Harga jual singkong di tingkat petani di Lampung berflukuasi setiap tahun. Petani berharap pemerintah pusat mengatur harga pokok penjualan singkong untuk mencegah anjloknya harga saat panen raya.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Harga jual singkong di tingkat petani di Lampung berfluktuasi setiap tahun. Petani berharap pemerintah pusat mengatur harga pokok penjualan singkong untuk mencegah anjloknya harga saat panen raya.
Ketua Asosiasi Petani Singkong Kabupaten Lampung Utara Syahrul Effendi mengatakan, saat ini harga jual singkong di tingkat petani memang cukup baik, yakni Rp 1.100-Rp 1.200 per kg. Harga jual itu lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi pada Maret 2021.
”Kenaikan harga ini karena pasokan singkong dari petani sedikit. Sebagian besar petani belum memanen singkong karena masih menunggu musim hujan,” kata Syahrul kepada Kompas, Rabu (13/10/2021).
Sebagian besar petani belum panen karena usia tanamannya belum cukup umur. Selain itu, petani juga menunggu musim hujan untuk panen agar bisa segera mengolah lahan untuk tanam berikutnya.
Jika dipanen saat musim kemarau seperti sekarang ini, mereka tidak bisa langsung mengolah lahan. Pasalnya, tanaman singkong yang ditanam pada musim kemarau rentan mati karena kekurangan air.
Apalagi, petani mengandalkan bibit singkong dari batang tanaman lama yang telah dicabut. Bibit itu harus segera ditanam dan tidak bisa disimpan lama karena dapat mengering.
Sebagian besar petani singkong di Lampung memang mengelola lahan tadah hujan. Para petani tidak memiliki sistem pengairan sehingga amat bergantung pada musim.
Syahrul memprediksi, harga jual singkong di tingkat petani akan kembali merosot dalam kurun waktu 2-3 bulan ke depan. Kondisi itu selalu berulang setiap tahun tanpa ada penyelesaian dari pemerintah.
Dia berharap pemerintah dapat mengatasi persoalan merosotnya harga jual singkong di tingkat petani. Pasalnya, kondisi itu juga membuat semangat petani turun. Sejumlah petani memilih membiarkan kebunnya karena persoalan anjloknya harga singkong kerap berulang jelang musim panen seperti sekarang.
Anjloknya harga jual komoditas utama di Lampung itu diduga terkait dengan kebijakan impor tapioka. (Mingrum Gumay)
Sebelumnya, Gubernur Lampung Arinal Djunaidi menggelar pertemuan dengan Asosiasi Pengusaha Tapioka di Bandar Lampung, Selasa (12/10/2021). Dari hasil pengawasan, harga jual singkong di tingkat petani saat ini cukup tinggi. Harga jual itu lebih besar dari patokan yang diminta oleh Pemprov Lampung, yakni Rp 900 per kg.
Menurut Arinal, Pemprov Lampung telah memantau fluktuasi harga jual singkong. Pemerintah juga membina petani agar kualitas singkong yang dihasilkan lebih baik sehingga bisa mendapatkan harga jual yang tinggi oleh industri tapioka.
”Saya akan pantau terus kualitas ubi kayu yang dihasilkan para petani di Provinsi Lampung agar tidak mengalami penurunan kualitas yang berakibat penurunan harga beli,” katanya.
Selain itu, pemerintah juga mengupayakan agar rantai pasok penjualan singkong bisa lebih pendek. Industri tapioka diminta langsung menyerap singkong petani tanpa melalui perantara atau pengepul. Dengan begitu, petani diharapkan bisa menikmati keuntungan yang lebih tinggi.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Tapioka Lampung Widarto mengatakan, pelaku industri tapioka telah berupaya meningkatkan harga jual singkong sesuai instruksi Gubernur Lampung. Namun, industri juga berharap petani menjaga kualitas singkongnya.
Ketua DPRD Lampung Mingrum Gumay mengatakan, pemerintah daerah perlu menyampaikan persoalan anjloknya harga singkong di Lampung kepada pemerintah pusat. Pasalnya, anjloknya harga jual komoditas utama di Lampung itu diduga terkait dengan kebijakan impor tapioka.