Kasus Kematian Meningkat, Kota Cirebon Krisis Kantong Jenazah
Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, mengajukan permintaan 400 kantong jenazah kepada BNPB. Saat ini, Cirebon kekurangan kantong jenazah seiring lonjakan angka kematian akibat Covid-19.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Pemerintah Kota Cirebon, Jawa Barat, mulai kekurangan kantong jenazah dan peti mati untuk pemulasaraan pasien Covid-19. Kondisi ini terjadi seiring meningkatnya angka kematian akibat virus SARS-CoV-2.
Kepala Kantor Penanggulangan Bencana Daerah Kota Cirebon Khaerul Bahtiar mengatakan, kantornya hanya tinggal memiliki 50 kantong jenazah. ”Sebanyak 30 kantong sudah disebar kemarin. Tidak lama lagi akan habis. Sekarang, hanya 20 kantong,” katanya, Kamis (22/7/2021), di Cirebon.
Padahal, bahan tersebut dibutuhkan untuk mencegah infeksi saat pemulasaraan jenazah pasien Covid-19. Khaerul tidak tahu pasti sampai kapan stok kantong jenazah itu bertahan. Alasannya, angka kematian akibat Covid-19 di Kota Cirebon terus meningkat.
Sebagai gambaran, pada 5-11 Juli, kasus kematian mencapai 43 orang atau lebih kurang enam orang per hari. Jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada Juni yang tercatat belasan kasus kematian per minggu. Artinya, stok 20 kantong jenazah bisa habis kurang dari sepekan.
”Kami sudah minta ke BPBD Jabar. Namun, hampir seluruh daerah di Jabar juga mengalami hal serupa (kekurangan). Kami coba pengadaan sendiri dengan pihak ketiga, tetapi belum ada kepastian. Kebutuhan kantong jenazah ini luar biasa,” katanya.
Pihaknya telah rapat dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk mengajukan permintaan sekitar 400 kantong jenazah. Menurut rencana, sarana pemulasaraan itu ditargetkan dapat didistribusikan pekan depan.
Selain kantong jenazah, pihaknya juga kekurangan peti mati. ”Bukan enggak ada. Di rumah sakit masih ada peti. Masalahnya, jumlah isoman (pasien isolasi mandiri) banyak dan ada yang meninggal. Ini yang kesulitan peti,” katanya.
Masalahnya, jumlah isoman (pasien isolasi mandiri) banyak dan ada yang meninggal. Ini yang kesulitan peti.
Khaerul belum mengetahui pasti jumlah pasien yang meninggal saat isoman. Namun, hingga kini, tercatat 2.024 pasien isoman dan hanya sekitar 600 orang di antaranya yang dirawat di rumah sakit. Okupansi ruang isolasi RS juga mencapai sekitar 80 persen atau melebihi batas ideal 60 persen.
Pihaknya tengah berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat untuk menyediakan peti jenazah, termasuk menghitung kebutuhan peti. ”Pabrik pembuat peti juga kesulitan karena banyak pesanan. Akibatnya, ada pemakaman yang hanya menggunakan kantong jenazah, tidak pakai peti,” katanya.
Sekretaris Daerah Kota Cirebon Agus Mulyadi mengakui, angka kematian akibat Covid-19 di Kota Cirebon pada 12-18 Juli sempat menyentuh 3,73 persen. Jumlah ini melampaui tingkat kematian secara nasional, yakni 2,6 persen.
Untuk menekan angka kematian itu, pihaknya menambah ruang isolasi di RS serta mengintensifkan pemantauan pasien isoman. Pihaknya juga menyiapkan sekitar 1.000 paket makanan bagi warga yang isoman.
Meski demikian, dukungan masyarakat dalam mematuhi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) di Kota Cirebon sangat diperlukan untuk mengendalikan Covid-19. ”Kalau (kasusnya) terus naik, kita enggak tahu sampai kapan pandemi ini,” ujarnya.