Unair Ingin Tingkatkan Penelitian Kolaboratif Internasional
Universitas Airlangga Surabaya ingin meningkatkan penelitian kolaboratif internasional untuk menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Pandemi Covid-19 tak menghalangi kiprah di kancah dunia.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Universitas Airlangga, Surabaya, menjadi salah satu kampus yang terus berupaya mengembangkan prestasinya di tengah hantaman badai pandemi Covid-19. Salah satunya, meningkatkan penelitian kolaboratif internasional untuk menghasilkan produk-produk yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat.
Demikian diutarakan oleh Rektor Unair Prof Muhammad Nasih dalam Bincang Kompas Meraih Prestasi di Masa Pandemi secara virtual, Kamis (9/12/2021) petang. Acara yang terselenggara berkat kerja sama Kompas dengan Universitas Airlangga itu juga menghadirkan pembicara Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jatim Sriyono.
Riset atau penelitian kolaboratif juga merupakan upaya kampus mewujudkan nilai SMART, sustainable education for all, meaningfull research, advancing innovation, responsive learning management, dan toping up utilization.
Meaningfull research diartikan bahwa seluruh hasil penelitian sivitas Unair harus bermakna, bermanfaat atau menjadi solusi bagi persoalan masyarakat. "Misalnya formulasi obat Covid-19 dan vaksin merah putih dalam konteks penanganan dan pengendalian pandemi Covid-19,” ujar Nasih.
“Begitu banyak warga Indonesia yang berada di mancanegara termasuk dosen atau pakar dari Unair yang melanjutkan studi. Selain itu, kampus-kampus luar negeri yang terus bermitra dengan Unair. Itulah modal penting bagi Unair untuk meningkatkan kapasitas, kualitas, dan keterlibatan dalam penelitian-penelitian bersama untuk kemasyarakatan,” kata Nasih menambahkan.
Di usianya yang ke-67 tahun saat ini, Unair ingin memberikan kontribusi yang lebih signifikan di tingkat lokal, nasional, dan global.
Nasih mengatakan, pandemi justru membuat Unair mendapatkan panggung luar biasa untuk mengemban misi Tri Dharma Perguruan Tinggi dengan lebih bagus lagi. Pandemi memaksa perguruan tinggi lebih kontributif, lebih relevan lagi, dan lebih bermanfaat bagi masyarakat.
Di sisi lain, pandemi mendorong percepatan implementasi digitalisasi sistem pendidikan. Hal ini membuka peluang bagi mahasiswa, baik di dalam maupun luar negeri untuk berkolaborasi. Hubungan dengan pengajar di luar negeri juga lebih intens karena pandemi memaksa berkomunikasi tanpa harus bertemu. Hal ini meningkatkan kesempatan menambah profesor dari luar negeri.
Pada usianya yang ke-67 tahun saat ini, Unair ingin memberikan kontribusi yang lebih signifikan di tingkat lokal, nasional, dan global. Ingin memaksimalkan nilai tambah karena meyakini, eksistensi perguruan tinggi terdapat pada kontribusinya dalam memecahkan persoalan bangsa dan dunia.
Sriyono mengatakan, Unair memiliki konstribusi yang besar terhadap pembangunan di Jatim terutama yang terkait dengan masalah kebencanaan, baik yang disebabkan oleh faktor alam, non-alam, maupun ulah manusia.
Berdasarkan hasil kajian BPBD Jatim, terdapat 14 jenis potensi bencana di wilayah yang memiliki 38 kabupaten dan kota ini. Potensi bencana itu, antara lain gempa, erupsi gunung api, abrasi, pandemi Covid-19, likuefaksi, serta tsunami. Hal itu karena Jatim memiliki tujuh gunung api aktif dan berada di jalur tektonik atau pergerakan lempeng bumi.
Menyikapi ancaman bencana tersebut, BPBD Provinsi telah mengerahkan beragam upaya, antara lain pembentukan desa tangguh, pemasangan rambu kebencanaan, dan pemasangan sistem peringatan dini. Pihaknya juga bekerja sama dengan perguruan tinggi, termasuk Unair melalui program kuliah kerja nyata (KKN) tematik.
Dalam konteks bencana yang disebabkan oleh pandemi Covid-19, BPBD Jatim memiliki tugas, antara lain penyemprotan disinfektan, pembagian masker ke masyarakat, memetakan kebutuhan logistik penanganan Covid-19 seperti baju hazmat dan thermogun, pendistribusian bantuan bahan pokok kepada masyarakat terdampak pandemi, hingga pendistribusian oksigen ke rumah sakit.
”BPBD Jatim juga ditugaskan mendirikan 5 RS darurat khusus Covid-19, yakni RS Lapangan Indrapura, RS Ijen Malang, RS Joglo Dungus di Madiun, RS Lapangan di Bangkalan, dan RS Haji Sukolilo di Surabaya,” kata Sriyono.
RS lapangan menjadi tulang punggung penanganan pandemi Covid-19 di Jatim. Sebagai gambaran, RS Indrapura, misalnya, telah menyembuhkan 10.076 pasien, RS Ijen menyembuhkan 5.111 pasien, RS Joglo Madiun menyembuhkan 1.528 pasien, RS Lapangan di Bangkalan menyembuhkan 788 pasien. Selain itu RS Asrama Haji Sukolilo menyembuhkan 376 orang.
Sriyono mengatakan, dari lima RS lapangan, mayoritas relawannya merupakan lulusan Unair baik dokter maupun perawat. Selain itu, bekerja sama dengan BPBD Jatim, setiap tahun Unair mengirimkan calon dokter dan perawatnya dalam program pendidikan lapangan sehingga mereka benar-benar siap terjun ke masyarakat saat lulus nantinya.
Unair membantu Pemprov Jatim dalam menyukseskan program vaksinasi Covid-19, terutama di daerah pinggiran, seperti Pulau Madura, dan masyarakat di kawasan pesisir pantai utara Jawa seperti Surabaya, Sidoarjo, Probolinggo. Rencananya, BPBD Jatim akan memperkuat kemitraan dengan Unair di bidang mitigasi bencana.
”Tidak hanya itu, BPBD Jatim bekerja sama dengan Unair telah menginisiasi program studi pascasarjana di bidang kebencanaan,” ucap Sriyono.
BPBD Jatim telah menyusun sejumlah program kerja yang akan dikerjasamakan dengan Unair, tahun depan. Program itu, antara lain, survei kepuasan masyarakat Jatim tentang penanganan bencana dan pembentukan desa tangguh. Dari 5.000 desa rawan bencana di Jatim, baru 2.047 desa yang saat ini berhasil menjadi desa tangguh.
Dengan demikian, masih ada sekitar 3.000 desa rawan bencana yang memerlukan pendampingan agar mampu menjelma menjadi desa tangguh. Untuk itulah, pihaknya memerlukan bantuan sejumlah perguruan tinggi termasuk Unair agar masyarakat Jatim menjadi mandiri dalam hadapi bencana.