada sesama. Sikap negatif muncul dari ketidaktahuan dan ketakutan masyarakat melihat pandemi. (Ari Ganjar)
Sosiolog Universitas Padjadjaran Ari Ganjar Herdiansah berpendapat, aksi sosial masyarakat merupakan respons atas penanganan pemerintah yang belum utuh menjangkau publik. Di sisi lain, sebagai makhluk sosial, manusia memiliki sifat altruisme atau mendahulukan kepentingan bersama ketimbang individu.
”Hal ini menunjukkan modal sosial dari masyarakat masih berjalan. Melihat situasi ini, masyarakat bertindak kolektif mengatasi masalah yang ada,” ujarnya.
Hanya saja, Ari mengakui, inisiatif serupa belum menyentuh hati warga lain. Masih ada yang memberi stigma, menutup diri, hingga antipati terhadap kesulitan sesama di tengah pandemi. Menurut Ari, hal itu terjadi karena tidak semua masyarakat siap menghadapi pandemi.
”Masyarakat yang mampu mencerna informasi biasanya merespons dengan membentuk mitigasi bersama, mulai dari edukasi hingga sosialisasi,” katanya.
Ari berujar, mekanisme lingkungan sosial ini perlu dibentuk supaya masyarakat memiliki ketahanan mandiri dalam menghadapi pandemi. Saat itu tercapai, kepedulian itu pasti akan muncul.
”Kuncinya di kesiapan. Masyarakat bukannya tidak mau menolong, mereka tidak jahat. Semua manusia itu peduli dan baik kepada sesama. Sikap negatif muncul dari ketidaktahuan dan ketakutan masyarakat melihat pandemi,” ujarnya.
Di saat semua masyarakat memiliki kesiapan yang sama, kepedulian itu akan muncul karena manusia memiliki sikap sosial. Jika itu tercapai, semua orang akan saling berbagi di tengah badai pandemi ini.
Baca juga : Sarapan Turut Menjaga Peradaban Bandung