Angin Segar Pariwisata Lombok, "Pulau Seribu Masjid"
Meskipun masih jauh dari kondisi normal, pariwisata Lombok, Nusa Tenggara Barat, perlahan mulai bangkit. Ajang balap motor internasional dan masa libur akhir tahun menghadirkan angin segar.
Jarum jam menunjukkan pukul 08.30 WITA saat karyawan Nutsafir Cookies Lombok di kawasan Gomong, Selaparang, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (25/12/2021) sibuk dengan tugas masing-masing.
Di ruang produksi, para karyawan yang tetap mengenakan masker dan sarung tangan, dengan cekatan mencetak adonan berbahan dasar biji-bijian seperti kopi, belinjo, jagung, dan lainnya menjadi berbagai bentuk kukis. Setelah siap, bagian oven langsung mengambil alih.
Karyawan di area pengemasan juga tak kalah sibuk. Mulai dari membungkus tiap kukis yang telah matang, memasukkannya ke dalam kantung yang lebih besar, merekatkan bungkus besar dengan alat khusus, hingga kemasan terakhir berupa kotak-kotak berdesain unik berbagai ukuran.
“Sekarang kami sibuk sekali menyiapkan stok. Bahkan, sampai harus menolak pesanan parcel natal,” tutur Sayuk Wibawati, pemilik Nutsafir Cookies Lombok.
Sayuk mengungkapkan, kesibukan di tokonya itu bertujuan untuk menyiapkan stok guna memenuhi pesanan yang masuk. Pesanan itu hadir dari toko oleh-oleh di Lombok. Sepanjang Desember 2021, secara bertahap, Nutsafir sudah mengirim sekitar 7.500 kotak kukis ke toko oleh-oleh Sasaku di kawasan Senggigi.
Itu belum termasuk permintaan dari toko oleh-oleh lainnya. Juga ada pula permintaan stok dari pasar swalayan di Mataram, instansi, penjualan daring, hingga wisatawan yang datang langsung ke tokonya.
Tingginya permintaan, membuat usaha peraih Halal Awards 2017 kategori Usaha Kecil Menengah Halal Terbaik se-Indonesia itu, mampu meraih omzet hingga Rp 231 juta selama bulan Desember ini. Jumlah itu meningkat hampir dua kali lipat dari tahun lalu di periode yang sama dengan kisaran pendapatan Rp 150 juta.
Kondisi itu, menurut Sayuk, tidak terlepas dari mulai menggeliatnya sektor pariwisata di Lombok, terutama setelah dua ajang balap motor internasional, yaitu World Superbike (WSBK) dan Asia Talent Cup (ATC), November lalu.
100 persen optimistis pariwisata Lombok bangkit. Apalagi kalau melihat kalender agenda pariwisata NTB tahun 2022 yang hampir tiap bulan ada kegiatan. (Akbar Habibie)
Ramai
Toko oleh-oleh di kawasan wisata memang terpantau ramai. Sejak dibuka pukul 08.00 WITA, toko oleh-oleh Sasaku Senggigi, misalnya, terus didatangi wisatawan. Kendaraan wisata pembawa pengunjung, baik menggunakan mobil maupun bus, datang silih berganti.
Jumlah wisatawan yang datang bervariasi. Ada yang hanya empat orang, belasan, bahkan puluhan orang dalam sekali kedatangan. Mereka kemudian masuk untuk memilih berbagai jenis oleh-oleh yang ditawarkan, seperti kaos, kerajinan, tenun, olahan makanan, dan kopi.
Baca Juga: Libur Natal, Wisatawan Padati Tempat Wisata di Batu
Dari sana, mereka kemudian melanjutkan kunjungan ke destinasi wisata berikutnya. Ada yang ke Senggigi, Gili Trawangan, juga ke Mandalika.
Toko oleh-oleh lain juga merasakan penambahan kunjungan. Lestari Oleh-Oleh Lombok di kawasan Ampenan, misalnya, setiap hari sejak WSBK dan ATC, mulai ramai dikunjungi wisatawan. Para pelanggan datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Sumatera, dan Kalimantan.
“Akhir tahun ini, tamu grup yang dibawa dengan bus sudah mulai masuk. Tahun lalu tidak ada. Sejak 20 Desember kemarin, rata-rata setiap hari ada satu bus yang masuk dengan 40 orang wisatawan,” kata pemilik Lestari Oleh-Oleh Lombok Akbar Habibie.
Ia mengungkapkan, jumlah pengunjung tokonya saat ini memang tidak seramai pada penyelenggaraan dua kejuaraan balap motor di Sirkuit Mandalika tersebut. Tetapi, ia tetap bisa mendapat omzet sekitar Rp 5 juta – Rp 6 juta per hari. Berbeda jauh dengan tahun lalu yang sepi sehingga tidak ada pemasukan sama sekali.
Kondisi pandemi, kata Habibie, membuatnya hanya menyisakan tiga karyawan. Tetapi saat ini, dengan mulai ramainya wisatawan, ia kembali memanggil karyawan sebelumnya hingga berjumlah tujuh orang.
“Saya juga mulai menambah stok dari 15 UMKM mitra baik di Pulau Lombok maupun Sumbawa yang memproduksi olahan rumput laut, permen susu, kukis, dan sambal. Bahkan saya berencana mencari produk lain agar lebih variatif lagi, juga menambah karyawan,” kata Habibie.
Keputusan itu diambil Habibie karena ia optimistis pariwisata di NTB akan terus menggeliat. “100 persen optimistis. Apalagi kalau melihat kalender agenda pariwisata NTB tahun 2022 yang hampir tiap bulan ada kegiatan. Terutama pra-musim MotoGP di Februari, lalu balapan MotoGP di Maret, hingga nanti di November ada WSBK dan ATC,” kata Habibie.
Pukulan telak
Merebaknya pandemi sejak Maret 2020 lalu, memang telah memberikan pukulan telak industri pariwisata tanah air sepanjang 2020-2021, termasuk Nusa Tenggara Barat. Data Dinas Pariwisata NTB, pada 2020, total kunjungan wisatawan ke NTB sebanyak 400.595 orang terdiri dari 360.613 orang wisatawan nusantara (wisnus) dan 39.982 orang wisatawan mancanegara (wisman).
Baca Juga: Destinasi Kuliner di Kota Surakarta Diserbu Wisatawan
Sementara pada 2021, hingga minggu ketiga Desember, total wisatawan yang datang ke NTB sebanyak 344.733 orang. Terdiri dari 341.158 orang wisnus dan 3.573 orang wisman.
Jumlah wisatawan pada 2020-2021, sangat jauh dibandingkan kunjungan wisatawan pada 2019 yang mencapai 3.705.352 orang. Begitu juga dengan 2.812.379 orang pada 2018, dan 3.508.903 orang pada 2017.
Pergerakan penumpang para periode libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022 di Bandara Lombok juga tercatat turun dibandingkan tahun lalu. Menurut Stakeholder Relation Manager Angkasa Pura I Bandara Lombok Arif Haryanto, sepanjang 17 Desember-24 Desember 2021, rata-rata pergerakan penumpang 4.511 penumpang per hari. Jika dirinci, masing-masing kedatangan dan keberangkatan sekitar 50 persen dari total penumpang.
Menurut Arif, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tercatat ada 4.932 pergerakan penumpang per hari. Alhasil, ada penurunan 8,5 persen setidaknya hingga data pekan ketiga Desember ini.
Meski secara angka ada penurunan pergerakan penumpang di bandara, tetapi ada jalur-jalur lain ke NTB yang belum tercatat. Misalnya penyeberangan langsung dari Padang Bai Bali ke Pelabuhan Lembar di Lombok Barat, atau kapal cepat dari Padang Bai ke Gili di Lombok Utara yang masih beroperasi.
“Saat ini, setiap hari ada tiga operator yang beroperasi. Wisatawan yang masuk sekitar 40-60 orang untuk tiga gili,” kata Ketua Gili Hotel Association Lalu Kusnawan.
Selain itu, geliat para pelaku usaha jasa pariwisata di NTB juga tidak bisa dikesampingkan. Baik itu UMKM, pusat oleh-oleh, jasa perjalanan wisata, hingga hotel.
Menurut Munawir Gazali dari Tukang Holiday, salah satu usaha perjalanan wisata di Lombok, pada libur panjang tahun baru ini, dia mendapat tiga rombongan tamu. Satu ke Bali, satu ke Labuan Bajo, dan satu lagi ke Lombok.
“Tahun ini mendingan dibanding sebelumnya yang sepi karena terkendala aturan. Untuk ke Lombok, ada satu keluarga terdiri dari lima orang yang saya tangani. Mereka berlibur Natal Bali-Lombok 26 Desember 2021-1 Januari. Di Lombok, mereka akan ke Mandalika, Gili Trawangan, dan Pantai Pink,” kata Munawir.
Seperti Munawir, pelaku usaha jasa perjalanan wisata lain seperti Topan S dari View Vacation, tahun lalu ia tidak bisa kemana-mana. “Dulu ketat. Semua penggiat pariwisata teriak, termasuk saya. Tetapi tahun ini, ada kelonggaran, bisa bernafas,” kata Topan.
Hal itu membuat Topan bisa menerima tamu dari Jakarta. Empat tamu datang pada 20-27 Desember 2021 ini. Ia bawa mereka berkunjung melihat Sirkuit Mandalika, lalu mengunjungi destinasi wisata ikonik lainnya, seperti Senggigi, Sembalun, Gili Trawangan, Kota Mataram, dan Pantai Pink.
“Setelah ini, ada yang datang tanggal 29 Desember hingga 3 Januari untuk merayakan tahun baru di Lombok. Dari Jakarta juga. Meski belum bisa menutup dampak dua tahun pandemi, tetapi setidaknya (usaha) bisa jalan lagi,” kata Topan.
Kehadiran wisatawan, juga turut menghidupkan akomodasi. Termasuk hotel. Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) NTB Ernanda Agung yang juga pemilik Tanawu House di depan Bandara Lombok mengatakan, selama Desember 2021, perkiraan rata-rata okupansi hotel sekitar 70 persen. Meningkat dari tahun lalu yang mencapai 60 persen.
“Kalau sebelum pandemi, wisman telah memesan tiga bulan sebelum tahun baru. Sekarang tidak bisa lagi karena wisman sepi. Wisatawan kita sekarang lebih banyak last minute, misalnya untuk hotel di kota atau Senggigi,” kata Ernanda.
Tahun ini mendingan dibanding sebelumnya yang sepi karena terkendala aturan. (Munawir Gazali)
General Manager Aruna Senggigi Resort & Convention Weni Kristanti mengatakan, untuk saat ini, okupansi hotelnya baru mencapai kisaran 30 persen. Dia berharap, bisa seperti tahun lalu yang mencapai 95 persen. “Tetapi itu memang rata-rata memesan di last minute, misalnya dua hari menjelang tahun baru,” kata Weni.
Protokol kesehatan
Masih belum terkendalinya pandemi, membuat aktivitas pariwisata di berbagai wilayah, termasuk NTB, masih harus dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Apalagi saat ini muncul varian baru Covid-19 Omicron.
Di NTB, sejak pertengahan 2020, mulai diperkenalkan prosedur CHSE atau Cleanliness (Kebersihan), Health (Kesehatan), Safety (Keamanan), dan Environment Sustainability (Kelestarian Lingkungan). Konsep itu dijalankan dengan pemberian sertifikat kepada pelaku usaha jasa pariwisata sebagai syarat untuk beroperasi.
Menurut Weni, sejak awal pandemi hingga saat ini, Aruna konsisten menerapkan protokol kesehatan baik karyawan maupun tamu. “Hal ini juga berlaku pada akhir tahun,” kata Weni yang menawarkan paket kamar Natal dan Tahun Baru.
Selain Aruna, hotel-hotel lain di kawasan maupun di kota juga tetap menerapkan protokol kesehatan. Misalnya tetap menyediakan alat deteksi suhu tubuh manual atau otomatis, juga penyanitasi tangan.
Tidak hanya di akomodasi seperti hotel, protokol kesehatan juga menjadi salah satu prioritas di desa wisata yang juga berharap banyak dari liburan tahun baru.
Menurut Direktur Desa Wisata Hijau Bilebante, Pringgarata, Lombok Tengah Fahrul Azim, prokes akan diterapkan secara ketat selama libur Natal dan Tahun Baru.
“Kami melihat masyarakat agak sedikit lalai (menerapkan prokes), sehingga kami sebagai pengelola harus mengingatkan dan menyiapkan fasilitas pendukungnya,” kata Fahrul yang menargetkan kunjungan sekitar 1.500 orang.
Seperti pelaku usaha jasa pariwisata lain, Fahrul optimistis pada liburan akhir tahun ini dibanding sebelumnya. Apalagi geliat pariwisata termasuk di desa wisata mulai terasa. “Untuk hari biasa saja, hampir 100 sampai 200 orang yang mengambil paket sepeda, kuliner, dan terapis di Bilebante,” kata Fahrul.
Menurut Fahrul, jika tahun lalu tutup total, maka akhir tahun ini tetap buka. Apalagi sudah ada pesanan paket sepeda yakni 50 orang dari Jakarta untuk 30 Desember 2021.
“Semoga tidak ada perubahan. Terutama kebijakan dari pemerintah. Sungguh membuat kita tidak tenang,” kata Fahrul.
Menggairahkan kembali pariwisata Indonesia, termasuk Lombok, tentu tidak mudah. Tidak cukup dengan optimisme saja. Apalagi di tengah belum terkendalinya pandemi. Kerjasama semua pihak hingga wisatawan untuk mematuhi prokes menjadi amat sangat penting. Selamat berlibur!