Aroma Kesengajaan Kebakaran 1,2 Hektar Sabana Taman Nasional Rawa Aopa
Kebakaran lahan kembali terjadi di wilayah Taman Nasional Rawa Aopa di Konawe Selatan, Sultra. Kebakaran lahan rawan terjadi di salah satu taman nasional tertua di Indonesia ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Lahan sabana 1,2 hektar di Taman Nasional Rawa Aopa terbakar. Kebakaran lahan di dekat perlintasan warga ini diduga disengaja. Patroli dan sosialisasi terus digiatkan di tengah cuaca panas setelah hujan berkepanjangan.
Kebakaran lahan di salah satu taman nasional tertua di Indonesia ini terjadi Selasa (28/9/2021) siang. Tim patroli yang menemukan kejadian itu segera memadamkan sehingga kebakaran tidak meluas.
Kepala Taman Nasional Rawa Aopa (TNRAW) Ali Bahri mengungkapkan, lokasi kebakaran terjadi di Tatangge, Konawe Selatan, yang masuk dalam wilayah II TNRAW. Personel yang dilengkapi peralatan pemadaman segera bertindak sehingga dalam satu jam kebakaran bisa diatasi.
”Lokasinya di padang sabana yang memang rumputnya mulai mengering. Untung segera ditemukan karena padang ini sangat luas dan berpotensi menyebar secara cepat,” kata Ali, dihubungi dari Kendari.
Kebakaran lahan ini, tutur Ali, diduga akibat tindakan manusia, baik sengaja maupun tidak. Sebab, lokasi kebakaran dekat dengan jalan perlintasan yang ramai dilintasi masyarakat serta menjadi lokasi penggembalaan ternak warga sekitar. Dengan kondisi rumput dan ilalang yang mengering, hal ini menyusahkan ternak untuk mendapat pakan.
Sosialisasi kepada masyarakat, juga pelintas, terus dilakukan agar menjaga kawasan TNRAW bersama-sama. Penggembalaan ternak juga diharapkan tidak dilakukan di kawasan taman nasional agar tidak mengganggu ekosistem alami. Para pelintas dilarang membuang puntung rokok agar tidak memicu terjadinya kebakaran.
Dengan kondisi cuaca yang mulai kering, kata Ali, kebakaran di lokasi ini sangat rawan terjadi. Hampir setiap tahun kebakaran lahan terjadi di wilayah ini. Oleh karena itu, patroli akan terus digalakkan, khususnya daerah rawan yang terbuka bagi masyarakat umum.
Wilayah TNRAW yang memiliki luas 105.194 hektar merupakan habitat untuk sejumlah hewan dan flora endemik dan dilindungi. Taman nasional ini masuk dalam wilayah administratif lima kabupaten, yaitu Konawe Selatan, Bombana, Konawe, Kolaka, dan Kolaka Timur. Ditetapkan sebagai taman nasional pada 1990 lalu, bersamaan dengan Way Kambas dan Bunaken menempatkan ketiganya sebagai taman nasional tertua di Indonesia.
Di taman nasional ini, ekosistem sabana adalah salah satu primadona. Sabana di wilayah ini memiliki luas sekitar 30.000 hektar, yang dulunya sering menjadi tempat melihat rusa. Akan tetapi, ancaman kebakaran lahan terus terjadi setiap tahun.
Berdasar peta kelas rawan kebakaran hutan TNRAW, untuk wilayah II saja terdapat 19.806 hektar lahan yang masuk dalam kategori rawan kebakaran sangat tinggi. Sebanyak 6.559 hektar dalam kategori sedang, dan 39.637 di kategori rendah.
Lahan yang rawan terbakar ini sebagian besar adalah padang sabana, semak, juga lahan gambut. Jumlah luas lahan yang rawan ini belum termasuk di wilayah I meski dengan presentase wilayah paling rawan tidak sebesar di wilayah II.
Kepala Stasiun Maritim BMKG Kendari Sugeng Widarko menuturkan, saat ini wilayah Sulawesi Tenggara memang tercatat cerah selama beberapa hari terakhir. Kondisi ini diperkirakan terus terjadi hingga sepekan ke depan.
”Dari pengamatan yang kami lakukan, ada udara kering yang masuk dari daerah selatan, khususnya Australia, sehingga membuat tekanan udara rendah di wilayah ini. Kondisi ini merata terjadi di hampir semua wilayah Sultra,” ucapnya.
Kondisi cuaca saat ini, menurut Sugeng, merupakan anomali dan belum bisa dikategorikan musim kemarau. Sebab, awalnya kemarau diperkaran terjadi pada Juni hingga awal September. Akan tetapi, hujan terus terjadi dan baru berhenti beberapa hari. BMKG juga telah merilis musim hujan akan kembali masuk pada November mendatang.
Dengan kondisi tidak terjadi hujan dan udara kering yang berembus, beberapa daerah yang memiliki padang luas akan kekeringan. Hal ini berimbas pada kerawanan kebakaran lahan seperti terjadi saat ini di wilayah Konawe Selatan.
Oleh sebab itu, ia menambahkan, pihak terkait diminta terus memperhatikan situasi di sekitar agar kebakaran lahan tidak terjadi. ”Jadi, kondisi daerah saat hujan rawan banjir yang ketika kering rawan kebakaran lahan. Bencana itu tidak mengenal musim dan sudah seharusnya semua masyarakat untuk terus waspada,” katanya.