Segera Diresmikan Presiden, Waduk Ladongi Sisakan Penanganan Longsoran
Bendungan Ladongi di Kolaka Timur, Sultra, segera diresmikan Presiden Joko Widodo. Akan tetapi, penyelesaian bendungan pertama di ”Bumi Anoa” ini masih menyisakan penanganan longsoran akibat gagal tender.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Pembangunan Bendungan Ladongi di Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara, mulai memasuki tahap akhir. Salah satu pengerjaan yang belum tuntas adalah penanganan longsoran akibat mengalami gagal tender. Penyelesaian lanjutan direncanakan dilakukan tahun depan.
Ladongi adalah bendungan pertama di Sultra yang bakal segera diresmikan Presiden Joko Widodo. Infrastruktur ini mampu menampung 45,9 juta meter kubik air. Bendungan seluas 185 hektar ini nantinya akan mengairi 3.604 hektar sawah dengan 1.392 hektar di antaranya merupakan area baru.
Dikerjakan sejak 2016, bendungan ini awalnya ditargetkan selesai satu tahap pengerjaan. Namun, dalam proses pengerjaan ditemukan batuan lunak mudah lapuk dan longsor. Pekerjaan pun harus dibagi menjadi dua tahap dan ditargetkan selesai pada akhir 2020. Total anggaran untuk dua tahap ini senilai Rp 1,11 triliun.
Pejabat Pembuat Komitmen Bendungan Ladongi Balai Wilayah Sungai (BWS) Sulawesi IV Kendari Iping Mariandana menyampaikan, pengerjaan penanganan longsor di salah satu sisi bendungan ini memang tidak dilakukan sesuai dengan rencana awal. Sebab, pengerjaan dengan teknik bored pile (fondasi tabung) dengan anggaran Rp 38 miliar sejak awal tahun ini terkendala gagal lelang.
”Akibat gagal lelang, pengerjaan tidak bisa dilakukan. Akhirnya, kami mengoptimasi penanganan longsoran agar tetap aman, baik dengan vegetasi, pelandaian, maupun beberapa metode lain. Sejauh ini aman karena dua kali musim hujan tidak ada kejadian lanjutan,” tutur Iping, dihubungi dari Kendari, Minggu (24/10/2021).
Longsoran, ia melanjutkan, rawan terjadi di dinding penahan sandaran kiri bendungan akibat kondisi geologi yang tersusun dari batuan lunak. Titik itu pada konstruksi selebar 150 meter dengan ketinggian 25-30 meter. Penanganan longsoran direncanakan dengan teknik bored pile agar aman dari cuaca ataupun ancaman gempa.
Menurut rencana, Iping menyampaikan, penanganan longsoran tetap akan dilakukan pada tahun depan. Saat ini, pihaknya fokus pada penyelesaian akhir, di antaranya pembangunan puncak bendungan hingga pengaspalan jalan.
”Per hari ini, capaian kami sekitar 99 persen dan tinggal menyelesaikan beberapa tahapan akhir. Rencana awal akan diresmikan Presiden Joko Widodo pada 28 Oktober ini, tetapi belum dapat informasi lagi. Kami menunggu sembari menyelesaikan tahap akhir bendungan,” tuturnya.
Sebelumnya, pada akhir September lalu, telah dilakukan penggenangan awal bendungan. Kepala BWS Sulawesi IV Kendari Agus Safari, dalam rilisnya, menyampaikan, bendungan Ladongi ini memiliki fungsi utama memenuhi kebutuhan irigasi persawahan. Bendungan ini diharapkan bisa mengairi areal seluas 3.604 hektar sehingga dapat meningkatkan produksi pertanian daerah.
Selain itu, bendungan juga dapat memenuhi kebutuhan air baku 120 liter per detik hingga potensi pembangkit listrik sebesar 1,3 megawatt. ”Selama proses penggenangan ini, kami telah menyiapkan sistem pengairan sehingga para petani tetap dapat melaksanakan kegiatan tanam,” katanya.
Selain Ladongi, dua bendungan lainnya di Sultra juga mulai memasuki tahap pembangunan dan pembebasan tanah, yaitu Ameroro (Konawe) dan Pelosika (Konawe dan Kolaka Timur). Bendungan Ameroro mulai dikerjakan pada November 2020, sementara Bendungan Pelosika masih dalam tahap pembebasan tanah.
Bendungan Pelosika, bekerja sama dengan China, bakal menjadi bendungan terbesar di Indonesia timur. Luasnya 5.949 hektar. Setelah tuntas, bendungan ini bisa menampung air hingga 822 juta meter kubik dengan tampungan efektif 370 juta meter kubik. Lima kecamatan di dua kabupaten tersebut akan menjadi area genangan.