Peribatan dalam masa Natal dan Tahun Baru di Surabaya, Jawa Timur, kembali dibatasi begitu pula kegiatan pawai perayaan untuk menekan potensi penularan Covid-19.
Oleh
AMBROSIUS HARTO, AGNES SWETTA PANDIA
·4 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Surabaya membatasi peribadatan Natal dan Tahun Baru untuk menekan potensi penularan Covid-19. Semua gereja harus mendaftarkan kode batang aplikasi Peduli Lindungi dan hanya separuh dari kapasitas yang diperbolehkan terisi setiap sesi peribadatan.
Demikian hasil Rapat Koordinasi Persiapan Natal dan Tahun Baru di Kota Surabaya, Jawa Timur, Kamis (16/12/2021). Pertemuan dihadiri pejabat Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama, Pemerintah Kota Surabaya, Forum Kerukunan Umat Beragama, Persekutuan Gereja-gereja Indonesia, Pantekosta, Lembaga-lembaga Injili Indonesia, Badan Musyawarah Antargereja, Keuskupan Surabaya, dan pimpinan/pengurus gereja.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana dan Perlindungan Masyarakat Surabaya Irvan Widyanto selaku pimpinan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Surabaya mengatakan, semua gereja diminta mendaftarkan kode batang (barcode) Peduli Lindungi ke Kemenkes. Umat yang akan hadir untuk peribadatan pada malam Natal, Natal, malam Tahun Baru, dan Tahun Baru dan harian dalam masa tersebut harus melalui pemindaian aplikasi Peduli Lindungi.
”Hanya jemaat dengan kategori kuning dan hijau pada aplikasi yang diperkenankan masuk mengikuti peribadatan,” kata Irvan.
Peribadatan Natal dan Tahun Baru dalam sehari bisa lebih dari sekali kegiatan. Setiap kegiatan, kehadiran umat maksimal 50 persen dari kapasitas. Warga berusia di atas 60 tahun atau lanjut usia dan ibu hamil atau menyusui disarankan mengikuti peribadatan secara daring.
Dengan begitu, peribadatan ditempuh secara campuran. Di gereja, bisa diadakan peribadatan kolektif dengan pembatasan kehadiran sementara umat yang lain mengikuti dari rumah. Peribadatan secara daring sudah lazim ditempuh sejak pandemi pada Maret 2020. Jam operasional gereja untuk peribatadan maksimal sampai pukul 22.00 WIB.
”Di sini kami menekankan kembali agar perayaan Natal dan Tahun Baru kembali dalam persekutuan bersama keluarga,” kata Irvan.
Secara terpisah, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Surabaya Komisaris Akhmad Yusep Gunawan mengatakan, petugas terpadu bersama TNI, organisasi massa, dan sukarelawan akan berusaha keras menjamin pelaksanaan peribadatan Natal dan Tahun Baru secara aman, nyaman, tetapi turut mengedepankan protokol kesehatan guna menekan potensi penularan.
Hanya jemaat dengan kategori kuning dan hijau pada aplikasi yang diperkenankan masuk mengikuti peribadatan (Irvan Widyanto).
Yusep mengatakan, petugas gabungan sudah memulai penjagaan di seluruh tempat ibadah. Puncak peribadatan Natal dipastikan terjadi pada Jumat (24/12/2021) dan Sabtu (25/12/2021). Dalam dua hari itu akan ada 347 kegiatan peribadatan di 73 gereja di Surabaya, ibu kota Jawa Timur.
“Sebelumnya, juga telah disosialisasikan dan akan terus disosialisasikan untuk larangan kegiatan pawai di jalan atau ruang publik untuk Natal dan terutama Tahun Baru,” kata Yusep.
Anggota Polri di Surabaya akan terus bersama aparatur pemerintah dalam Satgas Covid-19 dalam patroli, razia, dan penegakan protokol untuk pencegahan. Yusep mengatakan, tugas lain dari anggota Polri juga menekan potensi kejahatan selama masa Natal dan Tahun Baru.
Memasuki minggu ketiga adven, hampir seluruh gereja Katolik di Keuskupan Surabaya mulai menghias gereja. Hiasan menyambut kelahiran Yesus pun rata-rata memanfaatkan bahan dari daur ulang, antara lain, pohon natal dari kumpulan botol plastik bekas serta bekas kemasan produk, seperti bungkus makanan atau camilan.
Masih terkait penanganan Covid-19, Kepala Dinas Kesehatan Surabaya Febria Rachmanita mengatakan, tim vaksinasi akan menempuh metode pintu ke pintu (door to door) dalam vaksinasi anak usia 6-11 tahun yang sudah dimulai. Cara itu dijalankan bagi anak-anak yang menempuh pendidikan informal atau homeschooling. Sebabnya, vaksinasi bagi anak 6-11 tahun di SD-SMP alias formal dijalankan di sekolah masing-masing.
Febria mengatakan, vaksinasi bagi anak 6-11 tahun sudah dimulai. Di Jatim, ada 21 kabupaten/kota termasuk Surabaya di antara 38 daerah dalam provinsi yang diperbolehkan vaksinasi tersebut karena cakupan dosis 1 sudah di atas 70 persen dan kelompok lanjut usia di atas 60 persen. Surabaya memiliki jumlah anak 6-11 tahun terbanyak se-Jatim dengan 227.224 jiwa.
“Kami berusaha menyelesaikan vaksinasi anak ini dalam sepuluh hari sehingga di awal 2022 diperkenankan mengadakan pembelajaran tatap muka terbatas dengan lebih luas,” kata Febria.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jatim Sjamsul Arief berharap, keluarga atau orangtua mendukung program vaksinasi anak 6-11 tahun. Vaksin yang dipakai ialah Sinovac dengan geja kejadian ikutan pascaimunisasi atau Kipi amat rendah.
“Kami telah meyakini vaksin (Sinovac) baik, metodololiginya aman, tiada komplikasi, efektif dan aman mengadang virus Covid-19 dan mutasinya,” kata Sjamsul. Vaksinasi memang tidak membuat anak-anak akan kebal terhadap Covid-19 tetapi meningkatkan peluang keselamatan ketika terserang.
Ikhtiar lain untuk memperkuat vaksin ialah protokol kesehatan secara disiplin yakni berpelindung (masker), menjaga kebersihan (rutin cuci tangan), menjaga jarak dengan orang lain, tidak membuat dan menghindari kerumunan, mengurangi mobilitas. Selain itu, menjaga pola hidup dengan konsumsi makanan bernutrisi lengkap dan bervitamin, berolahraga, istirahat cukup, dan menghindari stress.