Penanganan Pengungsi Erupsi Semeru Belum Didukung Pendataan Penyintas
Data pengungsi dan kelayakan lokasi pengungsian penyintas erupsi Gunung Semeru masih perlu lebih diperhatikan.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·3 menit baca
LUMAJANG, KOMPAS — Posko-posko pengungsian penyintas erupsi Gunung Semeru terus ditata. Data pengungsi dan kelayakan lokasi pengungsian juga masih butuh diperhatikan.
Akibat kesimpangsiuran data pengungsi di posko pengungsian Masjid Nurul Jadid, Desa Supit Urang, misalnya, terjadi ketegangan. Senin (6/12/2021) siang, sempat terjadi ketegangan antara petugas di posko dan pengungsi. Ada pengungsi meminta bahan kebutuhan pokok, tetapi dicegah petugas karena tidak yakin yang bersangkutan benar-benar pengungsi.
”Banyak bantuan datang dan sudah dibagikan ke pengungsi. Namun, jumlah pengungsi terus naik dan turun dan terus minta bahan kebutuhan pokok. Kami tidak tahu apakah dia benar pengungsi yang membutuhkan atau bukan. Makanya, saya berharap kepala desa datang ke sini untuk mendata warganya. Benar tidak mereka warganya. Jangan sampai bantuan yang dibagikan tidak tepat sasaran dan justru yang membutuhkan tidak kebagian,” kata Uswatun Hasanah, pengelola Masjid Nurul Jadid.
Selama ini Uswatun dibantu sukarelawan dalam mengurusi pengungsi. Belum ada petugas resmi dari pemerintah yang melakukan pendataan pengungsi.
Di Masjid Nurul Jadid, 150 pengungsi tinggal di bangunan masjid yang belum jadi. Senin sore, listrik di masjid ini menyala menggunakan genset dengan beberapa bola lampu kecil menerangi. Meski begitu, sebagian besar masjid tersebut masih terlihat temaram. Sebagian pengungsi pun tidur di teras masjid.
Melihat kondisi tersebut, pemerintah menilai lokasi tersebut kurang layak untuk ditempati sehingga pemerintah akan memindahkan mereka ke lokasi pengungsian yang lebih layak.
”Ini kami sedang keliling mencarikan lokasi pengungsian pengganti. Lokasinya sebaiknya yang tidak terbuka, minimal ada tembok sehingga pengungsi akan lebih aman dan nyaman,” kata Komandan Kodim 0818 Letkol (Inf) Yusub Dody Sandra saat meninjau beberapa lokasi pengungsian di Desa Supit Urang, Lumajang, bersama Kapolres Malang Ajun Komisaris Besar R Bagoes Wibisono Handoyo.
Hingga kini, penanganan pengungsi di sisi barat dari Jembatan Curah Kobokan (Jembatan Gladak Perak) masih dilakukan oleh berbagai instansi dari Malang Raya. Hal itu terjadi setelah dampak erupsi Semeru memutus jembatan penghubung Lumajang-Malang tersebut.
Di lokasi pengungsian SD Supit Urang pun, disebutkan ada kemungkinan akan ada pemindahan sebagian pengungsi. Sebab, jumlah pengungsi di sana terlalu padat.
”Di sini ada 380 orang dan tinggal di enam ruang kelas. Kataya akan ada pemindahan sebagian pengungsi untuk mengurangi kepadatan di sini. Akan dibuatkan tenda atau posko lain di sekitar sini,” kata Rondi, petugas kesehatan di posko pengungsian SD Supit Urang.
Kepala Desa Supit Urang Nurul Yakin Pribadi mengatakan, hingga saat ini pendataan terus dilakukan untuk jumlah pengungsi dan korban jiwa akibat erupsi Semeru. ”Terus didata. Di Dusun Curah Kobokan di seberang, bahkan sama sekali belum bisa kami data karena akses jalan ke sana terputus,” katanya.
Warga Desa Supit Urang berjumlah 5.700-an jiwa. Adapun warga di Dusun Curah Kobokan berjumlah 1.141 jiwa. Dari jumlah tersebut, pemerintah desa belum bisa memastikan kondisi mereka.