Terdampak Siklon Tropis Paddy, Sebagian Pantura Jateng Terendam Banjir
Siklon tropis Paddy memicu turunnya hujan deras di wilayah pesisir pantai utara barat Jateng, Senin petang hingga Selasa dini hari. Hal itu membuat sejumlah sungai limpas dan merendam permukiman. Ratusan warga mengungsi.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
TEGAL, KOMPAS —Siklon tropis Paddy memicu hujan deras di pesisir pantai utara bagian barat Jateng pada Senin (22/11/2021) petang hingga Selasa (23/11/2021) dini hari. Akibatnya, permukiman warga di sejumlah daerah terendam.
Di Kota Tegal, hujan deras disertai petir turun sejak Senin sekitar pukul 18.00 hingga Selasa pukul 03.00. Akibatnya, ratusan rumah di tiga kecamatan terendam. Wilayah terdampak paling parah adalah Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana. Ketinggian air mencapai 60 sentimeter.
Prakirawan Cuaca di Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tegal Sri Nur Latifah mengatakan, hujan dipicu siklon tropis Paddy di selatan Jawa. Saat ini, siklon itu mulai menjauhi Indonesia. Namun, semua pihak harus tetap waspada. Masih bakal ada hujan dengan intensitas sedang dan lebat disertai angin kencang dari Lampung hingga Jatim.
”Efek siklon ini masih ada, tapi melemah. Kami mengimbau masyarakat untuk tidak beraktivitas di daerah bantaran sungai, lereng, maupun bukit untuk menghindari banjir dan longsor,” tutur Latifah, Selasa malam.
Latifah juga meminta pemerintah daerah memastikan tata kelola air yang terintergrasi dari hulu hingga hilir. Hal ini bertujuan agar pertambahan debit air bisa mengalir di saluran-saluran air atau sungai.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tegal Andri Yudi Setiawan mengatakan, banjir dipicu beragam penyebab. Luapan Sungai Kemiri, misalnya, memicu banjir di Kelurahan Sumurpanggang, Kecamatan Margadana dan Kelurahan Pesurungan Kidul, Kecamatan Tegal Barat. Sementara limpasan air di Bendung Danawarih menyebabkan banjir di Kelurahan Krandon, Kecamatan Margadana.
Akibat banjir, sedikitnya 190 orang mengungsi di tiga titik pengungsian, yakni di kantor Kelurahan Sumurpangang, Pesurungan Kidul, dan Krandon. BPBD Kota Tegal bekerja sama dengan sejumlah instansi dan lembaga untuk mencukupi kebutuhan pengungsi.
Menurut Yudi, luapan Sungai Kemiri disebabkan pendangkalan. Yudi berhadap Balai Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Sungai Pemali Comal menormalisasi sungai melalui pengerukan. Selain Kemiri, juga ada Sungai Ketiwon dan Sungai Lemahduwur yang disebut Yudi mengalami masalah serupa.
Warga mengungsi
Banjir dengan ketinggian 40 cm hingga 1 meter juga terjadi di Kecamatan Adiwerna, Pangkah, Dukuhturi, Kramat, Suradadi, dan Kecamatan Warureja, Kabupaten Tegal. Banjir merendam sedikitnya 770 rumah warga.
”Sebagian warga, terutama perempuan, anak-anak, dan lansia, mengungsi di mushala atau balai desa setempat,” ucap sukarelawan PMI Kabupaten Tegal M Ramedon.
Di Kota Pekalongan, banjir juga melanda Kecamatan Pekalongan Utara dan Pekalongan Barat. Ketinggian air yang merendam permukiman warga mencapai 65 cm. Jumlah warga yang mengungsi sedikitnya 76 orang.
”Tempat penungsian ada di empat titik, yakni Aula Kelurahan Degayu, Aula eks-Kelurahan Kraton Kidul, Mushala Al hikmah Kelurahan Pasirkratonkramat, dan Taman Pendidikan Alquran Al-Hikmah Kelurahan Tirto,” kata Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kota Pekalongan Dimas Arga Yuda.