Satu Warga yang Hilang akibat Banjir Bandang di Lombok Belum Ditemukan
Penanganan bencana alam yang melanda Nusa Tenggara Barat, baik di Pulau Lombok maupun di Pulau Sumbawa, masih berlangsung, termasuk pencarian korban yang hilang akibat banjir bandang di Lombok Barat.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Penanganan bencana alam di Nusa Tenggara Barat baik yang berada di Lombok Barat, Pulau Lombok, maupun Kota Bima, Sumbawa, terus dilakukan. Selain pemenuhan kebutuhan warga terdampak, pencarian korban yang hilang dalam banjir bandang di Lombok Barat juga masih berlangsung.
Berdasarkan pantauan Kompas sejak Selasa (7/12/2021) pagi hingga siang di sejumlah wilayah terdampak, sebagian besar banjir telah surut, terutama di area yang lebih tinggi atau hulu, misalnya di Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat. Sementara di kawasan pesisir di Kecamatan Batulayar, sejumlah titik masih tergenang banjir karena air tidak bisa masuk ke laut akibat terhalang banjir rob.
Adapun di lokasi banjir bandang, yakni di Dusun Batulayar Utara, Desa Batulayar Barat, Kecamatan Batulayar, sisa bencana alam tersebut masih terlihat. Lumpur tebal, gelondongan dan pohon-pohon yang tumbang, sebagian besar belum disingkirkan, baik di jalan, rumah warga, sekolah, maupun di masjid.
Fokus pembersihan sementara pada tumpukan batang pohon yang diduga menjadi lokasi tertimbunnya satu warga. Banjir bandang di dusun tersebut mengakibatkan empat orang meninggal, satu orang hilang, dan satu orang mengalami patah kaki.
”Saat ini, warga bersama tim dari TNI, Polri, dan instansi terkait lain fokus mencari warga yang hilang. Sejak kejadian kemarin hingga sekarang, kami memang belum bisa tenang karena ada yang belum ditemukan,” kata Kepala Dusun Batulayar Utara Sholihin.
Proses pencarian terkendala banyaknya tumpukan batang kayu dan gelondongan. Pembersihan material banjir harus dilakuan secara manual dengan memindahkan kayu setelah dipotong menggunakan gergaji mesin. Hal itu dilakukan karena alat berat tidak bisa masuk ke lokasi akibat jalan yang sempit.
Alat berat tidak bisa masuk ke lokasi akibat jalan yang sempit.
Sholihin menambahkan, selain pencarian warganya yang hilang, penanganan warga yang masih mengungsi juga terus dilakukan, terutama menyediakan kebutuhan pokok mereka.
Adapun warga yang mengungsi tidak semuanya berada di posko pengungsian di sisi barat permukiman tersebut. Sebagian ada yang tinggal di rumah keluarga atau kerabat yang tidak terkena banjir bandang.
Bantuan juga terus didistribusikan. Tidak hanya bagi korban banjir bandang, tetapi juga bagi korban bencana alam lainnya. Sejumlah pihak membuat donasi dan posko pengumpulan bantuan untuk selanjutnya didistribusikan ke warga terdampak.
”Kami menerima donasi berupa uang dan membuka posko untuk menerima bantuan dari masyarakat. Sejak semalam, berbagai bantuan mulai kami terima dan langsung disalurkan ke warga terdampak, antara lain kebutuhan pokok, baju layak pakai, selimut, dan lainnya,” kata Dewi Ekawati dari Runjani, Komunitas pehobi lari di Lombok.
Banjir di Bima
Selain di Pulau Lombok, banjir juga melanda Kota Bima di Pulau Sumbawa. Menurut data Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat, banjir di Kota Bima tersebar di 18 kelurahan di enam kecamatan.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bima Siti Zainab, Senin (6/12/2021), mengatakan, banjir yang terjadi pada Senin siang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang melanda Kota Bima selama 2 jam lebih sejak Senin pagi.
Banjir di Kota Bima merendam 18 kelurahan yang tersebar di lima kecamatan. Kelurahan tersebut adalah Jatibaru Barat, Jatibaru Timur, Jatiwangi, Melayu, dan Ule di Kecamatan Asakota; Kelurahan Nae, Sarae, dan Tanjung di Kecamatan Rasanae Barat; dan Kelurahan Ntobo, Kendo, Penanae, dan Penaraga di Kecamatan Raba.
Selain itu, banjir juga melanda Kelurahan Penatoi, Lewirato, Mande, Matakando, dan Santi di Kecamatan Mpunda, serta Kelurahan Dodu di Kecamatan Rasanae Timur.
Zainab menjelaskan, banjir mulai terjadi sekitar pukul 12.23 Wita setelah sejumlah sungai meluap, seperti Sungai Jatibaru dan Sungai Kendo. Air luapan kedua sungai itu kemudian masuk ke kelurahan-kelurahan tersebut dengan ketinggian 10 sentimeter hingga 1 meter.
Zainab menambahkan, tidak ada korban jiwa akibat kejadian tersebut. Namun, tercatat, sebanyak 2.175 keluarga terdampak. Selain itu, banjir juga mengakibatkan satu puskesmas pembantu rusak dan satu jembatan putus, termasuk beberapa hektar lahan pertanian.
Menurut Zainab, evakuasi warga terdampak telah dilakukan. Mereka juga telah mendirikan dapur umum untuk menyiapkan makanan bagi warga.
Sebelumnya, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana Abdul Muhari dalam siaran resminya meminta masyarakat tetap waspada dan siap siaga, terutama di beberapa wilayah di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang dilanda bencana hidrometeorologi, seperti di Sumbawa, Lombok Barat, dan Lombok Timur.
”Menyikapi kondisi cuaca ekstrem, pemerintah daerah dan masyarakat diimbau meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan. Berdasarkan prakiraan cuaca, hujan dengan intensitas sedang berpeluang terjadi di beberapa wilayah yang saat ini terdampak banjir, pada esok hari, Selasa ini,” kata Abdul Muhari.
Menurut analisis kajian bahaya inaRISK, Kota Bima termasuk wilayah dengan potensi bahaya banjir kategori sedang hingga tinggi. Sebanyak lima kecamatan berada pada bahaya tersebut, termasuk daerah yang saat ini terkena banjir. Kelima kecamatan dengan potensi banjir itu, antara lain, Kecamatan Rasanae Barat, Mpunda, Rasanae Timur, Raba, dan Asakota.