Notifikasi Otomatis di Ponsel Permudah Layanan Pariwisata Pengunjung NTB
Upaya menggairahkan lagi sektor wisata di NTB terus dilakukan meski di tengan pandemi. Salah satunya dengan menghadirkan layanan digitalisasi pariwisata yang diyakini mempermudah informasi bagi pelancong.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Meski pandemi Covid-19 masih membuat industri pariwisata di Nusa Tenggara Barat lesu, upaya peningkatan layanan bagi wisatawan tetap dilakukan. Salah satunya mendorong digitalisasi pariwisata berupa layanan informasi destinasi wisata bagi wisatawan. Layanan ini diyakini mendorong minat pelancong untuk pelesiran ke Pulau Lombok dan sekitarnya.
Sekretaris Daerah Provinsi NTB Lalu Gita Ariadi melalui siaran resminya, Rabu (4/8/2021), mengatakan, layanan yang disebut ”Digitalisasi Pariwisata” itu merupakan kolaborasi Pemerintah Provinsi NTB dengan PT Telkom Indonesia Wilayah Usaha Telekomunikasi (Witel) NTB.
Gita menjelaskan, digitalisasi pariwisata ini akan memudahkan wisatawan yang berkunjung ke Lombok dan Sumbawa. Salah satu unggulan layanannya adalah fitur pesan singkat atau location base advertising. Fitur ini memungkinkan wisatawan menerima notifikasi otomatis begitu tiba di Bandara Zainuddin Abdul Madjid.
Pesan singkat itu akan berisi pranala atau link yang jika dibuka, akan mengarah ke sistem bot (sistem yang melakukan pekerjaan otomatis) di aplikasi Whatsapp. Melalui bot ini, wisatawan dapat menanyakan tentang destinasi wisata di Lombok dan Sumbawa.
”Kami mengapresiasi digitalisasi pariwisata yang dilakukan PT Telkom Indonesia ini. Upaya tersebut membuat kami lebih percaya diri untuk berkompetisi di sektor pariwisata, nasional ataupun internasional,” kata Gita.
General Manager PT Telkom Indonesia Witel NTB Syaiful Rohman menambahkan, mereka siap mendukung digitalisasi pariwisata NTB. Menurut dia, digitalisasi menjadi pendekatan yang tepat seiring perkembangan teknologi saat ini, termasuk di Indonesia. Salah satunya tren penggunaan ponsel pintar yang tinggi.
”Mau tidak mau, kita harus masuk ke digital dan pertama kali masuknya lewat ponsel pintar. Whatsapp dipilih juga karena sekarang orang Indonesia paling mudah berkirim pesan lewat aplikasi tersebut,” kata Syaiful.
Berbagai upaya
Upaya menggairahkan sektor pariwisata di NTB terus dilakukan sejak pandemi merebak Maret 2020. Apalagi sektor tersebut menjadi salah satu yang paling terdampak. Catatan Kompas, semua kawasan wisata di NTB, termasuk Pulau Lombok dan Sumbawa, terdampak oleh pembatasan mobilitas. Keputusan merumahkan karyawan hingga pemutusan hubungan kerja pada usaha jasa pariwisata tidak bisa dihindari.
Data Dinas Pariwisata NTB, pada 2019 lalu, total wisatawan domestik ataupun mancanegara yang berkunjung ke NTB 3.706.352 orang. Pada 2020 sejak merebaknya pandemi, jumlahnya anjlok menjadi 400.595 orang dan sepanjang 2021 baru 344.733 orang.
Saat ini, kegiatan pariwisata di NTB mulai merangkak lagi. Namun, kondisinya secara umum tidak banyak berubah karena pandemi juga belum terkendali. Oleh karena itu, untuk meyakinkan wisatawan agar mau datang, konsep CHSE atau cleanliness (kebersihan), health (kesehatan), safety (keamanan), and environment (ramah lingkungan) wajib diterapkan. Termasuk vaksinasi bagi pelaku pariwisata di berbagai kawasan.
NTB juga tengah menyiapkan sejumlah kawasan hijau (green zone) pariwisata. Kawasan tersebut adalah Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika di Lombok Tengah, Desa Sembalun di Lombok Timur, kawasan Tiga Gili di Lombok Utara, dan Pulau Moyo di Pulau Sumbawa.
Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Barat Yusron Hadi mengatakan, pemilihan empat destinasi tersebut berdasarkan penilaian karena kawasan-kawasan itu telah memenuhi 70 persen unsur kawasan hijau. Parameternya mulai dari penerapan CHSE hingga vaksinasi.
Kepatuhan pada protokol kesehatan memang diprioritaskan mengingat hal itu akan menjadi pertimbangan penting bagi wisatawan. Oleh karena itu, menurut Gita, Pemerintah Provinsi NTB juga terus mendorong berbagai aktivitas pariwisata tetap menerapkan protokol kesehatan.
Meski demikian, berbagai upaya dan rencana tersebut tidak akan berhasil tanpa dukungan semua pihak, termasuk penyiapan prosedur yang jelas. Ketua Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) NTB Dewantoro Umbu Joka mengatakan, sedikit saja kesalahan dalam penerapan prosedur wisata akan berakibat fatal. Alih-alih bisa bangkit, kesalahan akan menjadi bumerang dan kian memperburuk citra industri pariwisata yang sekarang masih lesu.