HUT Ke-652 Kota Cirebon, Awal Kebangkitan dari Pandemi
Hari jadi ke-652 Kota Cirebon, Jawa Barat, diharapkan menjadi momentum bangkit dari pandemi Covid-19. Pemerintah Kota Cirebon mengajak masyarakat bergotong royong menangani wabah tersebut.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Hari jadi ke-652 Kota Cirebon, Jawa Barat, yang bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1443 Hijriah diharapkan menjadi momentum bangkit dari pandemi Covid-19. Selain mengajak masyarakat bergotong royong, Pemerintah Kota Cirebon juga memastikan anggaran daerah difokuskan untuk penanganan wabah.
Upacara peringatan hari ulang tahun ke-652 tersebut digelar secara terbatas dengan protokol kesehatan di lapangan Gedung Balai Kota Cirebon, Selasa (10/8/2021). Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis, Wakil Wali Kota Cirebon Eti Herawati, pejabat lainnya, dan para pegawai hadir mengenakan batik.
Acara yang disiarkan secara daring itu kemudian dilanjutkan dengan Rapat Paripurna DPRD Kota Cirebon. Selain pembacaan sejarah kota, rapat itu juga mendengarkan laporan wali kota. ”Harapan kami, tahun 2021 ini tahun awal kebangkitan Kota Cirebon dari pandemi, khususnya sektor pariwisata, perdagangan, dan jasa,” ujar Azis dalam sambutannya.
Azis, yang kembali menjabat sejak 2018, menuturkan, perkembangan kota menunjukkan tren positif. Laju pertumbuhan ekonomi, misalnya, naik dari 6,21 persen pada 2018 menjadi 6,29 persen di tahun berikutnya. Begitu pun dengan indeks pembangunan manusia yang naik dari 74,35 poin ke 74,92 pada periode tersebut.
”Tapi, baru memasuki bulan ketiga 2020, wajah kita terkena hantaman sangat keras pandemi. Pagebluk ini mengoyak kesehatan, pendidikan, ekonomi, hingga mentalitas,” ujarnya. Hingga memasuki tahun kedua pandemi, sebanyak 11.831 warga setempat terpapar Covid-19. Sejumlah 479 orang meninggal dunia, 1.615 orang diisolasi, dan 9.737 warga sembuh.
Tahun lalu, pertumbuhan ekonomi Kota Cirebon mengalami kontraksi 0,99 persen. Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan motor, transportasi, serta pergudangan merupakan sektor yang paling terdampak. Padahal, kota seluas 37 kilometer itu menjadi pusat perekonomian di Jabar bagian timur.
Pandemi juga memicu peningkatan angka pengangguran terbuka dari 9,4 persen pada 2019 menjadi 10,97 persen tahun lalu. Begitu pun dengan jumlah penduduk miskin yang bertambah dari sekitar 26.800 orang ke 30.610 jiwa pada periode serupa. Padahal, tingkat kemiskinan terus menurun sejak 2015.
Untuk bangun dari keterpurukan, Azis meminta seluruh elemen masyarakat bergotong royong melawan virus tak kasatmata itu. Pihaknya juga berkomitmen mengantisipasi dampak dari pandemi dengan merealokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ”Kami bersepakat, politik anggaran harus ditujukan untuk penanganan Covid-19,” ujarnya.
Kami bersepakat, politik anggaran harus ditujukan untuk penanganan Covid-19.
Belanja daerah Rp 81,2 miliar, misalnya, disiapkan khusus untuk menanggulangi pandemi. Anggaran itu terdiri dari sektor kesehatan Rp 76,2 miliar, jaring pengaman sosial (Rp 4,4 miliar), dan dampak ekonomi (Rp 506 juta). Dana itu, antara lain, digunakan untuk menambah ruang isolasi dan pembagian sembako.
Ketua DPRD Kota Cirebon Affiati mengapresiasi upaya pemkot dalam mengatasi dampak wabah Covid-19. Namun, pihaknya meminta aparat tidak kendor dalam memantau pemberlakuan pembatasan kegiatan sosial masyarakat. ”Kami berharap pemkot lebih bijak dalam PPKM agar ekonomi segera pulih,” katanya.