Untuk menjaga kebersihan udara, Pemerintah Kota Surabaya berkolaborasi dengan berbagai kalangan, termasuk menggandeng warga, untuk terus menjaga dan merawat lingkungan. Hasilnya, Surabaya semakin nyaman.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
Kota Surabaya baru saja dinobatkan ASEAN Environtmentally Sustainable City dalam kategori udara terbersih kota besar. Berbagai inovasi dan program Pemerintah Kota Surabaya dalam meningkatkan kualitas lingkungan itu diapresiasi dalam acara The 5th ASEAN ESC Award and The 4 Certificate of Recognition yang berlangsung di Jakarta, Kamis (21/10/2021).
Untuk meraih penghargaan pertama sepanjang sejarah Kota Surabaya yang tahun ini memasuki usia ke-728, tentu banyak inovasi yang dilakukan. Pemerintah Kota Surabaya pun tak bisa bergerak sendiri, tetapi melibatkan banyak pihak, termasuk selalu melibatkan warganya.
Berbagai inovasi terus dikembangkan oleh Pemkot Surabaya dalam mengembangkan kualitas lingkungan di Kota Surabaya. Inovasi itu mulai dari melakukan penanaman pohon secara intensif dan merata sekaligus merawatnya, serta mengembangkan pertanian perkotaan atau urban farming di taman hutan raya dan kampung-kampung di kota dengan luas 326,8 kilometer persegi ini.
”Di bagian pesisir timur dan utara kota ditanami berbagai jenis pohon bakau dengan tetap memperhatikan keanekaragaman hayati di kawasan tersebut untuk melestarikan struktur geologi pesisir serta melindungi satwa liar, termasuk burung migran,” kata Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi.
Kota yang mulai menggagas konsep kota cerdas sejak 2002 ini sekarang memiliki paru-paru kota, yakni Kebun Raya Mangrove Wonorejo dan Kebun Mangrove Gununganyar. Hutan bakau itu disokong lagi oleh 12 taman hutan raya yang tersebar di berbagai titik serta tersebarnya sekitar 450 taman tematik.
Adapun luas areal mangrove di area pesisir mencapai 4.570 hektar, yang dapat menyerap emisi karbon sebanyak 5720,19 ton C per hektar di bagian pantai utara dan 8064,39 ton C per hektar di bagian pantai timur.
Sementara persentase ruang terbuka hijau (RTH) di Kota Surabaya mencapai 21,99 persen. Keberadaan ruang terbuka hijau ini melampaui persyaratan minimal 20 persen dengan luasan sebesar 7356,96 hektar pada 2020. RTH tersebut dapat menyerap total CO2 sebesar 642.794,59 ton per hektar.
Berdasarkan inovasi tersebut, menurut Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi, capaian indikator kinerja utama (IKU) Kota Surabaya sebesar 90,31.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Suharto Wardoyo mengatakan, kualitas udara Kota Surabaya terus meningkat setiap tahun, terutama mulai 2016-2020. Selain IKU yang menunjukkan peningkatan, Kota Surabaya juga mampu meningkatkan kualitas lingkungan melalui gerakan partisipasi masyarakat hijau atau recycle, reuse, dan reduce (3R) dan program waste to energy yang menggunakan metode gasifikasi.
Berkualitas
Dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan, Kota Surabaya juga telah mengembangkan konsep green transportation, yaitu Suroboyo Bus yang menggunakan sampah plastik sebagai alat pembayaran tiketnya. Meski sejak Oktober ini, penumpang Suroboyo Bus lebih dipermudah karena sistem pembayaran bisa menggunakan kartu e-money dengan cara menempelkan kartu, seperti yang diterapkan di gerabng tol atau parkir berbayar.
Cara lain, Surabaya juga mengembangkan konsep green buildings yang menggunakan lampu hemat energi dan utilitas hemat energi. Penggunaan energi alternatif untuk penerangan jalan umum (PJU) dan lampu lalu lintas dilaksanakan secara bertahap.
”Warga juga berperan dalam menjaga lingkungan, salah satu idikator dengan antusiasme masyarakat dalam kegiatan car free day dan bike to work setiap pekan yang digelar di 11 titik,” kata mantan Kepala Dinas Sosial Kota Surabaya ini.
Surabaya juga sudah menerapkan area traffic control system (ACTS). Ada 137 titik persimpangan yang menerapkan ATCS dan beberapa kamera pemantau (CCTV) dan akan terus ditambahkan. Bahkan, unit energi sel surya dipasang untuk memastikan layanan lampu lalu lintas tidak terganggu dan ramah lingkungan, terutama di persimpangan yang sibuk. Saat ini jumlah lampu lalu lintas dengan pembangkit listrik tenaga surya alternatif ada di 74 titik simpang.
Pendidikan lingkungan hidup ditanamkan pada seluruh masyarakat dan bahkan menyasar anak-anak secara terukur dan berkelanjutan. (Mochamad Zamroni)
Berbagai inovasi itu tidak akan berhenti sampai di situ. Bahkan, penghargaan yang didapatkan saat ini dari ASEAN akan menjadi cambuk bagi pemkot untuk terus berinovasi dan memberikan yang terbaik bagi warga Kota Surabaya.
Sejak anak-anak
Memupuk kebiasaan warga untuk mencintai lingkungan agar tetap lestari, menurut pendiri Tunas Hijau, Mochamad Zamroni (42), dimulai Pemkot Surabaya dari kalanngan pelajar atau anak-anak. Semua insan yang ada di kota ini diajak berkontribusi demi kelestarian lingkungannya.
Jadi, Surabaya bisa terus mempertahankan udara bersih dan lingkungan hidup termasuk terbaik bila dibandingkan kota-kota besar yang lainnya. Meskipun faktanya masih belum cukup. Sebab, yang dihadapi sekarang adalah hasrat masyarakat yang semakin banyak menambah kendaraan bermotor.
Upaya lain, menurut Zamroni, Pemkot Surabaya perlu menegakkan peraturan daerah tentang keharusan setiap bangunan pepohonan dengan jumlah tertentu sesuai dengan luasan bangunan. ”Pendidikan lingkungan hidup ditanamkan pada seluruh masyarakat dan bahkan menyasar anak-anak secara terukur dan berkelanjutan,” ujar aktivis lingkungan yang tak kenal lelah mengajak pelajar SD dan SMP di Surabaya agar mencintai alam ini.
Tak kalah penting, pemkot pun rutin menggelar lomba kebersihan dan keasrian kampung atau tingkat rukun tetangga (RT) termasuk mengikutsertakan dalam Program Kampung Iklim yang digelar Direkttorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Tahun ini ada 10 kampung yang memperoleh penghargaan berupa trofi Proklim Utama dan Sertifikat Proklim Utama. Program ini bertujuan untuk meningkatkan serapan gas rumah kaca, serta adaptasi perubahan iklim yang dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal.
Kampung yang kali ini mendapat penghargaan Kampung Proklim Lestari adalah RW 003 Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan. Sementara trofi Proklim Utama untuk RW 006 Kelurahan Sambikerep, Kecamatan Sambikerep dan RW 006 Kelurahan Menur Pumpungan, Kecamatan Sukolilo. Adapun tujuh kampung lain yang mendapat sertifikat Proklim Utama adalah RW 001, RW 002, RW 004 dan RW 005 Kelurahan Jambangan, Kecamatan Jambangan. Lalu, RW 003 Kelurahan Perak Barat, Kecamatan Krembangan, serta RW 001 Kelurahan Banjar Sugihan, Kecamatan Tandes, dan RW 002 Kelurahan Bringin, Kecamatan Sambikerep.
Dengan beragam upaya itu, tak heran jika di kota ini banyak dijumpai kampung atau gang yang semua rumah memiliki pohon mangga. Suasana permukiman pun cenderung teduh karena tanaman warga menjuntai ke badan jalan. Ibarat melintas di bawah kanopi yang bikin suasana teduh.