Menteri Sosial Tri Rismaharini membagikan sabak atau telepon pintar kepada 105 siswa SMPN 10 Kota Surabaya yang berlokasi di bekas lokalisasi Dolly, sebagai lokalisasi terbesar di Asia Tenggara dan ditutup sejak 2014.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·2 menit baca
Di sela-sela padatnya acara ketika pulang ke rumah pribadinya di Kota Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu (23/10/2021), Menteri Sosial Tri Rismaharini masih menyempatkan waktu bertemu dan bercengkerama dengan anak-anak yang tinggal di bekas lokalisasi Dolly. Sebagai perhatian khusus sekaligus untuk memotivasi, Risma membagikan 105 sabak atau telepon pintar kepada mereka yang kini sekolah di SMPN 10 Surabaya.
”Anak-anak yang tinggal di bekas lokalisasi menjadi prioritas mendapat bantuan sosial terutama untuk menunjang pendidikan mereka. Ini agar mereka lebih semangat belajar dan semakin percaya diri,” kata Wali Kota Surabaya 2010-2020 ini.
Sentuhan khusus bagi anak-anak yang tinggal di bekas lokalisasi yang kini tertata dan hijau, menurut ibu dari dua anak ini, diperlukan karena kondisi sosial mereka berbeda dengan anak-anak yang tumbuh dan berkembang di luar kawasan tersebut. Ibaratnya, kata Risma, jika daerah lain anak-anak memulai kehidupan dari titik nol, anak anak dari kawasan bekas lokalisasi Dolly meniti dari titik minus.
”Tentu tak mudah menumbuhkan optimisme mereka dalam pendidikan sehingga perlu terus dimotivasi agar lebih percaya diri,” ujar Risma yang juga alumni SMPN 10. Di depan pelajar yang hari itu hadir dengan seragam sekolah itu pun diungkap jika dahulu siswa sekolah ini sering menjadi obyek perundungan karena berada di kawasan lokalisasi, sering banjir, dan kumuh.