Banjir Membuat Petani Bawang Merah di Brebes Terpaksa Panen Dini
Ratusan ton bawang merah yang ditanam di lahan seluas 44 hektar di Brebes, Jateng, terpaksa panen dini akibat banjir. Petani berharap segera ada asuransi untuk bawang merah yang rawan gagal panen.
Oleh
KRISTI UTAMI
·3 menit baca
BREBES, KOMPAS — Banjir di Kabupaten Brebes, Jateng, Selasa (23/11/2021), merendam sedikitnya 44 hektar lahan bawang merah. Untuk menghindari kerugian lebih besar, petani terpaksa panen lebih awal.
Hujan deras turun di Brebes sejak Senin (22/11/2021) petang hingga Selasa dini hari. Hal itu berimbas pada terendamnya 44 hektar lahan bawang merah milik 160 orang. Ada sekitar 500 ton bawang merah berusia rata-rata 40-50 hari yang dipanen petani.
Data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes mencatat, luas lahan tanam bawang merah pada Juni 2020 sekitar 1.889 hektar. Jumlah ini menurun dibandingkan Juni 2019, yakni 3.003 hektar.
Kepala Bidang Hortikultura dan Perkebunan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Brebes Tanti Palupi, Rabu (24/11/2021), mengatakan, idealnya bawang merah dipanen saat berumur minimal 60 hari. Namun, akibat banjir, petani memanen lebih awal untuk menekan kerugian lebih besar.
”Kemarin dan hari ini, para petani panen dini. Jika tidak segera dipanen, lahan bakal lebih terendam bila ada banjir susulan. Bila terendam lebih dari tiga hari, pasti puso. Bawang tidak bisa diselamatkan,” tutur Tanti.
Pilihan sulit itu berpotensi ikut membuat harga bawang merah petani semakin terpuruk setelah anjlok akibat panen raya. Kini, harga bawang merah kelas A, misalnya, turun dari Rp 20.000-Rp 30.000 per kilogram menjadi Rp 12.000-Rp 13.000 per kilogram.
Harga bawang merah kelas B juga turun dari Rp 18.000 per kg menjadi hanya Rp 10.000 per kg. Harga bawang merah kelas C yang normalnya Rp 15.000-Rp 16.000 per kg kini sekitar Rp 8.000 per kg.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia Juwari berharap, pemerintah membantu petani dengan merealisasikan asuransi pertanian untuk bawang. Alasannya, bawang merah merupakan komoditas tanam yang rawan gagal panen akibat hama ataupun cuaca.
Ia mencontohkan kondisi bawang merah yang dihantam banjir. Menurut dia, hanya bawang merah berusia minimal 50 hari yang layak jual. Jika usianya di bawah 50 hari, biasanya hanya untuk dikonsumsi petani sendiri.
”Selama ini, asuransi pertanian untuk bawang merah belum direalisasikan karena penyandang dananya belum ada. Kami berharap, asuransi bawang merah ini bisa segera terwujud sehingga para petani bisa terlindungi,” kata Juwari.
Selain itu, Juwari juga ingin pemerintah turut membantu menyerap hasil panen bawang merah. Hal itu untuk membuat harga bawang merah lebih stabil saat panen raya atau ketika stoknya terbatas.
”Penyerapan bisa melalui Bulog ataupun Perusahaan Perdagangan Indonesia. Kalau tidak, bisa juga menginstruksikan aparatur sipil negara atau pegawai BUMN untuk membantu membeli hasil panen petani,” tambahnya.
Permukiman
Tidak hanya menggenangi lahan bawang merah, banjir juga merendam ratusan rumah warga di Kecamatan Brebes. Salah satu pemicunya, ada saluran irigasi tersumbat eceng gondok.
”Kemarin kami sudah kerja bakti membersihkan eceng gondok. Setelah saluran air lancar, banjir di permukiman langsung surut,” ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Brebes Nuhsy Mansyur.
Menurut Nuhsy, sudah tidak ada lagi permukiman yang terendam pada Rabu. Ia mengimbau masyarakat untuk memastikan saluran air di lingkungannya tidak tersumbat, terutama saat musim hujan. Sebab, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat masih akan terus terjadi hingga Januari 2022.