Ojek Makanan Balita dari Kota Bandung Bersaing pada Ajang Inovasi Internasional
Program Ojek Makanan Balita (Omaba) dari Kota Bandung, Jawa Barat, terpilih mengikuti Guangzhou International Award for Urban Innovation 2021. Namun, program ini justru terkendala pendanaan akibat pandemi Covid-19.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·2 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Program Ojek Makanan Balita (Omaba) dari Kota Bandung, Jawa Barat, terpilih mengikuti Guangzhou International Award for Urban Innovation 2021. Program pemberian makanan untuk anak balita yang mengalami malnutrisi itu akan bersaing dengan peserta lain dari Austria dan India dalam kategori inovasi pembangunan inklusif.
Omaba dinilai menjadi inovasi penting dalam pembangunan berkelanjutan. Terpilihnya Omaba dalam ajang tersebut disampaikan Sekretariat Guangzhou International Award pada awal Oktober 2021. Penilaian berlangsung hingga Rabu (10/11/2021).
Guangzhou International Award bertujuan memperkenalkan ide-ide inovasi di bidang sosial, ekonomi, dan lingkungan yang berkelanjutan di suatu daerah. Tujuannya, meningkatkan kualitas hidup penduduknya.
”Omaba masuk 15 besar dan menjadi satu-satunya yang berasal dari Asia Tenggara. Pemenang akan diumumkan pada 12 November,” ujar inovator Omaba, dr Sonny Sondari, di Bandung, Kamis (21/10/2021).
Sonny mengatakan, juri akan memilih dua pemenang utama berdasarkan proposal program inovasi, publikasi di media, dan presentasi. Selain itu, dipilih juga program terpopuler berdasarkan pemilihan daring.
Pemilihan dilakukan melalui http://vote.guangzhouaward.org/vote.html yang berlangsung hingga 10 November 2021. Peraih penghargaan utama berkesempatan mempresentasikan gagasannya dalam seminar internasional bertema Learning from Urban Innovation yang diselenggarakan Guangzhou International Award.
”Kebanyakan peserta lain dari beberapa negara menjalankan program inovasi high-tech dan high budget, sementara Omaba merupakan inovasi low tech dan lowbudget. Namun, kami punya semangat dan doa,” ujarnya.
Program Omaba berlangsung sejak 2013 dengan melibatkan kader pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK) di Kelurahan Cisaranten Kidul, Kecamatan Gedebage, Kota Bandung. Kader PKK bersama warga memasak makanan sehat dan mendistribusikannya kepada anak balita yang mengalami malnutrisi.
Omaba masuk 15 besar dan menjadi satu-satunya yang berasal dari Asia Tenggara.
”Program ini sangat efektif dan efisien dibandingkan dengan pemberian makanan tambahan untuk malnutrisi yang hanya berupa biskuit dan susu formula,” katanya.
Omaba juga meraih prestasi Top 35 Inovasi Pelayanan Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara 2016 dan Public Relation Award untuk kategori CSR (Corporate Social Responsibility) Region Asia Pasific 2019 (untuk Pertamina Persero).
Ketua Komite Kesehatan Omaba Vita Fatimah mengatakan, program itu lahir dari kegelisahan kader PKK Kelurahan Cisaranten Kidul mengetahui ada 17 anak balita menderita gizi buruk di wilayah itu pada 2012. Setelah ditelusuri, mereka berasal dari keluarga miskin sehingga kesulitan memenuhi gizi anak-anaknya.
”Dengan dukungan pemerintah, CSR, dan uang kas, kami memasak makanan sehat dan mengantarnya ke rumah-rumah warga. Karena, kalau hanya memberikan susu, orangtua bisa menjualnya dan hasilnya dibelikan untuk kebutuhan lain. Kasus seperti ini pernah terjadi,” ujarnya.
Di tengah upaya meraih penghargaan internasional, program Omaba justru terkendala sejak awal 2020 akibat pandemi Covid-19. Pendistribusian makanan sehat kepada anak balita yang idealnya diberikan selama 90 hari tidak lagi rutin dilakukan.
”Sejak pandemi, program bergantung dari dana kas. Jadi, pemberian makanan sehat sangat terkendala. Sesekali kami memberikan bantuan sembako kepada keluarga yang mempunyai anak malnutrisi,” ujarnya.