Banjir rob terus membayangi Kalimantan Tengah. Tak hanya di Kabupaten Katingan, kini banjir dengan naiknya permukaan air laut itu melanda Kabupaten Kapuas yang dikenal dengan sebutan Kota Air.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS — Banjir rob kini mulai membayangi Kalteng. Di Kabupaten Kapuas, banjir rob melanda hingga ke pusat kota Kuala Kapuas. Warga diminta waspada karena permukaan air laut diprediksi masih akan terus naik.
Suyatno (48), warga Kuala Kapuas, mengungkapkan, banjir sudah masuk ke rumahnya. Ketinggian hingga lebih kurang 30 sentimeter. Menurut dia, selama lebih dari 20 tahun tinggal di Kuala Kapuas, banjir tidak pernah setinggi itu.
”Memang banjir tiap tahun terjadi karena pasang surut. Namun, seingat saya sekarang paling tinggi, sampai di lutut saya,” kata Suyatno, saat dihubungi dari Palangkaraya, Senin (6/12/2021).
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kapuas Panahatan Sinaga menjelaskan, banjir rob menggenangi Kuala Kapuas, ibu kota Kabupaten Kapuas. Bahkan, kantor BPBD pun digenangi air.
”Banjir pasang surut sebelumnya belum pernah sampai ke Kuala Kapuas. Sekarang ini terjadi karena efek La Nina yang kemudian memengaruhi curah hujan dan membuat permukaan air laut naik begitu cepat, tetapi sekarang sudah surut,” ungkap Panahatan.
Panahatan menjelaskan, banjir masuk hingga ke pusat kota pada Minggu (5/12/2021) malam. Namun, menurut Panahatan, banjir bisa surut dalam waktu dua sampai tiga jam. Ketinggian air maksimal berkisar 20-30 sentimeter.
Akan tetapi, beberapa wilayah di pesisir Kabupaten Kapuas masih direndam banjir. Desa Tambak Bajai, Kecamatan Dadahup, bahkan masih direndam banjir hingga kini. ”Air perlahan surut, tetapi ada kemungkinan kembali naik,” ujar Panahatan.
Panahatan menjelaskan, beberapa ruas jalan masih direndam air. Selain itu, beberapa fasilitas publik juga terendam seperti sekolah dan puskesmas pembantu. Meskipun demikian, masyarakat masih bisa beraktivitas karena air terus surut. ”Kami masih pantau terus,” ungkapnya.
Banjir rob juga melanda Kabupaten Katingan. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Katingan Roby menjelaskan, banjir melanda Kecamatan Mendawai, Tasik Payawan, dan Kecamatan Kamipang. Setidaknya, 13 desa terendam banjir itu. Mendawai menjadi daerah paling terdampak karena wilayah pesisirnya terdekat dengan Laut Jawa.
”Seperti di Desa Tumbang Bulan, itu wilayah pertemuan arus air Sungai Katingan dan batas air laut, jadi tertumpuk di situ,” kata Roby.
Roby menjelaskan, biasanya desa itu hanya direndam banjir air pasang laut. Namun, kali ini banjir ditambah luapan Sungai Katingan. Akibatnya, ketinggian maksimal air mencapai 165 sentimeter dan merendam seluruh bangunan rumah dan fasilitas publik lainnya.
Pada Senin pagi, ketinggian air menurun 10 sentimeter menjadi 155 sentimeter. Hal itu terjadi karena intensitas hujan di hulu berkurang. ”Kami berharap banjir cepat surut,” ujarnya.
Roby mengatakan, sudah berada di lokasi sejak kejadian banjir melanda. Saat ini, tengah dilakukan pelayanan kesehatan bagi warga terdampak. Pemerintah, lanjut Roby, juga memberikan bantuan logistik bagi warga yang sebagian besar bertahan di rumahnya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Kota Palangkaraya, Chandra Mukti, menjelaskan, intensitas hujan akan kembali meningkat dalam beberapa waktu ke depan. Puncak musim hujan akan terasa pada Desember 2021 hingga Maret 2022.
Chandra mengungkapkan, fenomena La Nina memengaruhi curah hujan menjadi lebih tinggi daripada musim hujan normal. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan semua instansi terkait untuk memberikan imbauan kepada masyarakat tentang potensi banjir.
”Palangkaraya dan sebagian besar wilayah Kalteng berpotensi banjir karena intensitas hujan akan kembali meningkat. Kami selalu berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk terus mengingatkan masyarakat agar waspada,” kata Chandra.