Peran Keluarga Mendampingi Orang dengan HIV Sangat Besar
Peran keluarga yang telah dilatih sebagai pendamping orang dengan HIV di tengah pandemi Covid-19 sangat penting. Mereka bisa menggantikan tenaga kesehatan yang terkendala pembatasan sosial.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA, ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Peran keluarga sebagai pengawas orang dengan HIV di Papua dalam menjalani terapi obat sangat besar. Setelah pemberlakuan pembatasan mobilitas untuk menekan penularan Covid-19, tenaga kesehatan tidak bisa mendampingi pasien HIV secara rutin sehingga keluarga menjadi pihak yang diandalkan.
Hal itu disampaikan Kepala Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, TBC, dan Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Papua Beeri IS Wopari di Jayapura, Selasa (27/7/2021).
Beeri memaparkan, tingkat kepatuhan orang dengan HIV di Provinsi Papua dalam mengonsumsi obat antiretroviral atau ARV sudah mencapai 75 persen. Berdasarkan data hingga pertengahan tahun ini, sebanyak 7.408 orang dengan HIV yang menjalani terapi minum obat.
Meski demikian, masih ada orang dengan HIV yang belum menjalani pengobatan dengan alasan berpindah rumah tanpa memberikan laporan ke tenaga kesehatan setempat dan jenuh mengonsumsi ARV.
”Dari hasil pantauan kami, mereka jenuh mengonsumsi ARV karena tidak ada perhatian dari keluarganya. Karena itu, kami melatih kerabat terdekat sebagai pendamping dalam terapi ARV,” paparnya.
Beeri menuturkan, peran keluarga yang telah dilatih petugas kesehatan tidak hanya sebagai pengawas orang dengan HIV dalam menjalani terapi. Namun, pihak keluarga juga terus memonitor kondisi kesehatan terkini anggota keluarganya yang hidup dengan HIV.
”Kami telah menyimpan nomor telepon dan alamat keluarga yang mendampingi orang dengan HIV. Mereka juga harus berperan melihat kondisi kesehatan anggota keluarganya itu dan segera melaporkan ke pusat layanan kesehatan terdekat jika terdapat sesuatu yang perlu ditangani,” tutur Beeri.
Seorang yang hidup dengan HIV di Sentani, Papua, SK (23), bercerita, meski kasus HIV sudah menyebar ke populasi umum di Papua, pemahaman masyarakat terhadap HIV masih terbatas. Ini dibuktikan dengan masih kuatnya stigma terhadap orang dengan HIV.
Begitu kuatnya stigma di Papua membuat SK tidak terbuka soal status HIV-nya kepada keluarganya sendiri. ”Orang-orang di sini masih menganggap orang dengan HIV bisa menularkan penyakitnya kepada orang lain tidak peduli virusnya sudah tersupresi atau belum,” ujar mahasiswa kesehatan itu.
Akhirnya, SK hanya bercerita status HIV-nya kepada teman-teman dekatnya. Merekalah yang justru mendukung SK dan selalu mengingatkannya untuk rutin minum ARV. Alhasil, setelah setahun lebih menjalani terapi ARV, virus dalam tubuhnya kini sudah tersupresi.
Dari hasil pantauan kami, mereka jenuh mengonsumsi ARV karena tidak ada perhatian dari keluarganya. Karena itu, kami melatih kerabat terdekat sebagai pendamping dalam terapi ARV.
Pemberian ARV
Beeri juga mengungkapkan, terdapat dua strategi pemberian ARV bagi orang dengan HIV di tengah pandemi Covid-19. Pertama, pemberian ARV multibulan sehingga dapat dikonsumsi hingga tiga bulan ke depan. Cara kedua adalah pemberian obat secara terjadwal dengan jumlah orang dengan HIV yang terbatas untuk menghindari terjadi penumpukan orang saat mengambil ARV.
Ia menambahkan, upaya untuk menekan penyebaran kasus baru HIV hanya terkendala minimnya stok alat tes cepat. Kondisi ini juga dialami daerah lain di Indonesia.
”Kami menggunakan sejumlah strategi untuk mencegah penyebaran HIV, antara lain, sosialisasi secara masif di pemukiman warga dan tempat yang rawan, pemeriksaan anggota keluarga yang berhubungan seksual dengan orang dengan HIV dan pemeriksaan HIV untuk ibu hamil serta ibu dalam persalinan,” tuturnya.
Data Balai Penanggulangan dan Pengendalian AIDS, TBC, dan Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Papua pada Maret 2021 menunjukkan, jumlah kumulatif penderita HIV sebanyak 46.193 orang.
Orang dengan HIV tersebut terdiri dari 21.701 berjenis kelamin laki-laki dan 24.395 perempuan. Orang dengan HIV yang berusia 0-14 tahun sebanyak 1.146 orang dan berusia 15 hingga di atas 50 tahun sebanyak 45.047 orang.